Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Biasa III C - 24 Januari 2010

Minggu Biasa III/C - 24 Januari 2010 ( Luk 1:1-4; 4:14-21)

KABAR GEMBIRA DAN KEHIDUPAN UMAT

Pada hari Minggu Biasa III/B tanggal 24 Januari 2010 ini dibacakan Luk
1:1-4; 4:14-21, didahului Neh 8:3-5a.6-7.9-11 dan 1 Kor 12:12-30. Berikut
ini beberapa pokok yang dapat membantu memahami bacaan-bacaan itu, khususnya
Injil.

IBADAT TAURAT DAN MUNCULNYA UMAT TUHAN

Di kalangan umat Perjanjian Lama  suatu bentuk baru ibadat berkembang dalam
masa setelah pembuangan. Unsur utamanya ialah pembacaan Taurat beserta
penjelasannya. Ibadat ini lain dari ibadat kurban yang cenderung dipusatkan
di Bait Allah di Yerusalem. Pada zaman pembuangan sulit meneruskan ibadat
kurban karena Bait Allah runtuh dijarah. Selama masa itu lambat laun
berkembanglah ibadat sabda. Ketika Bait Allah dibangun kembali dan ibadat
kurban dapat dilakukan lagi, ibadat sabda tetap diteruskan dan bahkan
menjadi ibadat yang makin penting dalam masyarakat Yahudi. Bacaan yang
dipakai dalam ibadat itu berupa hukum-hukum adat dan agama, cerita-cerita
mengenai para leluhur, peraturan-peraturan hidup bersama. Semuanya ini
kemudian disusun kembali di kalangan para imam (seperti tokoh Ezra dalam
bacaan pertama) dalam ujud Taurat atau kelima Kitab Musa yang memuat
serangkai kisah para Bapa Bangsa (Abraham, Ishak, Yakub dan keturunannya),
kisah keluaran dari Mesir, kumpulan hukum Sinai, dan perjalanan di padang
gurun sebelum memasuki tanah terjanji. Petikan-petikan dari Taurat dibacakan
dan dijelaskan di dalam ibadat. Oleh karenanya Taurat akhirnya menjadi kitab
yang dikeramatkan. Dikisahkan dalam Neh 8:10-11 bagaimana para pemimpin
mengajak umat bersuka cita merayakan pembacaan Taurat. Ibadat seperti ini
kemudian dilakukan tiap hari Sabat di sinagoga atau rumah ibadat di mana
saja. Setelah bacaan dan penjelasan Taurat menyusul uraian berdasarkan
tulisan-tulisan lain yang lambat laun juga diterima sebagai bacaan keramat
seperti halnya kitab para nabi. Luk 4:14-21 mencerminkan ibadat Sabat
seperti ini. Lukas menceritakan bagian ibadat sehabis petikan dari Taurat
dibacakan dan dijelaskan. Dalam kesempatan itu salah seorang dari umat,
yakni Yesus, maju untuk membacakan Yes 61:1-2 dan menerapkan nubuat itu
kepada dirinya.

Dapat dikatakan, orang Yahudi baru mulai menjadi umat Tuhan setelah
mengalami pembuangan. Sebelumnya orang lebih menyadari diri sebagai warga
"bangsa terpilih". Semua unsur kehidupan dibawahkan pada keyakinan ini.
Kesadaran religius mereka juga bertumpu pada hal itu. Pukulan sejarah
meruntuhkan gagasan ini. Selama pembuangan tokoh-tokoh mereka makin
menyadari bahwa gagasan sebagai "bangsa terpilih" perlu ditafsirkan kembali
secara rohani sebagai "umat terpilih". Pengalaman hidup di tengah-tengah
bangsa-bangsa lain membuat gagasan itu berkembang menjadi "umat yang
dikasihi", umat yang dikhususkan berkat Taurat. Dalam inspirasinya yang
asli, Taurat mengungkapkan pengalaman meniti jalan untuk membangun hidup
bersama atas dasar pelbagai kesetujuan ("hukum-hukum") yang direstui Tuhan.
Bagi orang Yahudi Taurat bukanlah sekumpulan hukum dan aturan semata-mata,
melainkan ajaran kehidupan. Memang ada kelompok-kelompok yang cenderung
menafsirkannya secara ketat sebagai aturan-aturan belaka. Tafsiran itu
membuat Taurat menjadi layu dan tidak membuahkan kehidupan batin. Dalam
Perjanjian Baru, kaum Farisi digambarkan sebagai satu kelompok seperti itu.
Acap kali mereka berhadapan dengan Yesus dan murid-muridnya yang mau
menghayati Taurat sebagai ajaran kehidupan.

