Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Biasa XII / C - 20 Jun 2010

Minggu Biasa XIIC 20 Jun 2010 (Luk 9:18-24)

PENEGASAN PETRUS

Rekan-rekan yang baik!
Kisah Petrus menegaskan Yesus itu Mesias tumbuh dari pendalaman iman di
kalangan umat Gereja Perdana yang ingin makin menyadari siapakah Yesus itu.
Kisah ini diikuti dengan pemberitahuan yang pertama akan penderitaan, wafat
dan kebangkitan Yesus. Sejak awal Gereja Perdana menyadari bahwa dua hal itu
tak bisa dipisahkan. Kesatuan ini tercermin jelas di dalam ketiga Injil
Sinoptik. Pada hari Minggu ke-12 Masa Biasa tanggal 20 Juni 2004 ini
dibacakan kesaksian yang disampaikan dalam Luk 9:18-24.

PENEGASAN PETRUS DAN PEMBERITAHUAN PENDERITAAN

Dapat dicatat beberapa pokok mengenai penegasan Petrus mengenai siapa Yesus
itu seperti disampaikan dalam ketiga Injil Sinoptik.

1. Yesus yang mempesona dan diikuti banyak orang ini diakui dan diterima
sebagai Mesias, yaitu dia yang terurapi yang dinanti-nantikan banyak orang.
Dialah yang akan memberikan kebanggaan menjadi umat Allah seperti dulu kala.
Dia-lah yang bakal memimpin orang banyak makin dekat pada Allah sendiri.
Dalam kesadaran orang, Mesias ini ialah keturunan Daud yang akan mengawali
zaman adil dan damai. Ada banyak miripnya dengan gagasan akan datangnya Ratu
Adil.  Tetapi apa gerakan tertentu. khususnya di Indonesia, bisa dianalisis
sebagai gerakan messianisme adalah soal lain. Para ahli sejarah dan ilmu
sosial dapat menerangkannya dengan lebih memuaskan. Dalam keagamaan Yahudi,
gagasan Messias ini disatukan dengan pengertian "anak manusia", seperti
terungkap dalam penglihatan Daniel (Dan 7:13). Orang-orang yang setia
mengabdi Allah akan menjadi "anak manusia"dan dekat dengan Allah sendiri
seperti dalam penglihatan tadi. Gereja Perdana percaya bahwa Yesus ialah
tokoh ini.

2. Keyakinan bahwa Yesus itu Mesias menjadi pegangan bagi mereka yang ingin
memperoleh kepastian bahwa Yesus itulah dia yang dijanjikan Allah dan
ditunggu-tunggu kedatangannya oleh banyak orang. Memang ada orang yang
berpendapat bahwa Yesus itu Yohanes Pembaptis yang hidup kembali, atau nabi
Elia yang menurut cerita orang banyak diangkat ke surga dan akan datang
kembali, atau seorang nabi besar lainnya yang datang mewartakan kehadiran
Allah walaupun bukan sang Mesias sendiri.

3. Keyakinan tadi mau tak mau berhadapan dengan kenyataan bahwa Yesus
akhirnya mengalami penderitaan, ditolak oleh para pemimpin masyarakat Yahudi
yang sah ("tetua, imam kepala dan ahli Taurat" ialah tiga macam anggota di
dalam Sanhedrin, badan resmi masyarakat Yahudi) sampai dibunuh. Kenyataan
ini menjadi sandungan. Namun murid-murid Yesus telah mengalami kebangkitan
Yesus pada hari ketiga. Dan pengalaman inilah yang membuat mereka percaya
teguh bahwa Yesus itulah Mesias. Rumusan penegasan Petrus dalam Mrk 8:29
"Engkaulah Mesias" mengungkapkan pokok kepercayaan yang tumbuh dalam Gereja
Perdana ini. Bukan tanpa arti bila dalam ketiga Injil Sinoptik pemberitahuan
mengenai penderitaan, wafat dan kebangkitan yang pertama didahului dengan
penegasan mengenai siapa sebenarnya Yesus itu.

4. Penegasan Petrus seperti disampaikan Markus dipertajam oleh Matius dan
Lukas dengan cara masing-masing. Menurut Mat 16:16, Petrus berkata,
"Engkaulah Mesias, anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16). Bagian kedua
pernyataan ini, yakni "anak Allah yang hidup" menekankan pilihan Allah
kepada Yesus dan menggarisbawahi tugas khusus membuat semua bangsa makin
menyadari kehadiran Allah. Matius juga bermaksud menjelaskan bahwa Mesias
yang dinanti-nantikan ini bukan pemimpin politik atau penguasa yang bakal
membangun kembali kejayaan Israel dengan kekuatan militer. Maklum di
kalangan Yahudi harapan semacam ini memang ada.

5. Matius memikirkan kebutuhan umat yang berasal dari kalangan Yahudi. Guna
meluruskan pandangan orang di kalangan itu ia menekankan segi bukan-politik
dari kemessiasan Yesus. Persoalan ini tidak amat dialami dalam lingkungan
Lukas yang bukan berasal dari kalangan Yahudi. Mereka lebih ingin memahami
apakah kuasa dan tenaga Yesus itu memang berasal dari Allah sendiri.
Begitulah ditandaskan dalam Luk 9:20 bahwa Mesias tadi "dari Allah".
Maksudnya, Yesus datang dari Dia dan membuat Allah datang kepada manusia
membebaskan mereka dari kuasa-kuasa jahat, dari penyakit, dari kekersangan
batin. Inilah yang membuatnya betul-betul Mesias bagi semua orang, bukan
saja bagi orang Yahudi.

YESUS YANG BERDOA SEORANG DIRI

Lukas memulai kisah hari ini dengan menyebutkan bahwa murid-murid datang
kepadanya ketika Yesus sedang berdoa sendirian (Luk 9:18). Bahwasanya ia
pendoa tentunya bukan hal yang baru. Malah tidak terpikir bahwa Yesus bukan
orang yang sering berdoa. Namun bila hal yang biasa seperti ini ditonjolkan
sebagai latar, tentunya ada maksud khusus.

Baik diingat bahwa Injil Lukas sering mengungkapkan bahwa Yesus sedang
berdoa. Dapat dicatat di sini peristiwa-peristiwa berikut:

1. Ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Luk 3:21, lihat ulasan
Minggu tgl. 11 Januari 2004, perayaan pembaptisan Tuhan). Yesus membiarkan
diri dikuatkan oleh kehadiran ilahi.

2. Yesus berdoa semalam suntuk di sebuah bukit sebelum menetapkan ke-12
muridnya sebagai rasul (Luk 6:12). Pilihan yang penting ini terjadi dengan
mengikutsertakan kekuatan ilahi.

3. Yesus berdoa sebelum menanyai murid-murid mengenai pendapat orang
mengenai dirinya dan mendengarkan pendapat murid-murid sendiri (Injil hari
ini).

4. Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes ke gunung. Di situ ia berdoa
dan dalam keadaan itu kemuliaannya tampak (Luk 9:28; lihat ulasan Minggu
Prapaskah ke-2 tgl. 7 Maret 2004).

5. Sebelum mengajarkan doa Bapa Kami kepada orang banyak, Yesus diceritakan
berdoa di sebuah tempat (Luk 11:1).

6. Yesus berdoa di Getsemani sewaktu bergulat dengan dirinya sendiri apakah
akan menerima kenyataan salib dalam hidupnya (Luk 22:41; sebelumnya ia
berdoa bagi Simon, ayat 32, agar imannya tidak runtuh).

7. Di saat-saat terakhir di salib ia berdoa memohonkan pengampunan (Luk
23:34). Seruan nyaring ketika menyerahkan nyawa ke pada Bapanya (Luk 23:46)
itu juga doa pasrah kepadaNya.

Itulah kesempatan-kesempatan yang secara khusus disebut Lukas. Ada saat-saat
lain ketika ia juga berdoa, misalnya pada perjamuan terakhir dengan para
murid (Luk 22:19) atau ketika Yesus mensyukuri karya ilahi dalam dirinya
(Luk 10:1). Bagi Yesus berdoa ialah menaruh diri di hadapan Yang Ilahi yang
dikenalnya dengan akrab sebagai Bapa. Ia membiarkan kekuatan ilahi
menghidupinya. Dan inilah yang lambat laun disadari oleh umat dalam Gereja
Perdana, khususnya di kalangan Lukas.

MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB?

Ayat 24 memuat ajakan agar orang yang mau menjadi muridnya berani menyangkal
diri dan memikul salib tiap hari - itulah jalan mengikutinya. Apa artinya?
Dijelaskan dalam ayat 25 bahwa mereka yang berusaha menyelamatkan diri (=
"nyawanya") malah tidak akan menemukan diri ("kehilangan nyawanya"), tetapi
sebaliknya mereka yang menemukan diri dalam Yesus ("kehilangan nyawanya
karena aku") akan menemukan keselamatan (="menyelamatkan nyawanya"). Dengan
kata lain, makna kehidupan ini barulah sungguh memberi sesuatu yang
diidam-idamkan bila dilihat hubungan dengan dia yang terurapi yang datang
dari Allah sendiri itu.

Kedua ayat di atas mengungkapkan inti spiritualitas kristiani. Hidup sebagai
orang kristen baru ada artinya bila membuat diri menjadi kenampakan Yesus
sang Mesias ilahi itu. Disadari sepenuhnya ada pelbagai tarikan menjauh
darinya. Ada pula ikatan-ikatan yang membuat orang kurang merdeka mendekat
kepadanya. Menjadi muridnya ialah upaya memerdekakan batin.

Lukas menonjolkan Yesus sebagai pendoa, sebagai orang yang membiarkan
daya-daya ilahi bekerja di dalam dirinya. Belajar darinya berarti juga
belajar membiarkan kehadiran Yang Ilahi menjadi makin nyata. Di sini juga
ada himbauan agar Gereja makin menjadi tempat orang dapat melihat bahwa Yang
Ilahi tetap berkarya.

Menurut Luk 9:21 murid-murid dilarang mengumumkan bahwa Yesus itu Mesias
dari Allah. Jadi apakah kita sekarang mesti merahasiakan hal ini? Konteks
pesan itu ialah suasana sebelum kebangkitan. Sesudah kebangkitan, pewartaan
seperti itu justru perlu disampaikan kepada semua orang, bukan terutama
dengan kata-kata, melainkan dengan menghayati spiritualitas tadi, dalam Roh
kebenaran.

Salam hangat dan sampai lain kali!
A. Gianto

No comments:

Post a Comment