Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Hari Raya Keluarga Kudus - 30 Desember 2007


Halo,

Injil & bacaan pertama Minggu - 30 Desember 2007 (Mat 2:13-15.19-23; Sir 3:2-6.12-14)

KELUARGA KUDUS

Rekan-rekan yang baik!Injil bagi pesta Keluarga Kudus kali ini ialah Mat 2:13-15.19-23. Kisahnya sudah banyak dikenal. Atas suruhan malaikat lewat sebuah mimpi, Yusuf membawa Yesus dan Maria menyingkir ke Mesir menghindari tangan kejam Herodes yang mau membunuh. Petunjuk malaikat dengan cara yang sama membuatnya kembali bersama keluarganya. Sekali lagi di tanah asalnya bisikan dalam mimpi membawanya pindah ke utara, dan menetap di Nazaret di Galilea. Matius menggambarkan riwayat sebuah keluarga yang menghadapi macam-macam kesulitan tetapi tetap disertai lindungan ilahi. Akan ditambahkan di bawah satu dua catatan mengenai bacaan pertama, yaitu Sir 3:2-6.12-14.

KISAH MASA KECIL YESUS

Boleh dikatakan, membaca Kisah Masa Kecil Yesus ada seninya tersendiri. Pokok-pokok yang dikisahkan dapat dan bahkan sebaiknya dibayangkan dengan cara yang cukup bebas. Kita juga biasa menggambarkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita itu. Cara ini bahkan sudah menjadi motif seni lukis dan pementasan selama berabad-abad. Dari keempat penginjil hanya Matius dan Lukas-lah yang mengisahkan masa kecil Yesus. Kedua Injil ini berbicara kepada orang-orang yang sudah mulai mengenal Yesus (lewat Markus) dan kini mau mengerti apa artinya menjadi muridnya dengan mendalami asal usulnya, keluarganya, masa kecilnya. Nanti akan tiba saatnya murid akan berbagi kehidupan rohani dengan Yesus sendiri, berbagi sangkan paran dengannya. Itulah saatnya Injil Yohanes dapat membantu lebih jauh. Di situ tidak lagi ada kisah masa kanak-kanak.Dalam upaya membaca secara kreatif itu tadi dapat kita bayangkan tokoh-tokoh yang berperan dalam kisah Yusuf bersama Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir, kemudian pulang dan menetap di Galilea. Ada empat tokoh, yang pertama ialah malaikat yang menampakkan diri dalam mimpi, kemudian Yusuf, dan "Anak serta ibunya", akhirnya "Herodes, ayah dan anak." Boleh jadi di antara rekan ada yang heran mengapa "Ibu dan anak" dianggap satu tokoh dan bukan dua. Di situlah kita perlu mengikuti cara bercerita Matius dengan teliti dan berusaha memahami maksudnya. Bila kita baca dari dekat ay. 13, 14, 20, 21, Yesus dan Maria kedua-duanya selalu disebutkan bersama. Mereka tidak dapat dipisahkan. Jadi Matius menampilkan mereka sebagai satu tokoh dengan "dua sisi". Memang penokohan seperti ini hanya muncul dalam hubungan dengan tindakan Yusuf yang mengikuti petunjuk malaikat, yakni membawa mereka mengungsi, membawa mereka kembali. Bagaimanapun juga kita diajar Matius untuk membayangkan Yesus kanak-kanak dan Maria, yang hanya disebut sebagai "ibunya", sebagai kesatuan, sebagai satu pribadi yang tak terpisahkan. Namun lebih penting lagi, "anak dan ibunya" itu ditampilkan Matius sebagai tokoh yang dilindungi oleh daya-daya langit dengan cara yang amat manusiawi, dengan memakai kesahajaan orang seperti Yusuf. Kekuatan jahat ditokohkan dengan sosok yang memiliki "dua sisi" juga, yakni Herodes dan anaknya. Namun kekuatan ini tidak dapat berbuat banyak. Bukan tanpa maksud Matius menggambarkan Herodes ayah-anak itu sebagai kekuatan gelap yang turun-temurun yang mau merusak dan menghancurkan kehadiran Allah di antara manusia. Menyadari hal itu dapat membuat kita mengerti gerak gerik kehadiran kekuatan yang jahat di dunia ini: hadir terus, memakai kekuasaan dan menungganginya untuk memusuhi kemanusiaan. Tidak lagi penting lagi siapa persisnya yang membadankan kuasa ini. Yang mencolok ialah perkaranya, kegiatannya. Kekuatan jahat bisa memakai orang ini atau orang itu, Herodes yang dulu atau Arkhelaus, anaknya. Sekarang pun masih ada dalam macam-macam bentuknya yang hanya dapat dikenal oleh orang yang jeli batinnya seperti Yusuf.

KESAHAJAAN YUSUF

Kesahajaan Yusuf membuat kekuatan jahat itu tidak bisa berbuat banyak walau kuasa mereka tidak dipunahkan. Sekaligus kesahajaan orang seperti Yusuf itu menjadi kebijaksanaan yang menyelamatkan. Yusuf paham situasi zaman. Matius menyiratkan hal ini dengan cara diam-diam pada ay. 22. Dikatakannya bahwa Yusuf mendengar bahwa yang menjadi raja di Yudea ialah anak Herodes, dan kemudian disebutkan ia takut ke sana. Dengan segala sisi kemanusiaannya, termasuk rasa takut juga, Yusuf mampu membaca gerak-gerik daya-daya yang luar biasa itu. Ia pandai membaca tanda-tanda ke mana kekuatan jahat mengarah. Namun lebih dari itu, ia mahir mengenal bimbingan ilahi dan dapat menurutinya. Dan bimbingan ilahi datang sesuai dengan kejelian Yusuf. Pada ay. 22 itu tidak lagi diceritakan malaikat menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan memberi tahu apa yang mesti dikerjakannya. Hanya disebutkan Yusuf "dinasihati dalam mimpi". Matius seolah-olah hendak menyarankan, kini Yusuf sudah jadi orang yang peka akan bimbingan dari atas. Ia tahu apa yang mesti diperbuat. Dan memang yang dikerjakannya sejalan dengan yang diisyaratkan dari dunia keramat tadi. Dari satu sudut pandang tertentu memang Yusuf ditampilkan sebagai tokoh buat-buatan yang dimunculkan untuk memudahkan orang memahami cara Tuhan melindungi "anak dan ibunya" tadi. Tetapi bila dibaca dengan minat untuk mengerti kemanusiaan, sambil merasa-rasakan apa yang dialami Yusuf, akan tampil seorang tokoh Yusuf yang sungguh nyata, yang berhasil menjalani liku-liku kehidupan dengan bimbingan ilahi menghindari jatuh ke dalam pengaruh yang jahat. Yusuf itu "orang pintar" yang ideal, tokoh kebatinan yang berpijak di bumi. Dia itu seperti Yusuf di Mesir yang pandai membaca arti mimpi, juga seperti Daniel si bijak yang akrab dengan dunia malaikat. Memang Matius berbicara kepada pembaca yang tahu alam pikiran Perjanjian Lama. Mereka itu segera menangkap maksudnya.

OMONG-OMONG DENGAN MATT

Malam Minggu kemarin Matt mengajak ke pasar malam Piazza Navona dan menikmati vino cotto di situ sekadar penghangat malam di musim dingin ini. Kayak minum ronde sambil nonton orang mencoba lewat di antara ringin kembar di alkid Yogya.

GUS: Matt, kenapa kau buat cerita keluarga kudus itu mengungsi ke Mesir dan balik lagi?

MATT: Dalam ay. 15 kan kujelaskan, ini supaya digenapi yang difirmankan Tuhan dalam Hos 11:1, "Dari Mesir Kupanggil anak-Ku!"

GUS: Kalau boleh kutebak, kau itu waktu ingat Musa dan umat yang dipimpinnya kan? Dan menerapkannya kepada Yesus, ya cak?

MATT: Ekseget! Tapi musti juga kalian tekankan, dulu Musa dan orang-orang yang dibawanya itu rombongan penakluk tanah terjanji. Sekarang ini cuma satu keluarga kecil yang sering kalian orang modern gambarkan sebagai Yusuf yang sedang menuntun keledai yang dinaiki Maria yang menggendong anaknya.

GUS: Jadi sekarang bukan lagi perkara menaklukkan tanah terjanji dengan pekik kemenangan, tapi menampilkan sosok kemanusiaan yang membiarkan diri dibimbing kekuatan ilahi menjauhi yang jahat?

MATT: Bener! Aku cuma mau mencatat gambaran orang dulu mengenai keluarga yang kalian rayakan sekarang sebagai keluarga kudus. Dalam usia waktu itu Yesus belum tampil sebagai dirinya sendiri. Ia masih perlu dibesarkan ibunya. Maka dia kusebut dalam hubungan dengan ibunya. Tapi setelah agak besar ia akan diasuh bapa keluarga, siapa itu tak penting, apa ayahnya atau orang yang menjalankan peran itu.

GUS: Dan kau mau menekankan Yusuf itulah yang mengasuh dan membesarkannya?

MATT: Ya, juga untuk menunjukkan siapa Yusuf itu. Dari dialah nanti Yesus akan mendapat banyak. Belajar mengenal dunia, belajar mengenal BapaNya di surga. Belajar memperhatikan orang-orang lain seperti Yusuf sendiri.

GUS: Tapi, Matt, apa bisa dikatakan bagi orang zaman sekarang bahwa tokoh Yusuf sendiri sebenarnya bukan pusat pengisahan. Yang mau kautonjolkan kan peranannya sebagai pengasuh. Jadi dengan kepolosan seperti yang ada pada Yusuf itu, siapa saja bisa ikut membesarkan kehadiran Yang Ilahi, merawatnya dengan penuh perhatian. Ulah batin katakan saja begitu.

MATT: Dan itulah kebijaksanaan yang masih bisa berlaku bagi orang zaman apa saja. Yes, an appeal to humanity, nothing is more convincing than that, my friend. Dari situ baru bisa orang mulai omong tentang yang di surga sana.Dan malam itu kami pun ngobrol mengenai apa saja. Beberapa kenalan ikut nimbrung mempersiapkan homili di tengah keramaian pasar malam. Asyik. Malam itu di rumah saya bolak-balik membayangkan cara Matt membicarakan kisah-kisah keluarga kudus yang disusunnya itu. Dia yang kelihatannya tradisional dan suka ngikut establishment itu sebenarnya orang yang berpikir merdeka tapi juga yang amat menghormati sudut-sudut keramat dalam kehidupan ini. Ternyata dengan cara yang tak habis saya mengerti itu Matt mampu menampilkan Yusuf sang Pendiam itu sebagai orang pintar yang besar peranannya.

DARI BACAAN PERTAMA

Pada awal petikan Sirakh 3:2-6.12-14 ditandaskan bahwa anak-anak ialah penghargaan yang nyata-nyata telah diberikan Tuhan ("Tuhan telah memuliakan") kepada seorang bapak. Anak-anak juga menjadi tanda dari atas bahwa seorang ibu benar-benar telah berhasil mendidiknya ("hak atas para anaknya diteguhkanNya"). Pernyataan dalam ay. 2 itu diberikan bukan sebagai anjuran melainkan sebagai penegasan mengenai yang betul-betul sudah terjadi. Bisa disimpulkan bahwa orang tua anak-anak tadi memang dekat pada Tuhan dan mampu melihat dan memperlakukan keturunan mereka sebagai pemberian dariNya. Ayat-ayat selanjutnya dalam bacaan ini menyampaikan "penerapan" kenyataan tadi dari sisi anak. Dikatakan dalam ay. 3. bahwa menghormati bapak menjadi silih dari dosa dan memuliakan ibu sama dengan mengumpulkan harta, dan orang yang demikian tentunya juga bakal menemukan kebahagiaan pada anak-anaknya nanti dan mujur hidupnya serta panjang umurnya. Begitu seterusnya ditandaskan bahwa berbakti terhadap bapak atau ibu mendatangkan kebaikan bagi sang anak. Pada akhir ay. 6 muncul kembali sisi ilahi. Disebutkan, orang yang taat kepada Tuhan mendatangkan ketenangan bagi ibunya. Dalam bahasa aslinya, "taat" diungkapkan sebagai "mendengarkan dan menuruti". Penandasan bahwa "orang yang taat kepada Tuhan menenangkan ibunya" di sini berisi ajakan yang ditujukan baik kepada sang anak maupun kepada ibunya - dan tentunya kepada orang tua pada umumnya. Kepada anak diminta agar menjaga ketenangan batin orang tuanya dan kepada orang tua diisyaratkan agar melihat anaknya dalam hubungan dengan Tuhan, bukan hanya dengan diri mereka sendiri. Ini imbauan agar orang tua tidak memaksa-maksakan pandangan atau keinginan-keinginan mereka sendiri kepada anak-anak mereka. Mereka hendaknya memberi ruang kepada Tuhan untuk ikut membesarkan anak mereka sehingga mahir mengenaliNya, mendengarkanNya, dalam bahasa bacaan kali ini, "taat kepadaNya". Dan keterbukaan seperti itulah yang Yang Ilahi terasa dekat, seperti yang terjadi dengan keluarga kudus yang pestanya dirayakan kali ini. Sang bapak keluarga, Yusuf, membiarkan kebijaksanaan ilahi sendiri membimbing perjalanan hidup keluarganya. Dan inilah perlindungan terbaik yang bisa diberikannya kepada anak dan ibunya.

Salam hangat,
A. Gianto
 

--



Hari Raya Natal - 24-25 Desember 2007

Halo,

Injil & bacaan pertama Hari Natal 24-25 Desember 2007

Selamat Natal!

