Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Tubuh dan Darah Tuhan - 6 Juni 2010

Minggu 6 Juni 2010

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS (Luk 9:11b-17)

Rekan-rekan yang budiman!
Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang dalam Luk 9:11b-17 dibacakan pada
perayaan pesta Tubuh dan Darah Kristus tahun C. Peristiwa ini juga
dikisahkan dalam kedua Injil Sinoptik lainnya (Mat 14.13-21; Mrk 6.30-44).
Bahkan Yohanes juga merekamnya (Yoh 6:1-14) walaupun kisah ini ditaruhnya
dalam hubungan dengan pewartaan Yesus sebagai sumber kehidupan sejati.
Markus, Matius dan Lukas sama-sama menceritakannya langsung setelah berita
kematian Yohanes Pembaptis sampai kepada Yesus. Ada beberapa kekhususan
dalam Injil Lukas yang patut didalami.

YANG KHAS PADA LUKAS

Lukas menghubungkan peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang itu
dengan pengutusan kedua belas murid untuk memberitakan Kerajaan Allah dan
menyembuhkan orang sakit (Luk 9:2) dengan berbekal "tenaga" dan "kuasa" yang
diberikan Yesus untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit
(ayat 1). Dan hanya bekal inilah yang membuat pemberitaan dan tindakan
mereka berhasil. Jadi bukan ketrampilan dan penampilan mereka sendiri..
Pengutusan serupa juga diceritakan Matius dan Markus (Mat 10:5-15 dan Mrk
6:7-13), namun mereka tidak langsung menghubungkannya dengan pemberian makan
lima ribu orang seperti Lukas.

Kaitan erat itu terlihat di dalam Luk 9:11b. Dikatakan Yesus membicarakan
Kerajaan Allah bagi orang banyak sambil menyembuhkan mereka yang butuh
disembuhkan. Itulah dua perkara yang ditugaskannya kepada dua belas orang
muridnya dalam Luk 9:2. Dalam Luk 9:10 disebutkan bahwa murid-murid tadi
baru kembali keliling dan menceritakan kepada Yesus bagaimana mereka telah
menjalankan pengutusan tadi. Yesus membawa mereka ke Betsaida untuk
menyendiri, tentunya untuk bersama-sama mendalami pengalaman tadi. Tetapi
orang banyak yang sudah mendengar, melihat, dan mengalami yang dilakukan
para murid tadi tetap mengikuti. Mereka mau mendekat ke sumber "tenaga" dan
"kuasa" yang telah mereka alami, yakni Guru para murid tadi. Dan inilah yang
terjadi.

Orang banyak datang berkerumun. Mereka tahu kesempatan ini langka. Berbagai
orang "pintar" berhimpun di satu tempat. Penyembuh-penyembuh hebat sedang
berkumpul di sekitar Guru mereka. Dari padanyalah terpancar "dynamis" dan
"eksousia", tenaga dan kuasa, yang telah menyingkirkan kekuatan-kekuatan
jahat dan penyakit. Begitulah cara berpikir orang-orang yang diceritakan
Lukas. Ada baiknya kita berusaha ikut merasa-rasakannya. Kita tertarik
mendekat ke tempat kejadian yang tidak biasa, entah apa saja: ke tempat
kebakaran, ke kerumunan orang mendengarkan pembicaraan yang menarik, ke
tempat kecelakaan. Apalagi ke tempat yang menggugah harapan dan memberikan
kesembuhan!

Orang banyak yang berkerumun itu bukannya tergiur oleh serangkai pernyataan
teologis mengenai kehadiran Tuhan. Bagi mereka Kerajaan Allah ialah
kehadiran Yang Mahakuasa yang memberi harapan, ketenangan, keberanian,
keuletan, kesembuhan, apa saja yang membuat mereka hidup terus. Terutama
bagi mereka yang merasa butuh ditopang. Mungkin mereka tidak
mengungkapkannya dengan kata-kata, tapi pencaharian "makna hidup" seperti
ini ialah cara mengakui kehadiran Yang Ilahi dalam kehidupan. Dan bila
semakin didalami, semakin nyata pula hadirnya Kerajaan Allah. Semua orang
bisa mengalaminya. Dulu dan kini