KABAR GEMBIRA DARI RUMAH IBADAT DI NAZARET

Injil hari Minggu ini menggabungkan pengantar Injil Lukas (Luk 1:1-4) dengan
peristiwa Yesus mengajar di sinagoga di Nazaret (Luk 4:14-21). Dari bagian
pengantar, jelaslah Injil Lukas ditulis bagi orang yang sudah pernah
mendengar mengenai Yesus dan berminat mengenalnya lebih jauh walaupun belum
amat yakin akan keistimewaan tokoh ini. Lukas memeriksa dengan seksama
bahan-bahan yang diperoleh dari para saksi mata dan para pekabar pertama dan
kemudian menyusunnya kembali secara runtut agar pembacanya - Teofilus -
sampai kepada kebenaran. Nama itu berarti "yang penuh minat akan hal-hal
yang Ilahi", maksudnya, orang yang ingin mengenali kehadiran Tuhan. Teofilus
ialah kita-kita ini juga.

Bacaan Injil hari ini ditempatkan Lukas langsung sesudah peristiwa Yesus
dicobai di padang gurun. Di sana ia menangkal pengaruh Iblis dengan
kata-kata keramat dari Taurat (Luk 4:4 [=Ul 8:3]; ayat 8 [=Ul 6:3]). Juga
ketika Iblis mau menyalahgunakan sabda ilahi (ayat 10-11 [=Mzm 91:11-12]),
Yesus membungkamnya dengan firman ilahi dari Taurat (ayat 12 [=Ul 6:16]).
Setelah peristiwa ini Lukas meneruskan kisahnya dengan mengatakan bahwa
"dalam kuasa Roh" Yesus kembali ke Galilea (Luk 4:14). Di wilayah itu
kemudian tersiar kabar mengenai dia yang mengajar di sinagoga-sinagoga. Ini
buah pertama dari keteguhannya mempercayai sabda ilahi.
Pada suatu hari Sabat Yesus mengikuti ibadat di sinagoga di Nazaret. Sesudah
bagian upacara pembacaan Taurat dan penjelasannya selesai, Yesus tampil
dengan memperkenalkan diri sebagai yang dinubuatkan nabi Yesaya (Yes
61:1-2), yakni Mesias membawakan kabar baik kepada orang-orang "miskin" (ay.
18-19). Dalam bahasa Lukas, "orang-orang miskin" ialah mereka yang menderita
kekurangan dalam hidup ini, terutama kekurangan material yang juga
mengakibatkan kemelaratan batin. Dan sering mereka tidak menyadarinya.
Apa isi kabar baik kepada orang-orang ini? Baiklah ditilik terlebih dahulu
suasana setelah nubuat Yesaya itu dibacakan (ayat 20). Lukas menyebut semua
seluk beluknya. Yesus menutup gulungan, memberikannya kembali kepada
petugas, duduk, sementara itu mata semua orang mengikuti setiap
gerak-geriknya dan ketika perhatian orang-orang terpaku, mulailah Yesus
memberikan pengajaran. Ia berkata (ayat 21), "Pada hari ini, sewaktu kalian
dengarkan, ayat-ayat Kitab Suci ini tergenapi!" Ia menjelaskan siapa dirinya
(Yang Diurapi, Mesias), kepada siapa ia datang ("kaum miskin", yakni
orang-orang yang butuh kabar gembira), tiga tugas utamanya: membuat orang
dapat kembali kepada Tuhan (tadinya "tawanan" sekarang bebas) sehingga dapat
memandangi kehadiranNya (tadinya "buta") dan membuat hati dan pikiran orang
lega (tadinya "tertindas"). Dia itu pembawa berita gembira bahwa "tahun
rahmat sudah datang". Dalam tahun rahmat inilah ia hidup di tengah-tengah
orang banyak, memberitakan Kerajaan Allah, menghidupkan harapan,
menyembuhkan, mengusir setan, memilih murid-murid agar makin banyak orang
dapat dilayani. Kehadiran Yesus di antara orang-orang zamannya membuat orang
melihat bahwa Tuhan bersedia berada di tengah-tengah manusia. Inilah kabar
gembira yang disampaikan kepada orang banyak. Kehadiran orang yang berhasil
mengalahkan pengaruh yang jahat, kehadiran orang yang direstui Roh Tuhan
sendiri, kehadiran yang memperkaya hidup kita.

MENEMUKAN PEGANGAN HIDUP

Bacaan Injil menunjukkan bagaimana setelah mengalahkan cobaan, Yesus
menemukan dirinya makin mampu membawakan Tuhan kepada orang banyak. Juga
dalam bacaan pertama terlihat bagaimana umat menemukan diri dekat dengan
Tuhan setelah mengalami cobaan besar selama pembuangan. Menemukan diri
memberi kegembiraan dan kekuatan. Bukan berarti semuanya akan serba beres.
Umat Perjanjian Lama masih akan menghadapi macam-macam persoalan. Masih ada
ketegangan dan perpecahan. Tetapi mereka kini memiliki pegangan, yakni
Taurat. Juga Yesus segera akan menghadapi ketidakpercayaan orang-orang,
bahkan dari orang-orang yang paling dekat dengannya. Tetapi ia mempunyai
pegangan. Ia sadar ia diutus Tuhan menghadirkan rahmat. Dan ia hidup untuk
itu.

Dalam mengikuti Yesus Kristus, kaum beriman juga dapat makin menemukan diri,
baik sebagai orang perorangan maupun sebagai umat. Mengikuti Yesus berarti
ikut serta di dalam kehidupannya. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap orang
memperoleh karunia Roh. Dengan mengikuti cara bicara Paulus dalam bacaan
kedua (1 Kor 12:12-30), karunia-karunia dari Roh yang satu itu membangun
satu tubuh. Dalam bagian sebelumnya yang dibacakan hari Minggu yang lalu
ditegaskan bahwa karunia sejati membangun kesejahteraan bersama, bukan
kebesaran orang-perorangan. Pada bagian awal bacaan hari ini ditekankan
bahwa karunia ini memungkinkan orang melampaui batas-batas alamiah, seperti
kelompok etnik (Yahudi atau Yunani) atau batas-batas sosial (budak atau
merdeka), dan seperti diutarakan selanjutnya, perbedaan itu malah mengurangi
kecenderungan orang untuk merasa paling penting, paling dibutuhkan dan
menonjol-nonjolkan diri. Bila orang dengki dan curiga karena kelompok lain
bukan dari "golongan kami", orang boleh mulai bertanya-tanya, mungkin
karunia Roh Kristus belum diterima dengan baik.

Kita juga sedang dalam Pekan Doa Sedunia bagi Persatuan Umat Kristen. Warta
Paulus tadi dapat membuat orang makin menghargai keragaman yang asalnya dari
Roh yang satu. Keyakinan serta kegembiraan diajak hidup dalam Roh ini
membekali orang untuk menghadirkan rahmat di tengah-tengah umat manusia,
seperti Yesus sang Mesias sendiri. Inilah kekayaan yang menyatukan semua
pengikut Kristus.

Salam hangat,
A. Gianto

Injil Hari Minggu Biasa II C - 17 Januari 2010

Injil Minggu II tahun C tgl. 17 Januari 2010 (Yoh 2:1-11)

MENGENALI KARUNIA ROHANI - PARADIGMA BARU

Pada hari Minggu Biasa II tahun C dibacakan  Yoh 2:1-11 bersama dengan Yes
62:1-5 dan 1Kor 12:4-11. Bacaan-bacaan ini mendorong kita untuk semakin
menyadari bahwa Tuhan berkenan hadir di tengah-tengah manusia dengan
macam-macam karunia yang diberikan-Nya demi kesejahteraan bersama. Itulah
dasar kesatuan dan kegembiraan yang sungguh.

PARADIGMA BARU BERTEOLOGI

Yes 62:1-5 ditulis dengan latar belakang pembangunan kembali kota Yerusalem
yang ditinggalkan sebagai reruntuh an selama masa pembuangan (586/7 hingga
537/8 sebelum Masehi). Upaya membangun kembali kota itu di dasarkan pada
keyakinan bahwa Tuhan kini sudi berdiam kembali di gunung-Nya yang suci,
Sion, di Yerusalem. Syair mengenai Sion dalam bacaan ini menggairahkan
kembali semangat orang. Yang pertama-tama perlu dihidupkan kem bali ialah
reruntuhan batin mereka. Baru dengan demikian, mereka akan dapat
menghidupkan kembali tempat ibadat di kota suci itu. Perhatian besar Tuhan
diibaratkan sebagai kasih sayang kepada mempelai yang dikasihi-Nya. Suasana
kemurungan beralih menjadi kegembiraan pesta pernikahan. Kini umat tidak
usah merasa diri ditinggalkan. Tuhan yang dulu membuat orang gemetar kini
tampil sebagai mempelai yang lemah lembut dan penuh perhatian. Bangsa-bangsa
lain menyaksikan hal ini dan ikut bergembira. Mereka juga tidak lagi perlu
merasa terancam akan direbut harta dan kotanya seperti dulu ketika Tuhan
digambarkan sebagai yang memimpin umat-Nya merebut tanah Kanaan. Teologi
penaklukan seperti itu terasa usang. Ada paradigma baru, yakni teologi yang
menaruh keprihatinan untuk memba ngun ruang hidup bersama, baik di dalam
umat maupun dengan orang-orang lain. Warta seperti ini dapat berbicara
kepada orang-orang yang tidak termasuk umat dan ber laku di mana-mana karena
menyentuh keinginan yang pa ling dasar dalam diri manusia, yakni keinginan
untuk hidup damai dengan orang-orang lain, keinginan untuk tidak me rasa
terancam oleh kehadiran orang lain. Yang lain kini memperkaya, bukan merebut
kekayaan. Juga di bidang hidup ibadat. Umat Perjanjian Lama butuh waktu yang
panjang untuk sampai pada keterbukaan seperti itu. Mereka mengalami banyak
kepahitan sebelum bisa melihat bahwa orang-orang lain juga sama seperti
mereka.

KEGEMBIRAAN TAK TERPUTUS = TANDA?

Suasana gembira menandai pesta pernikahan di Kana. Banyak tamu datang dan
ikut merasakan suasana itu. Tak heran jika persediaan anggur menipis. Akan
tetapi, kegem biraan tetamu berlanjut karena ada anggur yang lebih baik yang
bisa dihidangkan. Kita tahu bagaimana ini terjadi. Yesus menyuruh
pelayan-pelayan mengisi tempayan-tempayan dengan air dan membawanya kepada
pemimpin perjamuan. Pemimpin perjamuan mencicipinya sambil terheran-heran
mengapa tuan rumah masih menyimpan anggur yang lebih baik! Pesta berlangsung
terus dan menjadi semakin meriah. Tentunya makin banyak orang dapat ikut
serta bergembira.
Pada akhir kisah mengenai pesta di Kana itu disebut kan bahwa hal itu
dilakukan Yesus sebagai yang pertama dari tanda-tanda yang dikerjakannya
(Yoh 2:11). Apa yang dimaksud dengan tanda di sini? Air menjadi anggur?
Kendati unsur ini penting, rasa-rasanya maksud Yohanes lain. Baginya, tanda
yang jelas ialah kemeriahan pesta yang berlangsung terus dan kehadiran Yesus
di situ yang me mungkinkan pesta itu tidak terhenti. Inilah yang dirujuk
nya. Kegembiraan yang tak terputus dan malah bertambah besar inilah yang
membuat murid-murid nya percaya kepadanya. Percaya di sini ialah percaya bah
wa ia itu patut diikuti, ia itu memperhatikan orang, ia itu membuat orang
makin mengenali kebaikan Tuhan. Murid-muridnya percaya bukan karena
peristiwa menakjubkan air menjadi anggur. Kehadirannya yang membuat orang
merasa tak kurang suatu apa itulah yang menjadi tanda yang pertama yang
dilakukan Yesus bagi orang banyak.

BELAJAR DARI MARIA

Pada awal kisah di Kana itu disebutkan ... ada perka winan di Kana dan ibu
Yesus ada di situ (Yoh 2:1). Baru setelah itu dikatakan bahwa Yesus dan
murid-muridnya diundang juga. Dapat diduga bahwa Maria mengajak Yesus dan
Yesus mengajak murid-muridnya. Ini dilakukan orang di mana-mana. Bila
diperhatikan, akan tampak betapa besar n ya peran Maria dalam peristiwa ini.
Dia-lah yang mengatakan kepada Yesus bahwa orang kehabisan anggur. Maria
jugalah yang berkata kepada pelayan-pelayan agar menuruti semua yang
dikatakan Yesus. Tidak keliru bila dikatakan Maria mengantar kedatangan
Yesus sang Peng hadir Tuhan kepada orang banyak dan mempertemukan mereka
dengan Tuhan sendiri.
Bisa kita bayangkan Maria dapat juga berusaha mencari bantuan ke tempat
lain. Tetapi ia meminta kepada Yesus. Maria percaya bahwa Yesus bisa berbuat
sesuatu meskipun belum pernah menyaksikannya sendiri. Yohanes yang men
ceritakan peristiwa ini mungkin mau menyarankan agar kita juga percaya bahwa
kehadiran Yesus itu pasti memberi sesuatu.
Bagaimana penjelasan reaksi Yesus Mau apa engkau dariku, Bu? Saatku belum
tiba! terhadap kata-kata ibunya? Dalam bahasa Yunani Kitab Suci, tetapi
asalnya dari bahasa Ibrani, ungkapan itu harfiahnya berbunyi Apa bagiku dan
bagimu? yang sudah menjadi ungkapan klise untuk meng ungkapkan macam-macam
reaksi terhadap perbuatan  orang lain, dari sekadar basa basi untuk
mengatakan agar tak usah repot-repot sampai ungkapan rasa kurang enak.
Nadanya bisa halus, netral, atau ketus. Dengan memakai sebutan Bu, ungkapan
itu jadi bernada halus dan dimak sudkan agar Maria tidak perlu merepotkan
diri lagi dengan perkara ini karena saatku belum tiba. Artinya, Yesus
mempunyai perhitungan sendiri. Tidak perlu ungkapan ini dikait-kaitkan
dengan saat penebusan di salib nanti atau saat apa lagi dalam kehidupan
Yesus.
Sekali lagi, kita dapat belajar dari Maria. Ia tidak men desak-desak. Ia
percaya Yesus mempunyai perhitungan sendiri. Sering dalam doa kita merasa
semuanya penting dan mendesak serta menjadi gelisah karena merasa tak ada
jawaban. Amat boleh jadi Tuhan berkata kepada kita, Mau apa kalian dariku?
Saatku belum tiba! seperti kepada Maria, ibunya, orang yang paling dekat
kepadanya. Dan sikap Maria yang menghormati perhitungan Tuhan dapat membantu
kita. Maria tidak diam saja. Ia mempersiapkan jalan Tuhan: ia menyuruh orang
melakukan apa yang nanti dikatakan Yesus. Inilah cara menantikan saat Tuhan
bertindak dalam perhitungan-Nya sendiri.