Dalam tradisi Gereja Katolik ritus Latin, Natal dirayakan dengan tiga Misa Kudus yakni Misa Malam Natal 24 Desember, kemudian Misa Fajar 25 Desember pagi, dan akhirnya Misa Siang. Ketiga perayaan itu melambangkan tiga sisi kenyataan lahirnya Sang Penyelamat Dunia. Pertama, kelahirannya sudah terjadi sejak awal, yakni dalam kehendak Bapa di surga untuk mengangkat martabat kemanusiaan ke dekatnya. Kenyataan kedua terjadi ketika Yesus lahir dari kandungan Maria. Dan kenyataan ketiga, kelahiran Kristus secara rohani di dalam kehidupan orang beriman. Bacaan Injil dalam ketiga Misa Natal tersebut sejajar dengan tiga kenyataan tadi. Dalam Misa malam hari dibacakan Luk 2:1-14 yang menceritakan Maria melahirkan di Betlehem, kemudian dalam Misa fajar diperdengarkan Luk 2:15-20 yang mengabarkan lahirnya Kristus di dalam kehidupan orang beriman yang pertama, yakni para gembala. Akhirnya, dalam Injil Misa siang hari, Yoh 1:1-18, ditegaskan bahwa sang Sabda ini sudah ada sejak semula. Pembicaraan kali ini akan menggarisbawahi ketiga kenyataan peristiwa kelahiran Kristus itu. Secara singkat aan diperlihatkan juga hubungannya dengan bacaan pertama yang semuanya diambil dari Kitab Yesaya (Misa malam Yes 9:1-6; Misa fajar Yes 62:11-12; Misa siang: Yes 52:7-10).

INJIL MISA MALAM HARI : Luk 2:1-14

Seperti dikisahkan dalam ay. 1-3, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem untuk mematuhi maklumat umum Kaisar Augustus yang mewajibkan orang mencatatkan diri di kampung halaman leluhur. Sekalipun tidak ada arsip sejarah yang membuktikan bahwa maklumat seperti itu pernah dikeluarkan Kaisar Augustus, dapat dikatakan bahwa hal seperti itu bukannya tak mungkin. Di sini Lukas mempergunakannya sebagai konteks kisah kedatangan Yusuf dan Maria ke Betlehem. Ini juga cara Lukas mengatakan bahwa Tuhan bahkan memakai pihak bukan-Yahudi untuk menjelaskan bagaimana Yesus tetap lahir di Yudea, tempat asal kaum Daud, dan bukan di Nazaret. Kelembagaan Yahudi sendiri kiranya tidak cukup. Bahkan lembaga itu sudah tak banyak artinya lagi. Seperti banyak orang asli Yudea lain, Yusuf dan Maria termasuk kaum yang "terpencar-pencar" hidup dalam diaspora di daerah bukan asal. Ironisnya, yang betul-betul masih bisa memberi identitas "orang Yudea" kini bukan lagi ibadat tahunan di Yerusalem, melainkan cacah jiwa yang digariskan penguasa Romawi. Dalam ay. 4-5 disebutkan bahwa Yusuf pergi dari Nazaret ke Yudea "agar didaftar bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung". Dengan cara ini mereka nanti akan resmi tercatat sebagai suami istri di Yudea. Oleh karena itu, Yesus juga secara resmi bakal tercatat sebagai keturunan Daud, baik bagi orang Yahudi maupun bagi administrasi Romawi. Dengan demikian, Lukas sedikit menyingkap apa yang nanti akan diutarakannya dengan jelas dalam Kisah Para Rasul, yakni kedatangan Juru Selamat bukanlah melulu bagi orang Yahudi, melainkan bagi semua orang di kekaisaran Romawi, bahkan bagi semua orang di jagat ini. Malahan bisa dikatakan bahwa justru kehadiran orang bukan Yahudi-lah yang membuatnya betul-betul datang ke dunia ini! Kita-kita ini, sekarang ini juga, masih ikut membawanya datang ke dunia.Menurut ay. 7, Maria melahirkan anak lelaki, anaknya yang sulung. Penyebutan "anak sulung" ini terutama dimaksud untuk menggarisbawahi makna yuridis, bukan biologis. Anak sulung memiliki hak yang khas yang tak ada pada saudara-saudaranya. Dalam hal ini hak sebagai keturunan Daud dengan semua keleluasaannya. Oleh karena itu, ia juga nanti dapat mengikutsertakan siapa saja untuk masuk dalam keluarga besarnya. Anak bukan sulung tidak memiliki hak seperti ini.Sang bayi yang baru lahir itu kemudian dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan. Ditambahkan pada akhir ay. 7 "karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan". Bukan maksud Lukas mengatakan bahwa mereka tidak dimaui di mana-mana. Tempat-tempat yang biasa sudah penuh para pengunjung yang mau mendaftarkan diri menurut maklumat Kaisar Augustus. Mereka akhirnya menemukan tempat umum yang biasa dipakai tempat istirahat rombongan karavan bersama hewan angkutan mereka. Semacam stasiun zaman dulu. Tempat-tempat seperti ini memiliki beberapa kelengkapan dasar, misalnya palungan tempat menaruh makanan bagi kuda atau hewan tunggangan. Sekali lagi ini cara Lukas mengatakan kelahiran Yesus ini terjadi di tempat yang bisa terjangkau umum. Tempat seperti itulah tempat bertemu banyak orang. Maka dari itu, nanti para gembala dapat dengan cepat mendapatinya.Kelahiran Yesus yang diceritakan sebagai kejadian sederhana seperti di atas itu nanti dalam Luk 2:8-14 diungkapkan para malaikat kepada para gembala. Mereka amat beruntung bisa menyaksikan perkara ilahi dan perkara duniawi dalam wujud yang sama. Orang diajak melihat bahwa yang terjadi sebagai kejadian lumrah belaka itu ternyata memiliki wajah ilahi yang mahabesar. Bala tentara surga, para malaikat menyuarakan pujian kepada Allah. Dia yang Maha Tinggi kini menyatakan diri dalam wujud yang paling biasa bagi semua orang. Apa maksudnya? Kiranya Lukas mau mengatakan bahwa orang-orang yang paling sederhana pun dapat merasakan kehadiran Yang Ilahi dalam peristiwa yang biasa tadi. Dan bahkan mereka bergegas mencari dan menemukan kenyataan duniawi dari kenyataan ilahi yang mereka alami tadi. Pengalaman rohani yang paling dalam juga dapat dialami orang sederhana. Oleh karena itu, orang dapat melihat kehadiran Tuhan dalam peristiwa biasa. Sebuah catatan. Arah yang terjadi ialah dari atas, dari dunia ilahi ke dunia manusia, bukan sebaliknya. Kita tidak diajak mencari-cari dimensi ilahi dalam tiap perkara duniawi. Ini bisa mengakibatkan macam-macam masalah dan keanehan. Yang benar ialah mengenali perkara duniawi yang memang memiliki dimensi ilahi. Ada banyak perkara duniawi yang tidak memilikinya. Dalam arti itulah warta para malaikat kepada para gembala dapat membantu kita menyikapi dunia ini. Misteri inkarnasi ialah kenyataan yang membuat orang makin peka akan kenyataan duniawi yang betul-betul menghadirkan Yang Ilahi, bukan tiap kenyataan duniawi. Teks Yes 9:1-6 diperdengarkan sebagai bacaan pertama dalam misa malam. Di situ diutarakan dengan nada penuh kegembiraan siapa Raja Damai yang bakal meraja di kalangan umat. Dia membuat orang yang gelisah bisa mendapatkan ketenangan, dia dapat memberi rasa aman bagi yang merasa terancam. Kebesarannya berdasarkan keadilan dan kebenaran, bukan paksaan dan tipuan. Ia juga dikenal sebagai "Penasihat Ajaib", artinya yang memiliki kebijaksanaan ilahi. Dia itu juga "Allah yang Perkasa", yang melindungi umat dari kekuatan-kekuatan yang memusuhi, Ia dikenal sebagai "Bapa yang Kekal", maksudnya, kerahimanNya tak berhingga. Dia itulah Raja Damai yang telah lahir. Dalam perayaan kali ini semuanya ini diterapkan kepada dia yang baru lahir seperti dikisahkan dalam Luk 2:1-14.

INJIL MISA FAJAR: Luk 2:15-20

Yang diberitakan malaikat Tuhan kepada para gembala (ay. 10-12) kini mereka teruskan kepada orang-orang yang ada di sekitar palungan (ay. 15). Boleh kita bayangkan, di tempat umum di sekitar palungan itu ada banyak orang lain yang juga menginap di situ. Mereka sedang menolong keluarga baru ini. Mendengar kata-kata para gembala mengenai warta malaikat tadi, semua orang ini menjadi terheran-heran (ay. 18). Bagi mereka bayi yang dilahirkan ibu muda ini biasa saja. Tapi apa para gembala ini menjelaskan hal yang luar biasa yang sedang terjadi kini! Para gembala itulah orang-orang yang pertama-tama memberi arti rohani bagi peristiwa kelahiran tadi. Mereka itu juga pewarta kedatangan Penyelamat yang bukan orang-orang yang secara khusus berhubungan dengan Allah seperti halnya Maria atau Yohanes Pembaptis ketika masih ada dalam kandungan. (Katakan saja, para gembala itulah para teolog, para ahli kristologi generasi awal, yang mampu memukau perhatian orang. Guru Besar mereka ialah para malaikat dan semua bala tentara surgawi.)Satu catatan. Disebutkan dalam ay. 15 "... gembala-gembala itu berkata satu kepada yang lain, 'Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat ....'" Kepada siapa kata-kata itu ditujukan? Dalam bacaan teks yang biasa, jelas ajakan itu ditujukan kepada satu sama lain. Namun demikian, bacaan teks ini juga tertuju kepada pembaca. Teks ini membuat siapa saja yang membaca atau mendengarkannya merasa diajak gembala-gembala tadi bersama pergi dengan mereka ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi dalam wujud yang membuat orang mulai bersimpati kepada Tuhan. Lukas kerap memakai teknik berbicara seperti ini. Dengan memakai bentuk percakapan - bukan hanya dengan cerita - Lukas membuat pembaca merasa seolah-olah ikut hadir di situ. Dan pada saat tertentu ajakan akan terasa ditujukan bagi pembaca juga.Yang hadir dalam pembacaan Injil Misa fajar bisa pula merasakannya. Dan bila itu terjadi, warta petikan Injil Misa Fajar akan menjadi makin hidup. Orang diajak para gembala yang telah menyaksikan kebesaran Tuhan untuk ikut pergi mencarinya "di Betlehem", di tempat yang kita semua tahu, yang dapat dicapai, bukan di negeri antah-berantah. Warta Natal Lukas tak lain tak bukan ialah pergi mendapati dia yang lahir di tempat yang bisa dijangkau siapa saja - di "Betlehem" - boleh jadi dalam diri orang yang kita cintai, boleh jadi dalam kehidupan orang-orang yang kita layani, dalam diri orang-orang yang membutuhkan kedamaian, atau juga dalam diri kita sendiri yang diajak ikut menghadirkannya. Ini bisa memberi arah baru dalam kehidupan. Betlehem bisa bermacam-macam wujud dan macamnya, namun satu hal sama. Di situlah Tuhan diam menantikan orang datang menyatakan simpati kepada-Nya. Adakah perkara lain yang lebih menyentuh?Dalam bacaan pertama (Yes 62:11-12)diutarakan dengan nada penuh kegembiraan agar orang di kota Yerusalem membuka pintu gerbang mereka lebar-lebar menyambut kedatangan raja yang mereka nanti-nantikan. Mereka dihimbau menerima dengan terbuka dia yang membawakan keselamatan bagi kota yang gelisah dan merasa terancam oleh kekuatan-kekuatan yang memusuhinya, baik dari luar maupun dari dalam. Yang menyambutnya akan menjadi bangsa yang kudus, orang-orang yang ditebus Tuhan sendiri, mereka itu tidak ditinggalkanNya (ay. 12). KebesarannNya ini kini menjadi nyata - dalam peristiwa kelahiran Yesus seperti diumumkan dalam Injil misa malam dan fajar ini.INJIL MISA SIANG: Yoh 1:1-18Pembukaan Injil Yohanes ini sarat dengan makna. Dikatakan dalam kedua ayat pertama "Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah. Dan Firman itu adalah Allah. Ia pada awal mulanya ada bersama dengan Allah" (Yoh 1:1-2). Guna memahaminya, orang perlu mengingat Kisah Penciptaan menurut tradisi dalam Kej 1:1-2:4a. Di situ dikisahkan bahwa pada awalnya Tuhan menjadikan terang dengan memfirmankannya. Firman-Nya (yakni "jadilah terang!") menjadi kenyataan, yakni terang. Dan begitu selanjutnya hingga ciptaan yang paling akhir, yakni umat manusia (dengan memakai gaya bahasa merismus "laki-laki dan perempuan") yang diberkati dan diberi wewenang mengatur jagat ini sebagai wakil Tuhan Pencipta sendiri.Terjemahan ay. 1 "Dan Firman itu Allah" ialah terjemahan harfiah kalimat Yohanes "kai theos en ho logos". Kalimat Yunani seperti itu sebetulnya bukan hendak menyamakan Firman dengan Tuhan. Alih bahasa yang lebih dekat dengan maksud Yohanes boleh jadi demikian: "keilahian itu adalah Firman". Kata "theos" dipakai tanpa artikel atau kata sandang di sini tampil dalam arti keilahian. Pemakaian seperti ini maksudnya untuk menekankan bahwa yang sedang dibicarakan, yakni Firman itu memiliki bagian dalam keilahian. Dengan demikian juga hendak dikatakan bahwa keilahian yang kerap terasa jauh dan menggentarkan belaka itu kini mulai dekat dan dapat didengarkan, membiarkan diri dimengerti, dikaji, dipikir-pikirkan, dan dengan demikian ikut di dalam kehidupan manusia. Itulah maksud Yohanes. Oleh karena itu, juga tidak mengherankan bila dalam Yoh 1:3 ditegaskan tak ada yang ada di jagat ini yang dijadikan tanpa Firman. Tak ada yang tak berhubungan denganNya. Hubungan ini tetap ada sekalipun dianggap sepi, disangkal, tidak diperhatikan. Selanjutnya, dalam ay. 4 ditegaskan bahwa ia itu kehidupan dan kehidupan itu adalah terang bagi manusia. Dalam Kisah Kejadian tadi, terang menjadi ciptaan pertama yang mendasari semua yang ada. Bagi Yohanes, kata "dunia" (ay. 9, 10) mengacu pada tempat beradanya kekuatan-kekuatan gelap yang melawan kehadiran ilahi (lihat ay. 5). Ke tempat seperti inilah terang ilahi tadi bersinar dan terangnya tak dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan gelap. Yohanes menghubungkan peristiwa kelahiran Yesus sebagai kedatangan terang ilahi ke dunia ini. Dengan latar Kisah Penciptaan maka jelas kelahiran Yesus itu ditampilkan Yohanes sebagai tindakan yang pertama dalam karya penciptaan Tuhan. Namun demikian, arah tujuan pembicaraan Yohanes bukan sekadar menyebut itu. Penciptaan ini dimaksud untuk menghadirkan Tuhan Pen­cipta. Bukan sebagai Tuhan yang kehadiran-Nya harus diterjemahkan terutama dalam wujud hukum-hukum agama, seperti hukum Taurat, melainkan sebagai Bapa yang mengasalkan kehidupan manusia, yang menyapa manusia dengan Firman yang membawakan kehidupan.Bacaan pertama Yes 52:7-10 mengungkapkan gairah umat menerima warta gembira bahwa yang mereka percaya - Allah - sungguh berkuasa melindungi orang-orangNya. Dia kini berada kembali di tengah-tengah umat, di Yerusalem yang untuk beberapa lama menjadi kota yang runtuh pamornya. Kini kota itu akan berdiri kembali karena Ia ada di situ. KehadiranNya bukan sekadar akan membangun kembali kota itu, melainkan mengubahnya menjadi tempat kehadiranNya yang batiniah. Dan oleh karenanya Ia tidak lagi terbatas di tempat itu saja, melainkan ada di mana saja Ia dimuliakan. Kota Yerusalem menjadi kota rohani bagi semua orang yang melihat dan menerima kehadiranNya. Kehadirannya memiliki daya pembaharu dan inilah kenyataan penciptaan. Bagi zaman ini, akan besar maknanya bila dikatakan bahwa iman akan kelahiran Kristus di dunia ini ialah kelanjutan kepercayaan bahwa Allah terus menciptakan jagat beserta isinya. Firman-Nya kuat. Terangnya tak terkalahkan meskipun banyak yang menghalangi. Artinya, yang menganggap ciptaan ini buruk dan gelap belaka dan memperlakukannya dengan buruk boleh jadi sudah mulai memisahkan diri dari Dia, sumber terang itu sendiri, dan akan tersingkir sendiri. Tetapi mereka yang percaya bahwa jagat ini dapat menjadi baik dan ikut mengusahakannya sebetulnya memilih ada bersama Dia.

Salam hangat,
A. Gianto
 

--

Minggu Adven IV A -23 Desember 2007

Halo,

Bacaan Pertama Minggu Adven IV/A - 23 Desember 2007 (Yes 7:10-14)

APA ARTI "IMANUEL" BAGI KITA?

Rekan-rekan,
[Berikut ini saya teruskan tulisan seorang kenalan lama - semoga berguna, A.G.]
Pembaca bisa jadi heran kok orang dari Perjanjian Lama ikut-ikutan mengisi milis Internosnya para Romo Yesuit abad-21 ini. Jangan dikira kami dari dunia lama terkurung dalam waktu lampau dan terpisah di tempat yang jauh. Kalian kan punya naskah dari zaman kami yang bahkan terbaca dalam bahasa kalian. Dan kalau terampil, kalian tentu bisa berinteraksi dengan kami lewat jalur-jalur yang bisa kita bangun bersama. Kalian toh juga ada ekseget yang bisa memendekkan jarak dari situ ke sini kan? Malah saya diminta oleh Gus agar menerangkan sendiri episode "Imanuel" dalam Yes 7:1-14. Katanya dia hanya akan menerangkan Mat 1:18-24 yang menggemakan episode itu.
Begini duduk perkaranya. Waktu itu, abad 8 seb. Masehi, saya tinggal di Yerusalem, jadi penasihat raja untuk urusan kehidupan politik dan agama. Tak usah heran, saya teolog, tapi juga paham masalah-masalah hubungan internasional. Dan spesialisasi saya justru berteologi mengenai hubungan internasional. Apa ada teolog zaman kalian yang juga berminat ke situ? Eh, dengar-dengar belakangan ini beberapa Romo Yesuit kalian gemar berteologi mengenai agama-agama, khususnya agama kalian di hadapan agama orang lain ya? Apa tidak juga suka melancarkan teologi mengenai masyarakat luas, mengenai, eh, global warming, atau mengenai suasana geopolitik. Perkara-perkara itu kan keprihatinan semua orang, bukan kelompok kalian sendiri. Dulu di Yerusalem saya bicara mengenai perkara yang relevan bagi semua, bukan kelompok kami saja. Begitu maka bisa jadi bahan pembicaraan rasional dengan pihak-pihak lain.
Ada beberapa orang seperti saya di kalangan istana di Yerusalem. Kami mencoba mendampingi para pemimpin negara dengan pemikiran teologis kami. Waktu itu sedang ada krisis. Terasa ancaman kekuatan militer Asiria dari utara. Kerajaan utara - ibukotanya Samaria - sudah menjadi wilayah pengaruh adikuasa mereka, dengan maksud menyetop pengaruh negara kuat lain, yakni Mesir. Karena itulah penguasa negeri utara, waktu itu raja Pekah (737-732) bersekutu dengan penguasa bangsa Aram di Damaskus, namanya Rezin. Mereka berdua bermaksud mengajak raja di Yehuda di Yerusalem, waktu itu Yotam (742-735) dan anaknya Ahaz (735-715) untuk ikut serta. Tapi kerajaan kami di selatan tidak mau. Hal ini membuat Pekah dan Rezin membuat rencana menyerang Yerusalem ketika Ahaz baru setahun jadi raja. Bila berhasil, mereka akan menurunkan Ahaz dan menggatikannya dengan si Tabeel yang bersimpati pada orang Aram. Kekuatan gabungan Pekah dan Rezin itu besar dan membuat keder Ahaz. Ini semua ada dalam Yes 7:1-9 yang mendahului petikan yang kalian dengarkan kali ini. Nah dalam keadaan gawat seperti ini, Ahaz jadi keruh pikirannya, ciut hatinya. Ia tubruk sana tabrak sini. Saya mencoba menenangkannya dan mengajaknya memeriksa alternatif-alternatif sambil berpikir ke depan dan memilih tindakan yang paling bagus. Kita musti tenang khususya dalam saat-saat gawat. Ahaz ada maksud mengirim utusan minta balabantuan dari raja Asiria yang sudah mengancam kerajaan utara dan Aram. Alternatif ini memang akan menyelamatkan Yerusalem dari kepungan dua musuh dekat itu. Tapi akibatnya mesti dibayar mahal. Ini berarti mendekatkan pasukan Asiria di gerbang Yerusalem dan dengan cepat nanti mereka akan menelan kami. Ini tidak bijaksana.
Pendapat saya lain. Pasti Asiria tak tinggal diam melihat persekutuan Pekah dan Rezin. Cepat atau lambat pasukan Asiria akan menumpas mereka. Asiria juga tak suka melihat mereka nanti dapat sekutu baru bila mereka menguasai Yerusalem seperti dikawatirkan Ahaz. Maka saya nasihati dia supaya tenang-tenang saja. Malah saya minta Ahaz agar ingat kepada Yang Mahakuasa yang bakal menyelamatkan kota suciNya ini.
Ahaz itu raja yang lemah, kurang berwawasan luas dan membiarkan diri dihantui waswas. Ia mestinya belajar dari sejarah dan lebih mendengarkan kami para penasihatnya. Ia sebetulnya tahu bahwa Tuhan akan membela Yerusalem dengan caraNya sendiri. Yang perlu ialah membuat strategi atas dasar keyakinan ini. Itu keyakinan orang banyak. Dan bila Ahaz memanfaatkannya, ia pasti akan mendapat dukungan rakyat. Tapi sayang ia ragu-ragu. Ia sudah kehabisan akal. Ia berpikir untuk apa pakai alasan teologis untuk urusan militer dan politik. Benar begitu. Tapi ia kan pemimpin. Tak boleh ia memperlihatkan kelemahan. Ia mestinya membangkitkan semangat orang banyak. Inilah yang kucoba agar disadarinya. Kusampaikan kepadanya, kalau ia tak mau "meminta pertanda" dari Tuhan - ini ungkapan yang berarti mengajak rakyat melihat bahwa Tuhan tetap ada di pihak kita, maka Ia sendirilah yang akan memberikan pertanda - Ia sendiri akan membuat rakyat dan orang banyak tahu bahwa Tuhan tetap ada di pihak kita! Amat saya upayakan agar Ahaz mengerti. Pemimpin mesti berpolitik juga dengan kepercayaan, dengan bijaksana, demi ketenangan umum dan inilah kekuatannya. Ini juga kekuatan moral Yerusalem. Tetapi ah, Ahaz, ia tak berhati baja dan tidak encer pemikirannya. Ia mau bersembunyi di balik sikap seakan-akan tak mau menguji kesetiaan Tuhan. Huh, Ahaz tak punya nyali kepemimpinan. Munafik suci-sucian. Orang yang begitu itu biasanya malah bikin kesalahan lebih besar. Lihat, ia malah nekat minta mengirim utusan minta bantuan raja Asiria. Inilah latar yang membuatku menyampaikan nubuat yang kemudian kalian kenal juga: "Sesungguhnya seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan dia Immanuel..." (Yes 7:14).
Tentunya tidak langsung jelas siapa anak yang sedang yang dibicarakan. Juga rada gelap kan siapa itu perempuan muda tadi. Baiklah saya beri gambaran lebih luas. Begini, dalam segala urusan ini hendaknya kalian jangan terpancang pada keinginan menemukan "rujukannya". Tak usah menghabiskan tenaga mencari-cari siapa yang dimaksud. Ini kan bahasa nubuat kami para nabi zaman dulu. Dan nubuat memakai bahasa "sejarah", seakan-akan bicara tentang peristiwa yang bakal terjadi, tetapi maksud sesungguhnya ialah menguatkan hati orang dan menumbuhkan harapan. Nubuat itu kusampaikan karena diberikan oleh Yang Maha Kuasa sendiri. Ada wibawanya. Orang sebaiknya menerimanya dengan tulus ikhlas. Baru begitu bisa lega dan berpikir jernih. Ahaz tidak begitu. Sayang! Ia sebenarnya tidak bisa mempercayai kekuatan yang ada di kalangan rakyat Yerusalem dan Yehuda sendiri, yakni kepercayaan mereka akan lindungan Tuhan! Inilah yang sebenarnya dimaksud dalam urusan ini. Bagi kami Yang Maha Kuasa ialah Tuhan kita yang menghidupi umat, melindungi rakyat, serta tidak melupakan orang-orang yang menyembahNya. Maka mempercayai Dia ialah menaruh kepercayaan pada umatNya, pada kekuatan yang ada di dalamnya. Tapi Ahaz, ah ia malah menyandarkan diri pada tentara Asiria. Ia buta akan potensi di kalangan umat, ia tuli akan Dia yang ada bersama umatNya!
Ungkapan "mengandung dan akan melahirkan" itu ialah cara mengatakan kekuatan yang akan jadi nyata. Imanuel yang dikandung dan akan lahir itu ialah kekuatan yang sungguh ada di dalam umat. Kalian tentu bisa mengerti. Dan "perempuan muda", ah, ini cara untuk mengatakan siapa saja yang bisa membiarkan kekuatan dari atas tadi menjadi kenyataan di bumi. Kata Ibrani yang kupakai, 'almah, artinya anak dara yang secara fisik sudah bisa nikah dan mengandung. Kata itu kupakai untuk menyebut siapa saja yang mulai bisa mengandung dan melahirkan. Separo dari kemanusiaan begitu kan? Ini sumber kekuatan yang nyata-nyata ada. Dan yang bakal lahir daripadanya akan dinamakan, Ibranunya, Immanuel, artinya El, yakni Allah, bersama kita, 'imma-nu. Kekuatan ilahi yang bisa mengujud dalam kemanusiaan itu akan menyertai kita. Ini pernyataan kepercayaan yang amat dasar. Apa saya nanti yang kalian sebut tentang Dia tak akan berarti bila tidak didasarkan pada kepercayaan bahwa Ia ada menyertai kita-kita manusia. Begitu kan?
Barusan Gus cerita ke sini, bahwa di kalangan kalian ada penerapan turun temurun oleh seorang teolog Perjanjian Baru, namanya Matt, bahwa perempuan muda yang dimaksud ialah seorang perawan di Nazaret yang akan melahirkan kenyataan "Allah ada menyertai kita" itu dalam ujud tokoh Yesus yang kalian ikuti dan percayai sebagai Kristus itu. Senang mendengar penerapan seperti ini. Nubuat yang disampaikan ke Ahaz itu memang mesti diterapkan dalam kehidupan. Yang penting kalian orang percaya bisa menemukan kesungguhan apa itu "Allah menyertai kita". Tanpa itu seperti saya katakan tadi, pernyataan-pernyataan kepercayaan tak ada kekuatannya. Dan kekuatan yang dimaksud ialah berharap.
Salam dari
Y.S.Aya
===========================

INJIL MINGGU ADVEN IV/A (Mat 1:18-24)

TUHAN SUNGGUH MENYERTAI KITA!
Bacaan Injil Minggu terakhir pada Masa Adven tahun ini (Mat 1:18-24) menyampaikan sebuah tradisi mengenai kelahiran Yesus dari sudut pandang Yusuf, yang di dalam silsilah sebelum bacaan ini disebut sebagai "suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus" (Mat 1:16).
Dikatakan dalam Mat 1:18 dan 20 bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus sebelum hidup sebagai suami istri dengan Yusuf. Dalam adat-istiadat Yahudi, sejak usia remaja seorang gadis sudah dipertunangkan dengan calon suaminya jauh-jauh sebelum pernikahan, yang baru terjadi setelah kedua-duanya siap membangun rumah tangga yang mandiri. Ikatan ini dapat dibatalkan karena macam-macam alasan. Salah satunya ialah bila calon istri didapati mengandung sebelum pernikahan. Menurut hukum, bakal suami wajib membatalkan ikatan pertunangan tadi. Demikian pihak perempuan akan merdeka dan dapat diperistri orang lain secara sah. Kerap terjadi, perempuan yang bersangkutan tidak dimaui siapapun dan akan mendapat aib. Yusuf tidak hendak menyusahkan Maria, tapi tetap mau menaati hukum tadi. Maka ia bermaksud membatalkan pertunangannya dengan Maria secara "diam-diam", artinya, di hadapan dua saksi tetapi tanpa mengumumkannya. Dengan demikian pembatalan itu akan sah menurut hukum tetapi tidak mendatangkan aib bagi Maria. Sebelum niatan ini dijalankan, terjadilah sesuatu yang luar biasa. Dalam sebuah mimpi (ay. 20-21) malaikat Tuhan datang dan mengatakan kepada Yusuf agar jangan takut mengambil Maria sebagai istrinya. Malaikat itu menjelaskan bahwa anak yang dikandung Maria itu berasal dari Roh Kudus. Jadi kandungan itu bukan dari manusia dan Yusuf tak usah merasa terikat pada kewajiban mengikuti hukum adat. Selanjutnya diberitahukan bahwa anak tadi hendaknya diberi nama Yesus, artinya "Tuhan itu keselamatan". Yusuf pun melakukan yang diperintahkan kepadanya oleh sang malaikat.