BERAMAI-RAMAI KENDURI DI BETSAIDA

Murid-murid yang duabelas itu baru saja kembali dari "merasul". Dan mereka
sukses. Apa yang biasa terjadi seusai menjalankan tugas mulia? Atasan yang
berlaku sebagai manajer yang baik akan memuji sehingga orang merasa lebih
berhasil dan meningkatkan daya kerja. Dan pembaca yang jeli akan berpikir ke
sana pula. Murid-murid tentunya menginginkan sedikit istirahat, menikmati
keberhasilan itu bersama Guru mereka. Pesta ala kadarnya. Kenduri. Slametan.
Itulah kiranya yang sedang terjadi.

Lukas mengungkapkan hal ini dalam Luk 9:10. Yesus mengajak murid-muridnya ke
Betsaida. Maksudnya sekadar rekoleksi, sejenak beristirahat. Tak ada
salahnya juga bila murid-murid merencanakan kenduri merayakan sukses mereka.
Kota Betsaida itu kota di pinggir danau di Galilea yang jadi pusat bisnis
perikanan dan mereka kenal baik. Murid-murid itu kan tadinya pengusaha
bisnis ikan yang cukup sukses. Kini mereka jadi penjala manusia yang sukses
- dengan "tenaga" dan "kuasa" yang mereka terima dari Guru mereka. Dan di
kota itu mereka masih memiliki relasi yang akan senang ikut merayakan sukses
mereka dalam cara hidup mereka yang baru ini. Perhelatan mudah diatur.
Sekaligus reuni.

Bagaimana dengan orang banyak yang mengikuti dan mengagumi kelompok murid
dan Guru ini? Mereka itu seperti para penonton yang membesarkan hati pemain.
Tetapi kini ada waktu istirahat bagi para pemain sendiri. Kami butuh waktu
untuk kami sendiri. Mau bicara antar kita dan teman-teman dekat. Demikian
pikir para murid. Wajar. Dan siapa tidak akan bersikap demikian? Jadi tak
aneh bila mereka usul agar Yesus menenangkan orang banyak, menyuruh mereka
pulang dan istirahat juga.

PEMBERIAN YANG TAK DINYANA-NYANA

Bagaimana reaksi Yesus? Lukas, juga Matius dan Markus, sama-sama menyebutkan
Yesus berkata, "Kalian harus memberi mereka makan!" (Luk 9:13, lihat Mat
14:16 Mrk 6:37). Di sini kita mesti membaca dengan cara yang cocok. Paling
gampang dan paling kerap orang akan membacanya sebagai reaksi seorang tokoh
yang besar, yang mau mengajar rasa tanggung jawab kepada murid-muridnya.
Betulkah? Bila dipikir-pikir, kok tidak amat cocok. Ini hanya akan membuat
figur Yesus terasa jauh, seperti bukan dari dunia sini, dan murid-murid akan
jadi karikatur. Lebih baik kita menafsirkannya sebagai usul Yesus yang wajar
tanpa mau mengajar kesalehan baru. Ia bermaksud mengatakan, mari kita ajak
saja orang-orang yang sudah ada di sini. Biar pesta kita makin meriah! Dan
tentu saja ia tahu tidak begitu sukar bagi murid-murid yang punya relasi di
Betsaida itu untuk mengadakan perhelatan bersama orang banyak. Mereka kan
cukup mempunyai uang. Kata orang sekarang, tinggal telpon catering service
setempat.

