Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Biasa XVI A - 17 Jul 2011

Minggu Biasa XVI A 17 Jul 2011 (Mat 13:24-43)
11 Juli 2011 14:36

BENIH YANG BERHASIL DAN LALANG YANG MANDUL

Rekan-rekan yang budiman!
Petikan yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI A tahun ini memuat tiga
perumpamaan mengenai Kerajaan Surga: lalang dan gandum (Mat 13:24-30);
sesawi (13:31-32), dan ragi (13:33-35) diikuti dengan penjelasan Yesus
mengenai perumpamaan yang pertama khusus bagi murid-muridnya (13:36-43).
Rangkaian seperti ini juga terdapat dalam petikan Minggu lalu (Mat:1-23),
yakni perumpamaan mengenai penabur serta penjelasannya kepada
murid-muridnya. Di situ diperlihatkan betapa rapuhnya benih Kerajaan Surga.
Oleh karenanya perlu ada tanah yang cocok  serta penggarapan yang sungguh
agar dapat bertumbuh dan berbuah. Petikan hari ini memperlihatkan sisi-sisi
lain. Lalang yang tumbuh bersama dengan gandum menggarisbawahi daya-daya
gelap tidak sertamerta tersingkir dari kehidupan orang beriman. Kerajaan
Surga juga seumpama sesawi dan ragi. Walaupun pada awalnya kecil dan
sedikit, nanti bila tumbuh dan berkembang akan menaungi dan merasuki banyak
orang. Para pendengar diajak menarik hikmat dari perumpamaan-perumpamaan itu
untuk membaca kembali iman dalam mengikuti Yesus.

DI  ANTARA KEKUATAN-KEKUATAN GELAP

Perumpamaan mengenai benih lalang yang ditaburkan musuh di ladang gandum
menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan gelap masih tetap membayangi orang-orang
yang sudah mau menerima kehadiran ilahi. Sekaligus ditegaskan bahwa keadaan
ini nanti akan berakhir. Satu saat yang gelap akan dipisahkan dari yang
terang.

Dalam perumpamaan ini diceritakan satu saat para penggarap ladang
("hamba-hamba") melapor kepada pemilik bahwa ada lalang tumbuh di situ
padahal sang pemilik kan hanya menabur benih baik, yakni benih gandum.
Pendengar sebelumnya sudah mendengar bahwa pada malam hari seorang musuh
menyebarkan bibit lalang, namun para penggarap belum tahu. Yang empunya
ladang tetap tenang. Ia sadar apa yang terjadi dan memberitahu para
penggarap bahwa ada lawan yang menabur lalang di situ. Para penggarap ladang
mau segera mencabuti lalangnya. Dan memang biasanya ladang sering disiangi
dan dibersihkan dari tetumbuhan lain. Tetapi dalam perumpamaan ini pemilik
mencegah. Aneh! Sikap pemilik itu bukan seperti yang biasa terjadi.

Pendengar yang tahu seluk beluk penggarapan ladang juga segera merasa ada
yang tak wajar. Lalang biasanya segera dicabuti, juga bila tumbuh lagi.
Semakin aneh lagi, alasannya ialah agar gandum tak ikut tercabut. Mana
mungkin! Para penggarap kan tahu betul mana lalang dan mana gandum.
Kadang-kadang terdengar tafsiran bahwa jenis lalang yang dibicarakan di sini
boleh jadi amat mirip dengan gandum sehingga resiko yang diungkapkan pemilik
tadi jadi lebih masuk akal. Namun penjelasan seperti ini sebetulnya
dicari-cari dan malah memiskinkan perumpamaan tadi. Dalam perumpamaan wajar
ada hal yang mengusik dan tak langsung terasa klop. Justru unsur itulah yang
dapat membuat orang berpikir lebih lanjut. Oleh karena itu lebih baik kita
biarkan saja keanehan pemilik ladang tadi. Ia melarang para penggarap ladang
itu melakukan pembersihan. Tentu para penggarap akan bertanya-tanya terus.
Pendengar akan dapat ikut menikmati ajaran perumpamaan ini bila bersedia
membiarkan keanehan tadi.

Kekuatan jahat memang terasa mengancam. Dan tidak dapat disangkal adanya.
Yang bisa dilakukan ialah belajar mengenali gerak geriknya. Manusia kiranya
juga tak bakal mampu meniadakannya dengan kekuatan sendiri. Nanti akan
dijelaskan kepada para murid bahwa lalang ialah orang-orang yang memihak
yang jahat. Mereka itu disemai oleh Iblis sendiri. Iblis juga pernah
menggoda Yesus tanpa hasil, dan kini Yesus mengajar murid-muridnya agar tahu
cara-cara yang dipakai Iblis mengeruhkan keadaan. Para murid dapat belajar
menjadi semakin mampu juga membedakan yang baik dari buruk.

ADA AKHIRNYA, NAMUN OLEH SIAPA?

Pemilik ladang berkata, biarkan lalang dan gandum terus tumbuh sampai
panenan. Baru saat itu ia sendiri akan menyuruh para penuai - bukan
penggarap yang tadi datang melaporkan adanya lalang - untuk memisahkan
lalang dari gandum. Dalam penjelasannya nanti, Yesus mengatakan bahwa para
penuai itu ialah malaikat (ayat 39). Dengan kata lain, kekuatan dari langit
sendirilah yang akan membasmi yang jahat. Bukan penggarap yang ada di dunia.