PENJELASAN MATIUS

Bagi umat Matius dan umat awal, kelahiran Yesus itu jelas bukan kejadian lumrah. Yesus dikandung dari Roh Kudus tetapi dilahirkan secara manusiawi oleh Maria dan dibesarkan oleh Yusuf. Matius memberikan penjelasan kejadian yang tidak biasa ini lewat kata-kata malaikat dalam mimpi Yusuf tadi. Dalam ay. 22 ditambahkan, semua yang dikatakan malaikat tadi menggenapkan nubuat nabi Yesaya 7:14 yang menyebutkan bahwa seorang anak dara akan melahirkan anak lelaki yang dikenal dengan nama Imanuel, yang artinya "Tuhan menyertai kita".
Teks Ibrani Yes 7:14 memakai kata yang maknanya ialah anak perempuan yang sudah dewasa, tapi belum menikah. Dalam teks Yunani, yakni teks yang dipakai Matius, kata itu diterjemahkan sebagai dengan sebuah kata yang artinya "perawan". Perbedaan dalam terjemahan ini memang bahan menarik bagi telaah teks Kitab Suci, tapi tak usah dijadikan dasar perbincangan mengenai keperawanan Maria. Matius menulis Injilnya bagi mereka yang percaya bahwa Maria itu perawan yang mengandung dari Roh Kudus. Sebaiknya lebih dipahami bahwa yang ditekankan dalam kutipan dari Yes 7:14 itu ialah kelahiran sang "Imanuel", yang artinya "Allah menyertai kita". Ia tidak lagi membiarkan manusia sendirian. Dan mulai saat itu kehadiran "Imanuel" memang menyertai manusia sepanjang zaman. Nanti dalam penutupan Injil Matius (28:20) diperdengarkan kata-kata Yesus, "...ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman."
Kisah kelahiran Yesus yang bukan kejadian biasa ini diceritakan juga oleh Lukas, tapi dengan penekanan yang berbeda. Bila Matius mencerminkan ingatan dari kalangan Yusuf, Lukas menceritakan kelahiran Yesus dari sudut pandang Maria. Namun intinya sama: anak itu dikandung dari Roh Kudus (Mat 1:20, Luk 1:35), Maria dan Yusuf bertunangan ( Mat 1:18, Luk 1:27), perintah agar anak yang lahir nanti dinamai Yesus (Mat 1:21 kepada Yusuf, Luk 1:31 kepada Maria), kelahiran Yesus di Betlehem (Mat 2:5, Luk 2:4), Yesus besar di Nazaret (Mat 2:23, Luk 1:51-52). Matius menampilkan perasaan Yusuf, pergulatan rohaninya, rasa hormatnya yang besar terhadap Yang Keramat yang mendatanginya. Juga ditonjolkan perhatian Yusuf terhadap Maria dan Yesus. Ia betul-betul menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai bapa keluarga ini.
Pembaca dari kalangan Yahudi yang menjadi pengikut Yesus dari generasi pertama menangkap maksud penekanan pada Yusuf tadi. Dalam adat keluarga Yahudi, pendidikan seorang anak sejak tidak lagi menyusu ibunya hingga akil balig pada usia 12-13 tahun menjadi tanggung jawab bapa keluarga. Begitulah kebesaran hati Yusuf, kepekaannya, kematangan imannya ikut membentuk pribadi Yesus. Pembaca Injil Matius mengerti apa artinya menjadi anak yang dibesarkan oleh orang seperti Yusuf itu. Juga menjadi jelas bahwa karya "Tuhan menyelamatkan umatNya" itu menjadi tepercaya justru karena memakai jalan manusiawi. Karya Roh Kudus, daya luar alam itu baru betul-betul bisa membawakan keselamatan bila tumbuh dan menjadi besar dalam lingkungan yang sungguh manusiawi. Inilah kiranya keyakinan iman orang-orang yang terungkap dalam kisah Matius tadi.

SIAPA TUJUAN WARTA INI

Sebetulnya kisah kelahiran dan masa kecil Yesus tidaklah mutlak perlu untuk menjelaskan karya, penderitaan, kebangkitan Yesus nanti. Injil yang paling awal, yakni Injil Markus, tidak memuat kisah itu. Begitu pula dalam Injil Yohanes tidak didapati kisah yang mirip. Bagi Yohanes jelas Firman yang mengawali segala sesuatu itu "telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita" (Yoh 1:14). Dan ini cukup guna mengungkapkan kehadiran Yang Ilahi dalam ujud manusia. Maklumlah, Injil Yohanes ditulis bagi orang-orang yang sudah paham akan karya penebusan yang dijalankan Yesus dan sudah maju jauh dalam pengetahuan hidup batin dan berhasrat maju terus. Injil Markus sebaliknya disiapkan sebagai pegangan ringkas bagi mereka yang baru mulai tertarik untuk mengenal siapa Yesus itu. Lalu, setelah tahap awal ini dilalui, apa yang terjadi? Orang tentu butuh pendalaman. Kepada mereka inilah Injil Matius dan Lukas ditulis. Penjelasannya begini. Orang yang sudah mulai kenal Yesus dan hidup menurut wartanya ("setelah mendengar Markus"), tentu ingin mengenal asal usul Yesus. Karena itulah Matius dan Lukas menuliskan tradisi mengenai kelahirannya.
Nanti mereka yang maju lebih jauh tidak butuh bertanya-tanya mengenai asal-usul badaniah dan peristiwa-peristiwa di seputar kelahiran dan masa kecil Yesus. Kepada mereka itulah Injil Yohanes berbicara. Ditekankan hubungan dengan Bapa. Diungkapkan pula keinginan Yesus untuk berbagi "sangkan paran", berbagi kehidupan rohani yang sejati dengan orang-orang yang dikasihinya dan setia kepadanya. Tentu saja pengetahuan ini hanya dapat dicapai bukan dengan usaha sendiri, bukan pula oleh orang yang belum masuk dan mendalami sampai utuh. Kisah kelahiran Yesus dalam Matius mengarahkan orang ke sana.

MENYONGSONG HARI NATAL

Suasana menyongsong pesta Natal sudah terasa lama. Hiasan Natal terlihat di mana-mana. Kita saling berkirim kartu dan pesan Natal. Apakah orang-orang sekarang ini seperti umatnya Matius atau Lukas dulu, umat yang menjadi dewasa dan maju terus dan mau mendalami makna kehadiran Kristus di tengah-tengah umat manusia? Bila warta kisah kelahiran Yesus dimaksud untuk memajukan hidup rohani, apa masih ada relevansinya bagi kebanyakan orang pada zaman kita ini? Khususnya di bumi Indonesia?
Tetap berlaku ajakan untuk mulai mengenal lebih jauh siapa Yesus yang diikuti orang banyak, siapa dia yang diimani sepanjang zaman sebagai Penyelamat itu. Orang beriman bisa pula menjadi seperti Matius dan Lukas. Mereka mulai mencari tahu asal usul Yesus sehingga pengenalan mereka semakin dalam. Baik Lukas maupun Matius menekankan hadirnya daya ilahi ("Maria mengandung dari Roh Kudus") dan penerimaan utuh dari pihak Maria dan Yusuf. Yang dilakukan Yusuf diungkapkan Matius dalam bacaan hari ini. Menerima karya ilahi dalam ujud yang amat mengguncang tadi menjadi ungkapan iman yang paling nyata. Yusuf itu orang yang bisa menerima kehadiran ilahi yang tidak lumrah sekalipun dan tetap menghormatinya. Bahkan ia memeliharanya dengan penuh perhatian. Ia memikirkan kepentingan Maria, tidak hanya mau meninggalkannya begitu saja. Kemudian ia juga berani mendengarkan Yang Keramat yang mengubah rencananya sama sekali. Ia bersedia menjadi orang yang bertanggung jawab membesarkan Yesus. Ringkasnya, Yusuf itu pribadi yang dapat dipercaya karena juga bisa mempercayai. Mendalami peristiwa kelahiran Yesus dalam terang Injil Matius itu merayakan kebesaran hati seorang manusia yang bukan saja memungkinkan karya Allah dapat mulai terjadi, tetapi juga yang memelihara dan membesarkannya. Dan semuanya ini terjadi dengan tak banyak kata. Orang beriman yang ingin maju menjadi pemerhati gerak-gerik Yang Ilahi tentu dapat belajar banyak dari Yusuf si pendiam itu.

Salam hangat,
A. Gianto

Minggu Biasa III A - 16 Desember 2007

Bacaan Pertama Minggu Adven III/A 16 Desember 2007 (Yes 35:1-6a)

DITUNTUN KEMBALI OLEH DIA SENDIRI!

Rekan-rekan yang baik!
Petikan kali ini, Yes 35:1-6a, dipungut dari kumpulan nubuat yang dihimpun
dalam Yes 34-35. Di situ digambarkan keadaan di masa mendatang ketika umat
Israel akan mengalami kembali kejayaannya di bawah pimpinan Tuhan mereka
yang bakal mengalahkan kekuatan-kekuatan lawan. Gagasan seperti ini timbul
di kalangan umat ketika mereka mengalami kejatuhan dan sulit bangun kembali.
Dalam keadaan itulah mereka mengingat-ingat kembali apa yang terjadi pada
mereka dulu dan kini dengan penuh kepercayaan berharap bahwa Ia bakal tetap
menolong umatNya menemukan kembali tempat mereka. Petikan ini mengungkapkan
kemantapan ini.

UMAT DI PENGASINGAN

Akan berfaedah mengingat kembali kejadian-kejadian pokok yang melatari
bacaan kali ini. Pada tahun 587 seb. Masehi, kota Yerusalem digempur oleh
Nebukadnesar, raja Babilonia yang menawan para pemimpin serta orang-orang
penting di Yehuda dan membawa mereka ke Babilonia. Di sana mereka hidup
dengan cukup leluasa dan berpenghasilan cukup. Namun tokoh-tokoh itu tetap
mendambakan pulang ke Yerusalem dan membangun kembali kota itu dan
kejayaannya. Dalam keadaan ini muncullah serangkai khotbah yang memberi
semangat serta harapan ke arah itu. Mereka mengaktualkan kembali iman
kepercayaan akan Tuhan mereka yang dahulu kala memimpin keluar leluhur
mereka dari tanah perbudakan di Mesir. Kini Ia akan juga membawa mereka
kembali ke negeri mereka. Musuh serta penindas akan dikalahkannya dan Ia
akan bertahta kembali di kota suciNya. Dalam kitab Yesaya, ada bagian yang
menggarap hal ini yakni Yes 40-55 yang lazim disebut Deutero-Yesaya.
Babilonia kemudian ditaklukkan Persia tahun 539 seb. Masehi. Tahun
berikutnya orang-orang Yahudi diberi kesempatan oleh penguasa Persia untuk
pulang dan membangun kembali negeri mereka. Kejadian sejarah ini semakin
meneguhkan harapan akan terbangunnya kembali Yerusalem. Ingatan akan khotbah
dan tulisan-tulisan yang menggugah iman dan semangat tadi dikumpulkan dan
diperluas dengan teks-teks yang menggarisbawahi kejayaan Tuhan mereka
terhadap kekuatan-kekuatan yang melawan umatNya. Inilah yang kemudian
dikenal sebagai tulisan apokaliptik yang terkumpul dalam Yes 56-66 yang
disebut para ahli sebagai Trito-Yesaya. Bahan yang kini terdapat dalam Yes
24-27 dan Yes 34-35 itu sejalan dengan nada apokaliptik tadi.

DIA YANG MEMBAWA KEMBALI

+ Tolong jelakan maksud bacaan pertama ini. Kok nadanya penuh hura-hura.

- Ehm. Yes 35:1-6a memantulkan pemikiran teologis tentang kepercayaan
turun-temurun dengan menghadapkannya pada pengalaman yang nyata kini - di
tempat pembuangan di negeri Babilonia.

+ Nanti dulu, kalau bener nangkapnya, waktu itu orang tidak lagi merasa bisa
berpegang begitu saja pada keyakinan turun-temurun, eh sukar menerima
kebenaran iman yang diajarkan leluhur, begitukah?

- Masalah umat waktu itu begini. Ada ajaran kepercayaan turun-temurun bahwa
Tuhan mereka telah memilih umatNya dan berjanji melindunginya dan memberinya
kebesaran. Tapi nyatanya Yerusalem digempur, para pemimpin ditawan, umat
hidup di tempat pengasingan. Bagaimana bisa terjadi? Taruh kata memang umat
telah bersalah, apa memang kedosaan umat itu menghapus kesetiaanNya pada
janji-janjiNya kepada leluhur? Kalau begitu apa perlakuanNya terhadap umat
mesti diukur dengan kedosaan umatNya? Ini soal iman.

+  Jadi orang mulai bertanya-tanya, bila Dia memang betul-betul Maha Besar,
maka Ia dapat mengatasi kedosaan yang sebesar apapun dengan kerahimanNya.
Orang ditantang untuk berani berpikir ke situ. Ini krisis.

- Tetapi mereka juga melihat keadaan sedang berubah. Penguasa Persia kini
memberi kesempatan mereka pulang membangun kembali negeri mereka. Bagi
mereka ini tanda bahwa Tuhan masih setia.

+ Boleh dikata dalam masa pengasingan itu Tuhan mereka berani solider
mengalami kejatuhan pamor juga?

- Ini amatan yang tajam. Betul. Mereka mendapati Dia bersedia ikut mengalami
kesukaran dan menghadapinya bersama umatNya. Bila begitu mengapa kecil hati,
begitulah keyakinan umat tergugah kembali.

+ Karena percaya tetap disertai Tuhan, umat menemukan kembali gairah
meninggalkan tempat perbudakan di Mesir dan menempuh perjalanan ke tanah
terjanji di bawah pimpinanNya, seperti leluhur mereka dulu.

- Tapi perjalanan kali ini akan lebih mulus. Tempat-tempat sekering
padanggurun akan bertukar menjadi tempat yang subur dan memberi hidup
(Yes
35:1-2). Orang-orang yang tadinya kehilangan arah karena "buta", "tuli",
"tertatih-tatih", "bisu" kini dapat melihat dan mendengar kembali dan akan
dapat bergegas melompat (ay. 5-6a) karena mereka telah memperoleh kekuatan
kembali dari Tuhan mereka yang kebesarannya kini dipercaya dan ditegaskan
kembali dengan lantang (ay. 3-4).

+ Jadi petikan ini mencerminkan penerapan gagasan lama ke masa kini.

- Betul. Kepercayaan akan Tuhan yang memerdekakakan dari perbudakan Mesir
menjadi kekuatan umat kini untuk berharap dapat membangun kembali negeri
mereka. Ada keyakinan besar mereka dituntun oleh Yang Maha Kuasa sendiri ke
sana, seperti leluhur mereka dulu.

DALAM TUNTUNANNYA

Dapat dirasa-rasakan bagaimana suasana batin orang-orang di pengasingan di
Babilonia tadi. Mereka kini merasa terdukung oleh Tuhan mereka, tidak
dibiarkan sendiri. Bahkan mereka melihat bagaimana Ia mengubah suasana kelam
menjadi penuh harapan. Pokok-pokok di atas tadi dapat diaktualkan kembali
bagi masa kini dengan menonjolkan suasana batin tadi.

Kesuburan bisa tumbuh di jalan sekersang apapun bila dilalui dan dijalani
dalam iman yang sungguh, yang mengubah kekeringan menjadi tempat yang meriah
dan indah. Hanya dengan penglihatan dan pendengaran yang peka akan kehadiran
Pembawa kehidupan sendiri, yakni Dia yang membimbing umatNya di perjalanan
hidup mereka, barulah kesuburan tadi tampak indah ("berbunga") dan terdengar
meriah ("bersorak-sorak"). Juga perjalanan hidup yang dapat meletihkan kini
akan enteng dijalani. Selemah apapun orang akan mendapatkan kembali kekuatan
karena Ia ada bersamanya. Dan itulah yang diwartakan dengan nada penuh
gembira oleh orang-orang yang tadinya bisu bungkam seribu bahasa.

Acap kali orang merasa hidup batin sesak, tidak merdeka, ada keterbatasan
ruang gerak, sering juga ada keleluasaan menalarkan hal-hal yang
bersangkutan dengan hidup beriman. Pembicaraan ini tak usah dikenakan pada
masalah kebebasan beragama atau perseteruan atas dasar agama. Itu soal lain.
Perkembangan hidup rohani kerap ditandai dengan kebutaan, ketulian, serta
ketertatih-tatihan batin. Dalam keadaan ini orang butuh pertolongan agar
melihat kembali, mampu mengerti dan bisa berjalan cepat mengejar
ketinggalan.

Nanti dalam ulasan bacaan Injil bagi hari Minggu ini (Mat 11:2-11) akan
diuraikan bagaimana umat Perjanjian Baru menerapkan iman turun-temurun tadi
kepada Yesus. Petikan Injil itu bahkan menampilkan Yesus yang mengutip Yes
35:5-6 guna menjelaskan siapa dirinya, yakni dia yang sudah diramalkan dalam
nubuat tadi.

===============================

Injil Minggu Adven III/A 16 Desember 2007 (Mat 11:2-11)

ENGKAUKAH YANG DIJANJIKAN BAKAL DATANG?

Dalam Mat 11:2-11 diceritakan bagaimana Yohanes Pembaptis mengutus
murid-muridnya kepada Yesus untuk memastikan apakah ia itu betul dia yang
diwartakan bakal datang (ay. 2-3) dan jawaban Yesus (ay. 4-6). Selanjutnya,
ketika murid-murid Yohanes telah pergi, Yesus berbicara kepada orang banyak
mengenai Yohanes Pembaptis (ay. 7 dst.).

MENCARI TAHU - MEMASTIKAN - MENERIMA

Beberapa waktu sebelumnya, Yohanes Pembaptis ditangkap oleh Herodes Antipas
(Mat 4:12). Ini perkara politik. Warta kenabian dan seruan pertobatannya
Yohanes membuat guncangan di masyarakat dan dikhawatirkan akan membahayakan
kedudukan Herodes di hadapan penguasa Romawi. Ada alasan lain. Yohanes
pernah mengecam keras perkawinan Herodes dengan Herodias yang waktu itu
masih bersuamikan saudara tiri Herodes sendiri (Mat 14:4; terlarang menurut
Im 18:6). Di penjara Yohanes masih bisa menerima kunjungan murid-muridnya.
Dari merekalah Yohanes mendengar tentang Yesus yang mulai dikenal di
masyarakat.

Menurut Mat 3:11, Yohanes memaklumkan kedatangan dia yang lebih berkuasa
daripadanya yang akan membaptis dengan Roh dan api sehingga orang dapat
memasuki Kerajaan Surga setelah menerima baptisan tobat yang diserukannya.
Tetapi belum jelas baginya siapa orangnya. Dalam pemaklumannya nama Yesus
memang tidak disebut. Ketika Yesus datang kepadanya minta ikut dibaptis (ay.
13-15), Yohanes tentunya menduga bahwa dia inilah orangnya. Ada pengalaman
rohani. Injil menggambarkannya dengan terdengarnya kata-kata dari langit
bahwa Yesus itu anak terkasih dan mendapat perkenan ilahi (ay. 17.) Tetapi
diakah orang yang dinanti-nantikan? Keragu-raguan ini tidak perlu
ditafsirkan sebagai kekurangpercayaan. Dibutuhkan berita lebih lanjut yang
bakal memastikan bahwa dia itulah orangnya. Iman yang hidup tetap butuh
informasi yang aktual, bukan sekadar mengamini rumus-rumus kepercayaan saja.

PERCAYA  -  TINDAKAN APA ITU?

Pertanyaan Yohanes apakah Yesus itu betul-betul dia yang bakal datang, atau
masih akan ada orang lain, menunjukkan bahwa Yohanes ingin mendengar berita
yang tepercaya. Ia juga mau mengajar murid-muridnya agar berani mengenal
siapa tokoh Yesus itu sesungguhnya dengan menemuinya sendiri.

Termasuk tindakan beriman usaha mengerti mana tanda-tanda yang bisa membuat
orang percaya. Percaya dan beriman itu seperti semua tindakan manusia, bisa
dan butuh dipertanggungjawabkan. Iman bukan hanya perasaan mantap sehidup
semati saja. Malah rasa mantap seperti itu bakal kurang berdaya menghadapi
pelbagai tantangan baru.

Yohanes sebetulnya menghadapi masalah "teologi dasar" seperti itu. Di hati
dan dalam niatan ia percaya bahwa ada yang bakal datang mengutuhkan warta
Kerajaan Surga. Tapi siapakah dia itu dalam kenyataannya? Orang yang
dikabarkan di mana-mana mengerjakan perkara-perkara ajaib itukah? Bila
betul, bagaimana penjelasannya? Apa ada kelanjutan dengan cara-cara Yang
Ilahi mewahyukan kehendakNya dan memperkenalkan diri dulu? Apa betul-betul
dapat diterima manusia. Atau tokoh yang sekarang populer itu cuma mau
memanfaatkan gairah orang banyak melihat hal-hal yang mengguncang batin tapi
tidak membawa ke pengalaman yang lebih utuh? Apa ia membantu orang menjadi
makin mandiri batinnya atau malah membuat mereka menjadi permainan
dorongan-dorongan rohani yang tak berujung pangkal?

Kebutuhan mempertanggungjawabkan terasa mendesak karena pada waktu itu warta
yang dibawakan Yohanes dan pengajaran yang diberikan Yesus sering
dipertanyakan dan bahkan ditolak. Dalam Mat 11:16-19, yang menjadi konteks
bacaan hari ini, disebutkan, ada orang-orang yang menganggap Yohanes
kerasukan setan karena menjalankan laku tapa keras, malah ada yang tidak
menggubris Yesus walaupun ia tidak seperti pertapa hidupnya. Bahkan
kebaikannya kepada para pemungut pajak dan pendosa dijadikan bahan cibiran.
Memang sepanjang Mat 11-12 digambarkan sikap orang-orang yang tidak mau
menerima warta Yohanes dan kehadiran Yesus sendiri.

TANDA-TANDA KEDATANGANNYA

Yesus meminta agar murid-murid Yohanes melaporkan kepada guru mereka apa
yang mereka lihat dan dengar, yakni orang buta melihat, orang lumpuh
berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan
dan kepada orang miskin dibawakan berita gembira. Kesembuhan ajaib itu
diceritakan dalam Mat 8-9: tentang orang buta, lihat 9:27 dst.; orang lumpuh
8:5 dst. dan 9:1 dst.; orang kusta 8:1 dst.; orang tuli 9:32 dst.; orang
mati 9:18 dst. Peristiwa-peristiwa ini memenuhi warta Yes 35:5-6: "Pada
waktu itu mata orang-orang buta akan bisa melihat dan telinga orang-orang
tuli akan bisa mendengar. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti
rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai...." Pewartaan kabar gembira
kepada kaum miskin membuat Yesus serasa memenuhi yang sudah dikatakan dalam
Yes 61:1, "Roh Tuhan ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku. Ia
telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang
sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan...." Pendengar diminta menyimak
kembali pewahyuan ilahi yang sudah sering didengar dan mencoba melihat
kenyataannya sekarang. Penyembuhan dan kabar gembira kepada orang-orang yang
sengsara tadi membuat kedatangan Yesus semakin dapat dipertanggungjawabkan,
semakin "accountable".

Pada akhir jawabannya, Yesus menyebut berbahagia orang "yang tidak
menolaknya", ungkapan aslinya, "yang tidak tersandung karena aku". Orang
yang bisa menerima warta Yesus tanpa merasa tersinggung dan menyambutnya
dengan merdeka boleh merasa bahagia. Mereka ini menerima Kerajaan Surga
(bdk. Mat 5:3 dst. - Sabda Bahagia). Begitulah kebahagiaan tercapai dengan
mencari tahu bagaimana dan dengan cara apa kedatangannya menjadi semakin
bermakna dan semakin bisa dinikmati orang zaman ini. Menayangkan Yesus
sebagai tokoh yang ekslusivist rasanya sudah bukan zamannya lagi, di mana
saja. Tetapi memperkenalkannya sebagai sosok yang bisa menghadirkan
keilahian yang penuh pengertian membuat pewarta iman makin bisa disebut
berbahagia.

TENTANG YOHANES PEMBAPTIS LAGI

Setelah murid-murid Yohanes pergi, Yesus mulai berbicara mengenai Yohanes.
Dikatakannya bahwa orang-orang datang kepada tokoh itu karena ia tidak
seperti "buluh digoyang angin" (ay. 7), sebuah ibarat yang mirip ungkapan
Indonesia "seperti air di daun talas". Mereka datang untuk berguru kepada
orang yang wataknya kuat, kepada orang yang berprinsip, berkepribadian.
Itulah Yohanes Pembaptis.

Ditambahkan bahwa mereka tentunya tidak ke tempat sepi untuk menemui orang
yang "berpakaian halus" (ay. 8-9). Mereka datang mendengarkan seorang nabi
yang menyampaikan sabda Tuhan. Yohanes digambarkan memakai pakaian kasar
dari bulu unta dan berikat pinggang kulit (Mat 3:4) seperti nabi zaman dulu
(bdk. pakaian nabi Elia dalam 2 Raj 1:8)! Juga di zaman sekarang orang masih
suka mendengar tokoh yang berintegritas kenabian tetapi yang tidak
memaksa-maksakan penghayatan sendiri.

Siapakah yang dimaksud dengan "yang terkecil dalam Kerajaan Surga" yang
lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, yang hingga kini tak ada yang
melebihinya? Bila diingat kata-kata Yohanes Pembaptis sendiri, maka jelas
yang dimaksud ialah Yesus. Dalam Mat 3:11 Yohanes menegaskan, akan datang
yang lebih berkuasa daripadanya dan dia ini akan membaptis dengan Roh dan
api. Tapi kemudian bagaimana bisa dijelaskan bahwa menurut Mat 11:11 Yesus
itu "terkecil" dalam Kerajaan Surga? Gagasan paling kecil bisa dikenakan
kepada orang yang ditugasi melayani orang lain. Dan dalam Mat 20:28 Yesus
menerapkan gagasan melayani tadi kepada dirinya sendiri. Ia datang bukan
untuk dilayani melainkan untuk melayani. Untuk membuat Yang Ilahi mendekat
kepada manusia. Itulah kebesarannya.

Seandainya hari ini kita bertanya kepada Yesus, "Engkaukah dia yang bakal
datang?", jawabannya akan sama. Ia akan mengajak kita memahami karya ilahi
yang masih tetap berlangsung di antara kita di dunia ini kendati sering
masih terselubung. Itulah jalan mengenalinya. Lalu, apa kita bisa
mengharapkan diri kita juga akan dibicarakan oleh Yesus dengan para penghuni
surga - seperti dulu ketika ia berbicara tentang Yohanes kepada orang
banyak? Matt mengangguk penuh pengertian. Kita boleh merasa beruntung
disertai Matt dalam Masa Adven ini.

Salam hangat,
A. Gianto

Minggu Adven II A - 9 Des 2007

Halo,

Bacaan Pertama Minggu Adven II/A - 9 Des 2007 (Yes 11:1-10)

APA YANG DAPAT KITA HARAPKAN?
Rekan-rekan sekalian! Nada berharap amat ditonjolkan dalam bacaan pertama Minggu Adven II/A, Yes 11:1-10. Di situ dinubuatkan kedatangan Raja Damai keturunan Isai (ayah raja Daud; leluhur Yesus juga; lihat Mat 1:5-6 Luk 3:32). Raja ini akan memperoleh kebijaksanaan (Yes 11:1-2) guna menegakkan keadilan (ay. 3-5) dan merukunkan mereka yang tadinya saling bermusuhan (ay. 6-9) dan dengan demikian ia menjadi pangkal harapan orang banyak (ay. 10).

KEADAAN POLITIK
Pada abad 8 sebelum Masehi pengaruh militer adikuasa Asiria amat dirasakan di utara. Asiria berebut pengaruh dengan negeri adikuasa lain, yakni Mesir, di wilayah yang terjepit di antara keduanya yakni negeri Israel di utara dan Yehuda di selatan. Tentu saja di utara kehadiran militer Asiria lebih terasa. Penguasa kerjaan utara (pusatnya di Samaria) berupaya tidak terlalu berada di bawah pengaruh militer Asiria antara lain dengan bersekutu degan kerajaan selatan (Yehuda, pusatnya di Yerusalem), dan juga negeri adikuasa Mesir. Gerakan ini malah membuat Asiria semakin memperkuat pengaruhnya di utara dan akhirnya menganeksi seluruh wilayah itu setelah merebut Samaria pada tahun 722 dan mendeportasikan penduduknya ke wilayah-wilayah lain yang sudah dikuasai. Demikian punahlah kerajaan utara. Keadaan ini mengkhawatirkan orang di selatan. Yehuda memang segera menjadi semacam negeri satelit Asiria meski masih memiliki pemerintahan dan pertahanan sendiri. Keadaan seperti telur di ujung tanduk ini menimbulkan kekhawatiran jangan-jangan nanti mereka mengalami nasib seperti kerajaan utara. Di dalam negeri sendiri ada pendapat macam-macam dan bahkan pertentangan. Dalam keadaan ini tampillah di Yesaya bin Amos, seorang intelektual yang dekat kalangan raja di Yerusalem. Ia berusaha membesarkan hati dan tidak membiarkan orang hidup dalam kekhawatiran melulu dan tubruk sana tubruk sini, kendati ia sendiri tentu sadar ancaman dari Asiria itu amat nyata. Dihidupkannya harapan akan seorang pemimpin yang bijaksana dari kalangan istana yang dapat memberi rasa aman kepada penduduk. Dan bagian yang dibacakan kali ini, Yes 11:1-10, ialah salah satu hasil karyanya yang paling memberi semangat dan harapan.

TEMPAT KEPEMIMPINAN
Dalam keadaan tak menentu dan terancam, beberapa pihak malah mengail di air keruh. Mereka mengeruk untung sebesarnya-besarnya bagi diri dan pihak sendiri mumpung ada kesempatan. Telah terjadi di utara sebelum direbut seluruhnya oleh Asiria. Dan kini keadaan serupa ada di Yerusalem dan wilayah Yehuda umumnya. Akibatnya terjadi ketimpangan sosial, perlakuan tak adil, pemerasan. Seolah-olah permusuhan sudah jadi andaian yang tak terelakkan dalam hidup bersama. Tak ada lagi kesetujuan bersama untuk menumbuhkan keadaban. Masyarakat tak bisa melepaskan diri dari keadaan ini tanpa pemimpin yang terampil dan bisa mengarahkan kembali kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Dalam etos Perjanjian Lama, keadaan seperti itu hanyalah bisa diatasi oleh pemimpin yang memiliki kebijaksanaan. Hanya dialah yang bakal mampu membuat yang sungsang menjadi yang lurus ke depan. Ia dapat menyatukan kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan. Ia juga membuat orang merasa aman, lepas dari ketakmenentuan. Inilah pemimpin yang diharapkan datang. Dalam bahasa puitis digambarkan dalam Yes 11:6-8 bagaimana pihak-pihak yang tadinya tak bisa ada bersama akan dapat hidup rukun satu dengan yang lain: serigala dan domba, macan tutul dan kambing akan tinggal bersama, lembu dan beruang anak lembu dan anak singa, bayi dan ular tedung, kanak-kanak bermain dengan ular berbisa. Ada yang lebih daripada sekadar kebersamaan belaka. Bila dikatakan beruang akan makan rumput dan singa makan jerami, artinya kaum pemangsa akan menanggalkan kebiasaan memangsa dan akan hidup dengan cara sama seperti mereka yang tadinya jadi korban. Pertobatan? Ya. Dan bila demikian akan sama dengan yang dicanangkan Yohanes Pembaptis dalam bacaan Injil nanti.Itulah yang bakal terjadi di tempat hadirnya Yang Maha Kuasa. Di tempat suci itu kekerasan yang menghancurkan berubah menjadi kekuatan yang melanggengkan kehidupan. Ini daya dan kebesaran Tuhan yang diperkenalkan Yesaya (ayat 9). Dan Dia Yang Berkuasa itu akan berkenan kepada seorang dari antara keturunan raja dan membuatnya menjadi pemimpin yang mereka dambakan itu. Dia itu tunas dari tunggal Isai (ayat 1), ia itu taruk yang tumbuh dari pokok yang sama (ayat 10). Akan bermanfaat mendalami sepasang kiasan "tunas dan taruk" didalami. Tunas tumbuh ke atas, bersemi menjadi dahan kuat dan akan menjadi pohon rindang dan berbuah. Taruk tumbuh ke bawah menjadi akar yang menunjang pohon. Dengan demikian pohon akan kekar. Itu kiasan bagi pemimpin yang diharap-harapkan. Kiasan ini juga memungkinkan gambaran pemimpin yang kukuh berakar di tanah, di kalangan masyarakat tapi juga yang menjadi tempat bernaung Dan dalam khazanah sastra Perjanjian Lama pohon yang rindang dan yang berakar kuat menjadi gambaran akan berkat dan perkenan ilahi. Sekaligus diharapkan agar pemegang kekuatan ini sadar akan asal serta tanggung jawab yang menyertai anugerah itu.

BERNALAR MENGATASI KETAKUTAN
Bagi orang yang percaya, kehadiran ilahi cukup untuk menyingkirkan kekuatan jahat. Di mana Yang Ilahi berada, di situ yang jahat akan tersingkir. Namun ada satu hal yang mesti juga ada. Mesti ada orang yang bertindak dalam kepercayaan dan keyakinan ini. Mesti ada orang yang mengujudkannya bagi kebutuhan saat itu. Ini arti kehadiran Yang Ilahi di tengah manusia. Bukan utopi. Tapi nyata dan memberikan ruang gerak dan keikutsertaan bagi manusia. Mengenali kehadirannya yang demikian ini membuat orang makin bijaksana. Dan kepemimpinan orang ini akan membawa keluar orang banyak dari kendala dan krisis serta ketidakpastian serta ketakutan. Pemimpin seperti ini dekat pada Yang Ilahi dan berpikir dalam ukuran-ukuran Dia, ia itu bisa diharapkan. Ia punya kredibilitas.Nabi seperti Yesaya melihat keadaan zaman dan gelagatnya dan mulai berpikir dalam ukuran-ukuran orang yang percaya akan kebesaran ilahi. Ia tidak tubruk sana tabrak sini. Ia mengajak orang tenang dan melihat pelbagai alternatif. Inilah kepemimpinan kaum intelektual yang bisa dikembangkan. Ini juga cara bertindak yang memberi arti kongkrit pada apa itu percaya dan apa itu beriman. Nanti Yohanes Pembaptis juga ke sana, ia mengajak orang melihat keadaan kini untuk memahami keadaan zaman.

KARUNIA ROH BAGI PEMIMPIN
Petikan kali ini tidak mengajarkan agar tiap orang berharap memiliki semangat kepemimpinan. Bubrah bila semua orang memimpin. Juga tidak pada tempatnya semua orang mengharapkan diri jadi orang bijak. Ini tidak bisa terjadi dan malah membuat orang berebut kebijaksanaan Yang diajarkan dalam teks Yesaya ialah mencermati apakah orang yang diharapkan memimpin mengembangkan karunia itu. Orang banyak bisa mengatakan ini lho pemimpin yang kita maui. Kembangkan keterampilan ke sana. Dalam teks Yesaya asli disebut tiga pasang karunia. Pertama yakni "hikmat" (yang bisa membuat yang bersangkutan membawa diri di muka orang banyak dan terampil memecahkan perkara-perkara) dan "pengertian" (pemahaman seluk beluk perkara-perkara kehidupan, bukan hanya yang kelihatan belaka). Kedua, "nasihat" (yang membuat orang yang bersangkutan mahir merencanakan tindakan ke sebuah tujuan) dan "keperkasaan" (yang memungkinkan tercapainya tujuan tadi). Ketiga yakni "pengetahuan" (yakni kemampuan bernalar) dan "takut akan Tuhan" (yakni sikap beriman, takwa kepadaNya). Itulah gambaran ideal seorang yang bakal memimpin. Berarti diharapkan agar siapa saja yang memegang tugas kepemimpinan mengembangkan karunia itu. Niscaya akan disukai dan didukung rakyat, dan dapat mencapai program politik dengan integritas orang yang percaya. Catatan. Dalam teks Yunani dan Latin petikan ini sebelum yang terakhir ada tambahan karunia "kesalehan". Demikian ada tujuh karunia yang lazim diajarkan dalam pelajaran agama/katekismus dalam Gereja Katolik. Ini ajaran untuk mengusahakan sikap kepemimpinan di masyarakat menjadi kekuatan pribadi masing-masing orang untuk mengarahkan diri mengenali kehadiran Yang Ilahi dalam kehidupan.Injil hari Minggu Adven II/A (Mat 3:1-12) akan memperdengarkan bagaimana Yohanes Pembaptis tampil mengumumkan kedatangan Kerajaan Surga dan menyerukan agar orang mulai berpikir dan berubah haluan. Inilah kepenuhan harapan dalam nubuat Yesaya tadi dalam pengertian pengikut-pengikut pertama Yesus. ==========================================================

Injil Minggu Adven II/A:
MENYELARASKAN LANGKAH (Mat 3:1-12)
Dalam Mat 3:1-12 dikisahkan Yohanes Pembaptis tampil mengumumkan kedatangan Kerajaan Surga dan menyerukan agar orang bertobat. Dalam bahasa sekarang, seruan ini sama ajakan untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam diri kita dan dunia sekitar. Nada penuh berharap dalam bacaan pertama, Yes 11:1-10, dapat membantu memahami warta tadi. Di situ dinubuatkan kedatangan Raja Damai keturunan Isai (ayah raja Daud; leluhur Yesus juga. Lihat Mat 1:5-6 Luk 3:32). Raja itu akan memperoleh kebijaksanaan (Yes 11: 1-2) untuk menegakkan keadilan (ay. 3-5) dan merukunkan mereka yang biasanya saling bermusuhan (ay. 6-9) dan dengan demikian ia menjadi pangkal harapan orang banyak (ay. 10).

TELAH DIUMUMKAN JAUH-JAUH HARI
GUS: Matt, selamat datang! Langsung tanya, dari mana kauperoleh bahan mengenai Yohanes Pembaptis itu?
MATT: Dari diktat Mark - eh, bagi kalian Injil Santo Markus. Tapi kuolah kembali. Kuperjelas dengan bahan tambahan dari sumber lain, misalnya kata-kata Yohanes Pembaptis sendiri dalam ay. 2: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" yang tak dituliskan Mark. Ia mengatakan Yohanes memberitakan baptisan tobat untuk pengampuan dosa (Mrk 1:4) tanpa menyebut Kerajaan Surga sudah dekat, yang dikatakan oleh Yesus sendiri (Mrk 1:15, "Kerajaan Allah"; dibicarakan di bawah).
GUS: Ajakan Yohanes Pembaptis kok sama dengan yang diucapkan Yesus yang juga kautulis dalam Mat 4:17, sejajar dengan Mrk 1:15 tadi.
MATT: Kontinuitas, kawan, kontinuitas itu wajar! Orang hidup bukan asal ganti panutan. Warta Yesus itu melanjutkan dan melaksanakan hal-hal yang sudah disampaikan pendahulunya. Akan kita lihat nanti Yesus mengajar orang zamannya agar sampai pada inti Taurat, yakni ajaran-ajaran sudah jadi menjadi pegangan hidup turun-temurun. Ia mengajak orang merasukinya dan tidak tinggal di luar-luarnya.
GUS: Eh, kita kan bicara mengenai Yohanes Pembaptis dan belum tentang Yesus.
MATT: Yohanes Pembaptis kutampilkan sebagai sebagai suara yang berseru di padang gurun agar disiapkan jalan yang rata bagi dia yang akan datang itu (Yes 40:3). Yang sedang dinanti-nantikan itu akan datang dan memimpin kembali orang-orang ke dalam Kerajaan Surga lewat jalan yang rata tadi. Malah Mark menyisipkan nubuat yang sebenarnya berasal dari Maleakhi 3:1 "Lihatlah, aku menyuruh utusanKu mendahuluimu...." Utusan itu ialah Yohanes.
GUS: Banyak ahli mengatakan, kau tidak ikut mengutip ayat itu dengan alasan mau merapikan tulisan Mark yang menggabungkan ayat Maleakhi tadi bersama dengan kutipan dari Yesaya.
MATT: Coba tanya Luc saja deh, dia kan juga tidak mengutip Maleakhi (Luk 3:4-6).
GUS: Tapi Luc mengutip lebih, yakni Yes 40:3-5, bukan hanya ay. 3 seperti kamu.
MATT: Ia menulis bagi orang-orang yang tidak amat mengenal tulisan para nabi. Jadi kutipan itu diperluasnya supaya konteksnya jelas. Tetapi pembacaku dulu sudah cukup tahu Kitab Suci dan tak butuh diberi banyak-banyak. Yang penting mereka mengerti bahwa Yohanes datang dengan wibawa dari atas sana. Kalau ditengok kembali, memang sosok besar tidak tampil begitu saja, kata orang zaman sekarang, ada kredensialnya. Kedatangan Yesus dimaklumkan Yohanes Pembaptis. Dia sendiri diwartakan oleh Yesaya sang Nabi besar itu.