Cara membaca seperti ini lebih berpijak di bumi. Dan manusiawi. Apa
jeleknya. Injil dikabarkan bagi manusia. Dan Lukas juga memberi
isyarat-isyarat bahwa begitulah maksudnya. Dalam ayat yang sama, ayat 13,
murid-murid yang cekatan berpikir, ini tidak praktis, kita belum siapkan
sebanyak itu. Kita kan hanya merencanakan kenduri di antara kita sendiri.
Memang ada lima roti dan dua ikan. Mau mengajak orang lain? Anda bicara
mengenai orang yang sudah berkumpul di sini! Limaribu orang! Memang ini cara
bicara melebih-lebihkan. Tapi tetap jelas bahwa yang dimaksud ialah jumlah
yang berlipat ganda. Mereka juga berkata, kalau mau, bisa juga diusahakan
belanja makanan tambahan, telpon kenalan kalau perlu. Markus juga berpikir
ke sana, dengan caranya sendiri. Dalam Mrk 6:37 murid-murid rada protes, apa
kita sanggup bayar 200 dinar untuk itu! Kita punya uang, tapi mbok ya jangan
dihambur-hamburkan untuk itu. Yohanes malah ingat bahwa Filipus-lah yang
bicara mengenai 200 dinar itu: uang sebanyak ini juga tak cukup untuk
mentraktir orang banyak ini lho. Pembaca mesti sadar, Yohanes tidak asal
menyebut nama ini. Filipus itu murid yang berasal dari kota Betsaida sendiri
(lihat Yoh 1:44), tempat kini mereka sedang mau mengadakan refleksi
kerasulan dan slametan!. Amat boleh jadi Filipus itu malahan jadi tuan rumah
yang kini kedodoran di-"todong" agar juga memestakan orang banyak! Tentu
bisa dan duit ada, tapi ...!

KEGEMBIRAAN BAGI SEMUA ORANG

Sekian bacaan yang berusaha melihat segi-segi manusiawi yang disampaikan
dalam Injil. Yang penting ialah berpijak pada kenyataan yang masih bisa kita
lihat sehari-hari. Atas dasar itu kita bisa memasuki bagian kedua yang lebih
rohani sifatnya. Jelas ukuran-ukuran praktis tidak memungkinkan ikut
mengajak pesta orang banyak. Bukan karena tak bisa, tapi tidak pada
tempatnya, bukan saatnya... dalam hitungan murid-murid, dalam hitungan kita
juga. Namun justru saat itu terjadi hal yang menakjubkan yang melampaui
ukuran-ukuran praktis, yang melebihi kemampuan biasa. Bagaimana persisnya
terjadi tak bisa dilacak. Kita hanya melihat penyelesaiannya. Semua orang
akhirnya ikut kebagian makan, semua orang dapat ikut berpesta. Lima ribu
lelaki, tak terhitung perempuan dan anak-anak yang ikut meramaikan. Mereka
ikut bergembira merayakan suksesnya misi Kerajaan Allah dan penyembuhan! Ada
baiknya kita berhenti sejenak untuk ikut merasakan kegembiraan yang muncul
dari huruf-huruf Injil Lukas. Diceritakan Yesus menengadah ke langit,
memecah-mecahkan roti, memberikan kepada murid-murid supaya dibagikan kepada
orang banyak (ayat 16). Injil-Injil lain juga mengatakan hal ini. Namun
Lukas berpikir lebih jauh. Nanti ia menampilkan kembali hal ini pada saat
kedua murid yang letih lesu di Emaus itu menjamu Yesus di pondok mereka.
Saat itu juga terbuka mata mereka (Luk 24:30-31). Dan saat itu juga Yesus
lenyap dari pandangan mereka dan yang tinggal hanyalah kegembiraan dalam
diri mereka yang membuat mereka cepat-cepat kembali ke Yerusalem mengabarkan
bahwa Yesus telah bangkit.

Lukas menunjukkan hubungan peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang itu
dengan kenyataan Kerajaan Allah dan kesembuhan utuh dalam diri Yesus yang
bangkit yang kini dikabarkan kepada orang banyak. Orang banyak makan sampai
kenyang (Luk 9:17). Dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan yang
belum termakan itu menandakan kegembiraan dan kepuasan masih cukup ada bagi
siapa saja yang akan dijumpai keduabelas murid nanti, termasuk kita. Maka
tak aneh bila orang beriman sekarang mau melihat perayaan Ekaristi sebagai
kenyataan yang diwartakan Injil hari ini. Ekaristi itu ikut serta merayakan
keberhasilan Yesus Kristus dalam membawakan Kerajaan Allah kepada orang
banyak. Ini agape dalam ujud perjamuan liturgis dan sakramental. Tak aneh,
menurut jilid dua buku Lukas, orang-orang kristen pertama itu berbagi milik
dan bertekun bersama. Mereka juga "memecahkan roti" bergilir di rumah
masing-masing ...(Kis 2:44-46). Mereka kenduri dengan sukacita. Tentunya
dalam artian yang kita bicarakan hari ini.

ENAM KISAH YESUS MEMBERI MAKAN ORANG BANYAK

Dalam Injil-Injil terdapat enam kisah Yesus memberi makan orang banyak:

- Lima ribu orang: Mrk 6:30-44 // Mat 14:13-21 // Luk 9:10-17

- Orang banyak Yoh 6:1-15 [lebih dekat dengan yang di atas, tapi dengan
seluk beluk khas "saksi mata"]

- Empat ribu orang: Mrk 8:1-10 // Mat 15:32-39 [tanpa paralel dalam Injil
Lukas]

Kisah-kisah itu tumbuh di beberapa kalangan Gereja Perdana mengenai ekaristi
dan dipakai sebagai katekese umat. Injil-Injil kemudian mengolahnya lebih
lanjut. Peristiwa memberi makan lima ribu orang berasal dari lingkungan
pengikut Yesus dari kalangan Yahudi (kentara antara lain dari sisanya yang
"12" bakul, jumlah suku-suku Israel) , sedangkan yang menyangkut empat ribu
orang berkembang di lingkungan orang bukan asal Yahudi (sisanya "7" bakul).
Olahan Markus kemudian dipakai oleh Matius dan Lukas. Tetapi Lukas hanya
meneruskan yang pertama. Mengapa justru dia yang berasal dari kalangan bukan
Yahudi tidak merekam yang kedua yang asalnya dari lingkungan bukan Yahudi?
Soal ini dapat diterangkan sebagai berikut. Perkembangan ekaristi di
kalangan bukan Yahudi digarap Lukas secara penuh dalam Kisah Para Rasul
bermula dari kisah Kornelius hingga timbulnya komunitas-komunitas bukan asal
Yahudi yang lain. Oleh karena itu ia merasa tidak perlu menyertakan kisah
yang kedua tadi dalam Injilnya.

Bagaimana dengan Yohanes? Kiranya ia hanya kenal tradisi yang pertama.
Tetapi ia mengenalnya dengan lebih baik daripada Markus (dan tentunya kedua
penginjil lain yang berdasarkan Markus). Boleh diandaikan Yohanes mengalami
sendiri peristiwa itu sebagai salah satu dari Yang Duabelas. Ia bahkan
mengingat nama murid yang berbicara dengan Yesus, yakni Filipus dan Andreas
dan beberapa seluk beluk khas yang hanya bisa diberikan oleh saksi mata.

Barusan ada email dari Luc. Saya kutipkan di bawah. Ia punya pikiran
orisinil yang sering kurang muncul dalam benak kami para ekseget sekolahan.

A. Gianto


----- Original Message -----
From: Luc@..

Uraianmu itu umumnya cock dengan yang kupikirkan. Tapi tak perlu kau garis
bawahi semua itu kau dengar dariku. Dengarkan juga cerita Oom Hans (Yoh
6:1-15). Di situ Yesus bertanya kepada Filipus di mana dapat membeli makanan
- sebetulnya maksudnya hanya untuk ngecek apa Filipus ngerti apa yang sedang
terjadi. Perhatikan, Oom Hans menggarisbawahi dua hal lain: Andreas
mendapatkan seorang anak yang membawa lima potong roti dan dua ikan (ayat 9)
dan catatan bahwa di tempat itu ada banyak rumputnya (ayat 10). Anak itulah
yang memungkinkan Yesus memberi makan orang banyak. Ngerti maksudku? Ibunya
tentunya menyuruhnya membawakan bungkusan roti dan ikan sebagai tanda
terimakasih kepada salah satu dari para murid Yesus tadi. Dan bingkisan
kecil ini, dengan berkat dari Tuhan, menjadi pemberian bagi semua orang.
Kamu mungkin merasa tafsiran ini tak biasa. Apa punya tafsiran yang lebih
jitu? Dan apa berani membantah Oom Hans? Lalu, rumput itu kan bukan hanya
sekadar rumput tebal dan empuk untuk berbaring. Siapa makan rumput?
Domba-domba...ha! Orang banyak itu domba-domba. Di sini sang Gembala Baik
mengurus mereka, memberi makan mereka di tempat yang banyak rumputnya.

Salam hangat,
Luc

No comments:

Post a Comment