KARUNIA ROHANI DEMI KESEJAHTERAAN BERSAMA

Dalam bacaan liturgi hari Minggu, bacaan kedua sering tidak mudah dikaitkan
dengan kedua bacaan yang lain. Namun demikian, sering dapat membantu bila
didalami sikap iman mana yang dianjurkan dalam bacaan kedua itu. Dalam 1Kor
12:4-11, Paulus mengajak orang memahami bahwa Roh yang sama berkarya di
tengah-tengah manusia dalam berbagai bentuk karunia dan macam-macam pelayan
an serta perbuatan-perbuatan yang menakjubkan. Dalam cara bicara Paulus,
ungkapan "karunia Roh" sebetulnya berarti "pemberian rohani". Jadi lebih
berpusat pada pemberian sendiri dan sifat pemberian itu, bukan pada gagasan
mengenai kekuatan yang tiba-tiba menghinggapi orang.  Begitulah, dalam ay.
7, Paulus menegaskan bahwa semua pemberian rohani itu bagi kepentingan
bersama. Bila unsur ini tak ada, orang boleh mempertanyakan apa asalnya
betul-betul dari Roh, apa sungguh rohani sifatnya. Mukjizat spekta kuler,
sukses besar bukan jaminan bila arahnya bukan demi kebahagiaan bersama.
Kerap istilah "karunia Roh" dipahami sebagai kekuatan atau kekhususan yang
menakjubkan yang berasal dari Roh. Seperti di Kana tadi, air berubah jadi
anggur melulu tidak akan banyak artinya bila tidak membuat orang-orang yang
hadir bisa terus bergembira.

MUKJIZAT DAN TANDA

Dalam Injil-Injil, kisah mukjizat Yesus sebenarnya dimaksudkan sebagai tanda
agar kehadiran Yang Ilahi di tengah-tengah manusia terlihat orang banyak.
Kehadiran inilah yang membuka mata orang buta, yang membuat orang tuli
mendengar, yang membuat orang gagu bicara, yang membuat orang lumpuh bisa
berjalan kembali, yang mem buat orang berdosa merasakan pengampunan. Bila
dimengerti sebagai mukjizat belaka, malah akan kurang tampaklah kehadiran
Yang Ilahi yang sesungguhnya. Maklumlah, di hadapan mukjizat orang akan
tidak bisa berbuat banyak selain tunduk dan boleh jadi tidak lagi merdeka.
Akan tetapi, berhadapan dengan tanda, orang dapat mencari maknanya dan
menghidupi kenyataan yang ditandakan. Dulu umat Perjanjian Lama butuh waktu
panjang sebelum menginsafi betapa tidak lestarinya keyakinan yang dibangun
semata-mata atas dasar tindakan-tindakan mukjizat Tuhan yang menjadi unsur
pokok teologi penaklukan tanah Kanaan. Baru kemudian mereka sadar bahwa
teologi mem bangun ruang hidup bersama lebih memungkinkan hidup damai.
Dalam masyarakat yang majemuk, teologi seperti ini dapat menyumbang banyak
dengan mengajak orang menghargai perbedaan dan membuat orang peka akan
cara-cara Tuhan hadir di tengah umat manusia. Teologi pe naklukan malah bisa
berakibat kekerasan dan permusuhan.

Salam hangat,
A. Gianto