DISERTAI KEKUATAN-KEKUATAN DARI ATAS
GUS: Matt, mau tahu nih, sebetulnya, seruan dalam ayat-ayat Yesaya itu ditujukan kepada siapa?
MATT: Apa belum tahu?
GUS: Soalnya, dalam Yes 40:1-2 yang tidak ikut kaukutip, ada seruan Yang Mahakuasa kepada makhluk-makhluk ilahi agar mereka menghibur umatNya dan menyadarkan mereka bahwa hukuman mereka telah selesai. Apa bagimu ayat yang kauambil alih itu (Yes 40:3) masih juga menghimbau kekuatan-kekuatan itu agar menyiapkan jalan dan meluruskannya - bukan kepada manusia?
MATT: Tentu saja! Yohanes malah menggemakan seruan Yang Mahakuasa sendiri kepada kekuatan-kekuatan surgawi tadi. Yohanes akrab dengan mereka. Orang datang kepadanya minta dibaptis sebagai tanda bertobat dan agar disertai kekuatan-kekuatan tadi menemukan kembali jalan yang lurus.
GUS: Dalam kesempatan itu Yohanes juga mengatakan, akan datang orang "yang lebih berkuasa" dan yang akan membaptis dengan Roh Kudus dan api, tidak seperti dia yang membaptis dengan air. Penjelasannya?
MATT: Air membersihkan yang menempel di luar. Baptisan Yohanes melepaskan beban-beban rohani. Baptisan yang diberikan Yesus membuat orang bisa melangkah ringan, seperti dibawa Roh Kudus, dan membersihkannya sampai sedalam-dalamnya, seperti api memurnikan barang campuran. Ini arti baptisan dengan Roh Kudus dan api. Yohanes menambahkan, dia yang akan datang itu akan menyendirikan yang berisi Roh dari yang kosong, seperti orang menampi gandum dan memisahkannya dari sekam (ay. 12).
GUS: Ketika berkata bahwa ia tak layak "membawa kasutnya", apakah Yohanes mau merendah?
MATT: Gini, bagi orang Yahudi, "membawa kasut" atau tindakan yang sehubungan dengan itu, "membuka tali kasut" yang muncul dalam tulisan Mark, Luc dan Oom Hans (Mrk 1:7 Luk 3:16 Yoh 1:27) itu kiasan yang berasal dari praktik hukum adat bertindak sebagai orang "yang diberi kuasa" bila orang yang berwenang terhalang. Yohanes hendak mengatakan, dirinya tak layak menerima kuasa mewakili Yesus!
GUS: Bisa kuteruskan penjelasan ini ke umat? Membantu.
MATT: Kami dulu berusaha mengartikan perkara-perkara yang mereka alami serta merumuskannya dalam cara bicara orang yang kami layani. Memang penting mengartikan pengalaman dan merumuskannya kembali dengan bahasa yang bisa dimengerti. Jangan buat umat terombang-ambing pembicaraan ini atau itu.

KERAJAAN SURGA
Kata Yunani "basileia", yang biasa diterjemahkan sebagai "Kerajaan", dipakai untuk membicarakan wibawa seorang raja, termasuk juga orang-orang yang mengakui kuasanya, bukan hanya terbatas pada gagasan wilayah seperti bila kita berbicara mengenai "kerajaan Majapahit" misalnya. Istilah Inggris "kingdom" sebenarnya tidak amat tepat, banyak yang lebih suka memakai pengertian "reign". Tapi agar tidak memperumit perkaranya, kita pakai saja "Kerajaan Surga" dengan sekadar penjelasan.

GUS: Kembali ke pokok yang tadi sudah sedikit kita bicarakan. Yohanes berseru bahwa "Kerajaan Surga" sudah dekat (Mat 3:2). Injil lain lebih memakai "Kerajaan Allah". Kau menyebutnya Kerajaan Surga, untuk menghormat, begitukah?
MATT: Kalau mau dibilang menghormat boleh saja. Tapi ada yang lebih penting. Dengan mengatakan Kerajaan Surga, jadi lebih jelas bahwa kenyataan yang dimaksud itu bukan dari dunia sini. Orang tidak perlu mengimpikan bahwa sebentar lagi akan terwujud pemerintahan di bumi dengan Mesias dari Allah sebagai pucuk pimpinannya. Ini masalah kami dulu. Ada sementara pihak yang mengira Yesus akan mendirikan pemerintah baru lengkap dengan pasukannya segala. Apa di zaman kalian tak ada kecenderungan seperti itu?
GUS: Apa dampaknya bagi kehidupan yang di sini sekarang?
MATT: Ah, diskusikan soal itu dengan dosen teologi sosial, mereka lebih tahu daripada penulis Injil. Tapi kalau boleh kukatakan, justru karena tidak masuk dalam sistem dunia ini maka kehadiran Kerajaan tadi dapat menjadi arahan batin orang yang mau bekerja sama meluruskan bumi ini. Eh, tergoda aku oleh gagasan menyelaraskan langkah dengan yang di atas sana itu, mengarah sama dengan yang di arah yang di atas sana itu, gitu dah ibaratnya.
GUS: Lewat baptisan roh dan api dalam pengertian yang kaujelaskan di atas?
MATT: Tentu saja, asal tidak begitu saja diartikan menjadi membaptis orang! Tapi ah tak usah kucampuri urusan pengaturan agama. Injil kan sumber inspirasi.

TUMBUH DAN BERBUAH
Masih sempat kami diskusikan kata-kata keras Yohanes Pembaptis terhadap orang Farisi dan orang Saduki yang datang minta ikut dibaptis (Mat 3:7-10). Kepala mereka seolah-olah diguyur air dingin supaya tidak mimpi bakal bisa lepas dari murka Tuhan kelak. Status keturunan Abraham bukan jaminan agar selamat. Yang perlu diusahakan, seperti ditegaskan sang Pembaptis (ay. 8) yakni, "...hasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan!" Kiasan menghasilkan buah itu amat dalam maknanya. Pertobatan saja belum cukup, meniatkan yang baik masih perlu tumbuh terus menjadi pohon, berbunga, mekar dan berbuah, tidak mandek, mandul, kopong dan mengering. Bila tak menghasilkan buah, pohonnya hanya akan dikapak sampai ke akar-akarnya dan dimusnahkan (ay. 10). Ini peringatan bagi mereka yang picik batinnya, yang tak punya kepedulian yang sungguh akan hadirnya Yang Ilahi. Mereka itu orang-orang yang tidak mau membiarkanNya datang merasuki batin serta menumbuhkan niat untuk berbuah.

Salam hangat,
A. Gianto

Minggu Adven I A - 2 Desember 2007


Halo,

Selamat Tahun Baru Gereja.

Bacaan Pertama Minggu Adven I/A - 2 Desember 2007 (Yes 2:1-5)

MARI KITA DAKI GUNUNG MULIA TEMPAT TINGGALNYA!

Rekan-rekan yang baik!
Bacaan pertama bagi keempat hari Minggu Adven tahun C diambil dari Kitab Nabi Yesaya, yakni 2:1-5; 11:1-10 35:1-6a dan 7:10-14. Kiranya bagian-bagian itu dipilih untuk menyongsong perayaan Natal dengan menyelami kebesaran Dia yang sejak dahulu kala sedia hadir di dekat umat manusia dan mengajak siapa saja yang mau mengenaliNya untuk mengarungi perjalanan kehidupan ini bersamaNya. Ayat-ayat yang dibacakan pada hari Minggu Adven I, yakni Yes 2:1-5, menyampaikan nubuat mengenai datangnya zaman damai. Tetapi kedamaian itu bukannya keadaan yang akan didatangkan dari begitu saja dari atas melainkan suasana batin yang perlu didatangi bersama. Bagaimana penjelasannya?

YERUSALEM DAN KENABIAN

Kota Yerusalem menjadi di tempat ziarah bagi semua orang Yahudi sendiri yang berdiam di negeri Yudea, di Selatan dan di utara. Ada kepercayaan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa memilih tempat itu sebagai tempatnya Ia dapat dimuliakan oleh siapa saja. Itulah gunung mulianya - sering disebut dengan nama puitisnya, yakni Gunung Sion. Dan tempat dan kota itu menjadi kebanggaan nasional orang Yudea, khususnya yang berdiam di Yerusalem. Juga secara turun-temurun, para pengelola tempat suci itu erat berhubungan dengan kalangan istana.Ada beberapa pujangga dan kaum terpelajar yang amat disegani baik di kalangan istana maupun di kalangan para imam di tempat suci. Kaum pujangga ini membesarkan hati, tapi juga mampu menantang dan memperingatkan para tokoh tadi. Di saat-saat tertentu mereka juga mewakili serta memperjuangkan kepentingan orang banyak. Mereka amat terpelajar dalam ajaran turun-temurun. Hal-hal sehari-hari dapat mereka artikan dalam terang ajaran Taurat. Peran kelompok ini penting dalam masyarakat Yahudi. Mereka menjadi "pembaca" gelagat zaman. Itulah para nabi dan kenabian di Yerusalem. Yesaya ialah salah satu yang paling dikenal dari kalangan itu. Ucapan-ucapannya diingat, dikumpulkan, ditulis dan disunting kembali para muridnya dan diluaskan di sana sini, semasa hidupnya dan jauh setelah itu. Teks Yes 2:1-6 kali ini mengalami perkembangan seperti ini. Bahkan ay. 2-6 bergema dalam Mi 4:1-2. Dalam bacaan kali orang-orang Yerusalem, terutama kalangan istana dan tempat ibadat, diajak memahami lebih mendalam kejadian yang sudah amat lazim, yakni peziarahan tahunan ke Yerusalem. Secara khusus disoroti keprihatinan mereka. Orang-orang di Yerusalem bahkan dihimbau agar belajar dari keadaan mereka yang akan berziarah ke kota suci mereka.

TUHANNYA REKONSILIASI

Dalam kesadaran religius para nabi Yerusalem, Yang Maha Kuasa yang berdiam di kota Yerusalem itu sedemikian besar dan mengatasi batas-batas kebangsaan dan oleh karena itu semua orang dari bangsa manapun boleh dan berhak datang kepadaNya. Jangan Dia dianggap milik khusus umat, meski umat ini ialah bangsa khusus pilihanNya. Justru sebaiknya, mereka diharapkan dapat peka menangkap hasrat-hasrat rohani orang lain. Alangkah baiknya bila kekayaan rohani di Yerusalem semakin terbuka sehingga siapa saja yang datang bisa mendapat bimbingan langsung dari Dia dan menemukan jalan kebahagiaan.Siapakah Dia yang bisa didatangi di Kota Sucinya itu? Ditegaskan dalam Yes 2:4 bahwa Dia akan menjadi "hakim" antara bangsa-bangsa. Dalam dunia PL, hakim bukan sekadar pemimpin proses peradilan, tapi juga pemimpin masyarakat yang berwewenang mendamaikan pertikaian yang dibawakan ke hadapannya dengan wibawa dan kebijaksanaannya. Kiasan ini dikenakan kepada Dia yang berdiam di Sion. Ia dapat mendamaikan pertikaian, Dia itu Tuhannya rekonsiliasi.Bangsa-bangsa yang akan ke Sion menghadap Yang Maha Kuasa itu bukannya datang untuk berwisata ria. Banyak yang memendam macam-macam keprihatinan, termasuk rasa permusuhan satu sama lain. Ada pihak-pihak yang merasa diperlakukan tak adil, ditekan oleh bangsa dan kelompok lain. Ada ganjalan. Komunikasi macet dan menggumpallah konflik horisontal, begitulah istilah sekarang. Tindakan selanjutnya ialah hunus pedang, arahkan tombak bersiaga maju perang untuk menentukan bukan siapa benar siapa salah, tapi siapa yang lebih kuat. Ketegangan ini tercermin dalam keprihatinan bagian kedua ay. 4. Syukur dalam keadaan itu tidak semua pihak membiarkan diri hanyut. Ada upaya bernalar - ada yang mulai mengajak mencari pemecahan. Dan inilah yang terbaca oleh sang nabi. Ada harapan mendapatkan pemecahan dari pihak ketiga yang bisa menolong. Coba kita kini baca kembali ay. 3 dengan gagasan tadi. Terungkap hasrat orang dari mana saja yang mau datang ke Yerusalem: "Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalanNya dan supaya kita berjalan menempuhnya, sebab dari Sion akan keluar pengajaran (= "Taurat dalam arti sebenarnya, bukan hukum belaka") dan firman Tuhan dari Yerusalem." Terasa betapa luas dan luhur pemikiran penyair yang menulis ayat itu. Lebih lagi, awal ay. 4 jelas-jelas mengatakan: "Ia - Tuhan - akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa, akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa." Dan bila terjadi demikian maka perlengkapan yang tadinya bakal dipakai untuk saling menghancurkan akan menjadi peralatan untuk mengelola bahan yang menunjang kehidupan: logam pedang akan ditempa menjadi bajak untuk menggarap tanah, ujung tombak akan beralih menjadi alat menuai buah!

RAHMAT ILAHI DAN TINDAKAN MANUSIA

Orang-orang yang tadinya siap berperang itu sendirilah yang akan mengubah mesin perang menjadi alat-alat bercocok tanam, bukan Tuhan yang di Gunung Sion itu. Mereka merasa memperoleh pengajaran dariNya akan nilai kehidupan. Inilah kebesaran Dia yang ada di tempat suci itu: dapat mengubah manusia dari yang siap menjalankan kekerasan menjadi yang mahir memelihara kehidupan dan tetap membiarkan manusia sendiri yang mengujudkannya. Kedamaian bukan karena semua menyembah Yang Ilahi dengan cara yang sama, melainkan karena masing-masing mendapat sesuatu dari Yang Ilahi yang mereka kenal dan dengan demikian mereka berubah sikap dan menindakkan hal-hal yang membangun. Ini warta bagi semua orang, juga bagi orang zaman ini, di mana saja. Ini juga warta antar iman, bukan sekadar ajakan toleransi saja.Ay. 5 mengakhiri petikan ini dengan seruan "Mari berjalan dalam terang Tuhan!" Ajakan itu ditujukan kepada "keturunan Yakub", cara bicara Perjanjian Lama untuk menyebut kelompok masyarakat yang merasa diri mendapat tugas menghadirkan keilahian di dunia. Juga mereka dan semua orang yang percaya diajak mencari pencerahan budi dan hati tadi dan menjalankannya dalam kehidupan. Masa Adven ialah masa menantikan kedatangan dia yang dalam terang ini. Bacaan dari Mat 24:37-44 yang diulas di bawah ini menyoroti kemanusiaan baru yang bisa diharapkan datang itu. Rahmat tercurah dari atas, tapi orang diharap jeli dan peka menanggapinya dan membiarkan diri kena pesona Dia yang di atas itu!

ARAH PENDALAMAN BACAAN PERTAMA

Pendalaman bacaan pertama (atau juga bacaan kedua) sebaiknya ditujukan untuk membuat agar warta Injil semakin terasa dekat. Pendalaman seperti itu sebenarnya sudah mulai dalam proses pembentukan Injil-Injil sendiri. Dulu dalam ibadat dikisahkan sebuah ingatan akan Yesus, lalu diupayakan memahami bagaimana kejadian ini memberi makna kepada khazanah teks turun-temurun mereka yang kita kenal sebagai Perjanjian Lama. Begitulah terkumpul bagian-bagian Injil yang memuat rujukan langsung atau tak langsung ke sana. Dalam perkembangan lebih lanjut, dibacakan juga secara terpisah petikan dari Perjanjian Lama yang dipilih pemimpin ibadat setempat, kemudian juga diikuti bacaan surat atau pengajaran tokoh-tokoh yang masih mengenal para rasul sendiri. Peringkat bacaan seperti ini akhirnya terkumpul dan diolah dalam peringkat bacaan Hari Minggu dan hari biasa yang dikenal dalam gereja Katolik "Ordo Lectionum Missae" dan yang diikuti oleh beberapa gereja lain di pelbagai negeri dalam semangat ekumenik. Dalam hubungan dengan Injil hari Minggu Adven I/C (Mat 24:37-44), bisa disimak lebih lanjut bagaimana warta kenabian PL tadi membantu menajamkan kepekaan orang menangkap gelagat serta pertanda kehadiran Dia yang mendamaikan kemanusiaan dan membaruinya. ====================================================

Injil Minggu Adven I/C:

MEMBARUI WAJAH KEMANUSIAAN

Rekan-rekan yang baik!Masa Adven tahun A ini diawali dengan mendengarkan ajakan berjaga-jaga menunggu kedatangan "Anak Manusia" pada akhir zaman (Mat 24:37-44). Peristiwa penyelamatan sudah mulai dan akan terwujud sepenuhnya kelak. Orang diajak menyadari kenyataan ini. Apa maksudnya?

KEMANUSIAAN YANG BARU

Ungkapan "Anak Manusia" dalam pembicaraan mengenai akhir zaman dalam Injil Matius (juga dalam Injil Markus dan Lukas) menggemakan Dan 7:13, yakni Anak Manusia yang datang menghadap Yang Mahakuasa untuk memperoleh anugerah atas seluruh alam semesta. Dalam Kitab Daniel, Anak Manusia ini baru tampil setelah kekuatan-kekuatan jahat yang mengungkung alam semesta punah. Begitulah, zaman yang dikuasai kekuatan edan itu digantikan dengan zaman Anak Manusia. Siapakah Anak Manusia ini? Bila dibaca dengan cermat, sosok Anak Manusia dalam Kitab Daniel menggambarkan kemanusiaan baru yang sepenuhnya ada di hadirat ilahi dan bebas dari pengaruh yang jahat. Bila Yesus digambarkan sebagai Anak Manusia dalam artian ini, maka ia datang dengan kuasa dari Allah sendiri. Orang bisa tak peduli dan mendiamkannya saja. Tapi akan tiba saatnya nanti mereka yang menganggapnya sepele akan merasa ketinggalan kesempatan.Oleh karena itu, amat tepatlah mengawali masa Adven ini dengan berusaha menyadari bahwa Yang Mahakuasa itu sungguh hadir walau tidak selalu kelihatan jelas. Bukan kehadiran yang diam dan jauh, melainkan yang bergerak mendekat. Pada saat Ia tiba, dunia ini akan terpilah-pilah dengan sendirinya. Akan jelas siapa-siapa yang berpihak kepadanya, akan jelas pula siapa yang tidak peduli akan kehadirannya yang kini masih terselubung. Masa ini juga masa untuk berupaya memahami kemanusiaan baru yang diperkenalkan Yesus serta mengupayakan agar hidup masyarakat terarah ke sana. Dalam Injil Matius, kemanusiaan baru itu ditampilkan sebagai kenyataan Kerajaan Surga.

TIADA YANG TAHU KAPAN

Pengalaman kerap kali membuat orang berpikir bahwa dunia dan masyarakat ini berjalan menurut hukum-hukum alam dan kesetujuan-kesetujuan dalam masyarakat. Kita kerap berwacana mengenai kenyataan sosial agama dan kepercayaan, kenyataan sosial pengetahuan, hukum-hukum alam evolusi manusia, tata jagat. Dan memang perkembangan teknologi dan hidup masyarakat mengikuti dua macam kaidah tadi. Tentu saja tidak disangkal bisa terjadi hal tak disangka-sangka, seperti bencana alam atau kerusuhan. Tapi kejadian ini malah membuat orang semakin yakin bahwa mekanisme hukum-hukum alam dan kehidupan sosial perlu semakin dikenali. Perubahan tidak begitu saja terjadi. Ada sebab dan akibatnya. Semakin dimengerti perubahan itu, semakin gampang dibuat perencanaan, perhitungan dan prediksi. Kehidupan sehari-hari praktis berdasarkan pendirian ini. Apa warta Yesus? Wartanya menyangkut kenyataan yang tidak sepenuhnya termasuk dunia ini. Kerajaan Surga yang diwartakannya sudah ada tapi tak diketahui kapan terwujud utuh. Tak ada yang tahu kapan. Artinya, Kerajaan Surga tidak mengikuti mekanisme hukum alam dan kaidah-kaidah perkembangan masyarakat walaupun berinteraksi dengannya dalam cara-cara yang tidak bakal sepenuhnya dapat dijelaskan. Tidak banyak artinya berusaha mendeskripsikan "realitas sosial" Kerajaan Surga dan apa "struktur"-nya, meskipun dapat dikatakan bila Kerajaan ini sungguh ada, ada pula dampak sosialnya. Para teolog dan ahli ilmu sosial dapat bekerja sama mendalami masalah ini.Tak ada yang tahu kapan kemanusiaan baru itu terwujud sepenuhnya kecuali Bapa sendiri, bahkan Anak Manusia yang akan datang itu tidak tahu saatnya (Mat 24:36). Oleh karena itu, dinasihatkan dalam petikan hari ini agar orang selalu siap (Mat 24:42-44). Dipakai panggilan "Bapa" dan bukan sebutan yang lain bagi Allah Yang Mahakuasa justru karena sebutan itu dapat membuat orang merasa dekat pada kerahiman dan belas kasihnya tanpa mengecilkan kewibawaanNya. Hendak diungkapkan bahwa saat yang amat menentukan itu bergantung pada wibawa yang dapat dialami sebagai yang rahim dan yang penuh belas kasih, bukan penghakiman yang semata-mata menentukan ganjaran atau hukuman.

KESEHARIAN YANG MENGECOH

Dalam petikan ini dibicarakan tentang Nuh dan orang-orang pada zamannya (ay. 38-39). Nuh dikasihi Allah dan Nuh berusaha membalasnya dengan menurutinya. Atas suruhanNya ia membangun Bahtera, kawasan khusus yang terlindung dari kekuatan-kekuatan penghancur yang akan segera datang. Dan jalan terbaik untuk selamat ialah membiarkan diri dibimbing Allah sendiri. Jalan paling mudah menjauhkan diri ialah menganggap sepi kasih Allah itu dan sibuk dengan urusan sendiri.Orang-orang pada zaman Nuh merasa sudah aman. Tak butuh apa-apa lagi. Mereka melihat yang dikerjakan Nuh, tetapi tidak peduli dan malah menganggapnya mengerjakan yang aneh-aneh saja! Kan tak akan terjadi apa-apa yang luar biasa! Semua bisa diperhitungkan, pikir orang-orang itu. Memang tak satu tindakan pun yang disebutkan termasuk tindakan buruk: makan minum, kawin dan mengawinkan. Semua ini kegiatan sehari-hari yang melangsungkan kehidupan manusia. Tetapi orang mudah melupakan bahwa ada yang tak termasuk keseharian. Gerak gerik Yang Ilahi yang tak dapat seluruhnya diperhitungkan. Ia tetap ada dalam wilayah yang keramat yang tak tunduk pada hukum-hukum di dunia ini.Bagaimana dengan gerak gerik kemanusiaan? Disebutkan dalam Mat 24:40-41, ada dua lelaki yang menggarap tanah, ada dua perempuan yang menggiling gandum. Bekerja di ladang dan menggiling gandum adalah dua kegiatan dari hari ke hari. Tetapi keseharian ini dapat mengecoh. Yang kelihatan biasa-biasa itu tidak akan tetap sama. Walaupun orang-orang itu mengerjakan yang sama persis, dikatakan satu akan diambil, satu akan dibiarkan. Tidak ada ukuran apapun yang menjelaskan, baik ukuran alamiah maupun ukuran kesetujuan-kesetujuan. Sering kesamaan luar membuat orang berpikir bahwa bagi Yang Keramat juga demikian adanya, sama saja. Tetapi Yesus justru tidak membenarkan anggapan seperti itu. Orang dinasihati agar peduli, hormat, berjaga-jaga akan gerak-gerik Yang Keramat yang tak terduga-duga, dan jangan sekali-kali menyepelekannya atau menganggap semua sudah beres.

INJIL MATIUS

Dalam tahun liturgi A ini perhatian akan dipusatkan pada Injil Matius. Injil ini ditulis berdasarkan Injil Markus dan beberapa bahan baru. Kedua bahan itu disusun kembali oleh Matius dalam bentuk lima kumpulan ajaran Yesus yang diselingi kisah mengenai sang guru dan murid-muridnya. Secara ringkas, susunan Injil Matius demikian:1-4: Bagian pengantar: silsilah Yesus, kelahirannya, pembaptisan, percobaan di padang gurun, permulaan karyanya.5-7: Kumpulan ke-I ajaran Yesus: Khotbah di Bukit, ini pegangan dasar bagi mereka yang mau masuk dan hidup dalam Kerajaan Surga.8-9: Pelbagai penyembuhan.10: Kumpulan ke-II ajaran Yesus: pegangan bagi mereka yang mewartakan Kerajaan Surga.11-12: Orang Yahudi menolak Yohanes Pembaptis dan Yesus.13: Kumpulan ke-III ajaran Yesus: tentang Kerajaan Surga lewat perumpamaan dan penjelasannya. Inilah pusat Injil Matius.14-17: Beberapa mukjizat, perselisihan dengan orang Farisi. Pengakuan Petrus dan penampakan kemuliaan Yesus.18: Kumpulan ke-IV ajaran Yesus: sikap-sikap yang diharapkan tumbuh dalam kehidupan bersama para murid.19-23: Perjalanan Yesus bersama murid-muridnya menuju ke Yerusalem dan perbincangan di Bait Allah.24-25: Kumpulan ke-V ajaran Yesus: pengajaran di Bukit Zaitun mengenai datangnya Kerajaan Surga pada akhir zaman dan ajakan bersiap-siap.26-28: Hari-hari terakhir Yesus bersama murid-muridnya, peristiwa-peristiwa dari Getsemani sampai Golgota, wafat dan kebangkitannya, penampakannya di Galilea.Injil Matius menyoroti Yesus sebagai pribadi yang membawakan Kerajaan Surga lewat tindakan dan ajarannya. Siapa saja yang menerimanya - bukan saja orang Yahudi - akan menjadi bagian dari Israel baru, yakni bangsa terpilih baru, kemanusiaan baru. Mereka inilah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Untuk sementara memang Kerajaan Surga belum kelihatan sepenuhnya, masih terselubung, walau jelas sudah mulai ada. Akan tiba saatnya kewibawaan ilahi menampakkan kuasanya seutuhnya. Saat itulah Kerajaan Surga tersingkap utuh dan orang yang siap akan ikut serta di dalamnya. Warta ini tak perlu membuat orang menjadi waswas dan mulai menghitung-hitung kapan hari akhir itu tiba. Orang dihimbau untuk menyelaraskan diri dengan kehadiran ilahi yang belum sepenuhnya tersingkap itu. Nuh tidak menyingkirinya, ia memasukinya. Itulah Bahteranya.

Salam hangat,
A. Gianto