Yang terjadi pada musim panen pada akhir zaman dapat menerangkan mengapa
pemilik membiarkan lalang tumbuh dan malah melarang penggarap mencabutinya.
Pemilik yang tadi menaburkan benih baik tetap tampil sebagai tokoh berwibawa
dan tahu apa yang bakal dilakukannya. Ladangnya tak bakal rusak. Panenannya
pasti. Ia tidak tergoda bereaksi sesaat meskipun mendapat laporan ada lalang
tumbuh di sela-sela gandum. Ia tahu ada pengganggu. Dan ia mengajak para
penggarap mengenali gerak gerik musuh pengganggu dan tidak terjerumus ikut
bermain dengannya tanpa sadar.

Siapakah tokoh itu? Dalam penjelasan kepada para murid, diterangkan bahwa
pemilik yang menaburkan benih baik itu ialah Anak Manusia. Ungkapan ini
menunjuk kepada diri Yesus sendiri sebagai dia yang telah mendapat kuasa
ilahi sepenuhnya untuk mengurus jagat ini. Boleh kita ingat kembali sosok
serupa Anak Manusia dalam penglihatan Dan 7:13-14 yang datang ke hadapan
Yang Mahatinggi ("Yang Lanjut Usia") untuk menerima kekuasaan dan kemuliaan
yang kekal dan "kerajaannya ialah kerajaan yang tak akan musnah". Para murid
akan langsung menangkap rujukan kepada tokoh dalam Kitab Daniel ini. Yesus
yang mereka ikuti itulah Anak Manusia ini! Untuk apa waswas? Lalang tak lagi
berarti apa-apa baginya. Di hadapan tokoh seperti ini kenyataan yang jahat
macam apa pun tak lagi bisa menggoncang. Tak perlu berusaha menyiangi lalang
menyingkirkan keburukan. Serahkan padanya! Lebih bijaksana berupaya
menyadari diri sebagai benih baik dan tumbuh sebaik-baiknya sampai bisa
dituai hasilnya. Dalam penjelasan nanti, benih ini disebut "anak-anak
Kerajaan", artinya orang-orang yang hidup dalam naungan kuasa Anak Manusia
menurut Kitab Daniel tadi. Kerajaannya tak bakal musnah. Para murid  boleh
merasa tenteram meski hidup di sela-sela lalang, yakni "anak-anak si jahat"
yang berasal dari Iblis sendiri. Orang tak diminta memandang diri sebagai
yang ditugasi memerangi yang jahat. Yang akan mengakhiri yang jahat itu
kekuatan dari atas sana. Orang hanya diminta semakin menjadi diri sendiri:
benih yang baik, menjadi anak-anak kerajaan.

Mereka juga disebut orang-orang benar yang akan bercahaya seperti matahari
dalam Kerajaan Bapa mereka (ayat 43). Inilah hidup orang yang mau mengikuti
dan memihak pada Anak Manusia. Pusat perhatian bukan pada mencabuti lalang
kegelapan, tetapi pada tindakan ikut mengujudkan karya Anak Manusia sendiri.
Inilah panggilan para murid. Inilah yang hendak diajarkan kepada orang
banyak juga. Inilah spiritualitas budi jernih, bukan sikap rohani yang mau
memerangi apa-apa yang dirasa tak beres.

SESAWI DAN RAGI SAJA BEGITU, APALAGI KERAJAAN SURGA!

Kerajaan Surga juga diumpamakan dengan biji sesawi yang meskipun terkecil
dari antara biji-bijian (ayat 32) bisa menjadi pohon yang rindang. Jalan
pikirannya begini. Bila biji sekecil itu saja bisa tumbuh besar menjadi
pohon yang menaungi burung-burung, apalagi benih Kerajaan Surga, pasti dapat
tumbuh menaungi siapa saja. Ini penyampaian dengan cara "a fortiori". Begitu
pula perumpamaan mengenai ragi yang diambil dan diadukkan ke dalam tepung
(ayat 33). Meski tak kelihatan, dayanya segera merasuki ke mana saja, bahkan
dapat membuat 40 liter tepung berkembang. Nah, bila ragi saja punya kekuatan
seperti itu, apalagi Kerajaan Surga, pasti akan lebih mampu mengembangkan
siapa saja yang bersentuhan dengannya sekalipun tak terlihat jelas! Memahami
perumpamaan sesawi dan ragi dengan cara ini dapat membuat orang semakin
memahami betapa besar dan kuatnya Kerajaan Surga yang diwartakan Yesus.

TETAP BERPIJAK DI BUMI YANG NYATA

Meskipun demikian hidup berdekatan dengan utusan Yang Ilahi sendiri juga
tetap perlu mengakui adanya kenyataan yang jahat. Tak bijaksana bila orang
berupaya meniadakan yang jahat begitu saja dengan kekuatan sendiri.
Salah-salah akan terkecoh. Yang bisa dijalankan ialah membawakan perkara ke
pemilik. Dia akan menanggapinya dengan bijaksana. Dan boleh kita belajar
dari dia. Perjalanan yang semakin memisahkan yang baik dari yang buruk sudah
mulai dan akan berakhir. Tetapi yang melaksanakan pemisahan ialah Anak
Manusia. Dia yang telah mendapat kuasa ilahi itu akan datang dengan
kekuatan-kekuatan surgawi. Tugas orang benar? Ya hidup sebagai orang benar,
tumbuh sebagai benih baik dan tidak berubah rupa jadi lalang dan mandul
seperti mereka! Itulah kekuatan Kerajaan Surga yang tumbuh seumpama sesawi
dan yang menjadi ragi bagi dunia.

Salam hangat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment