Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Natal 24-25 Des dan Hari Raya Keluarga Kudus A 2010

Injil dan bacaan pertama Natal 24-25 Desember 2010

SELAMAT NATAL!

Dalam tradisi Gereja Katolik ritus Latin, juga di Indonesia, Natal dirayakan dengan tiga Misa Kudus yakni Misa Malam Natal 24 Desember, kemudian Misa Fajar 25 Desember pagi, dan akhirnya Misa Siang. Ketiga perayaan itu melambangkan tiga sisi kenyataan lahirnya Sang Penyelamat Dunia. Pertama, kelahirannya sudah terjadi sejak awal, yakni dalam kehendak Bapa di surga untuk mengangkat martabat kemanusiaan ke dekatnya. Kenyataan kedua terjadi ketika Yesus lahir dari kandungan Maria. Dan kenyataan ketiga, kelahiran Kristus secara rohani di dalam kehidupan orang beriman. Bacaan Injil dalam ketiga Misa Natal tersebut sejajar dengan tiga kenyataan tadi. Dalam Misa malam hari dibacakan Luk 2:1-14 yang menceritakan Maria melahirkan di Betlehem, kemudian dalam Misa fajar diperdengarkan Luk 2:15-20 yang mengabarkan lahirnya Kristus di dalam kehidupan orang beriman yang pertama, yakni para gembala. Akhirnya, dalam Injil Misa siang hari, Yoh 1:1-18ditegaskan bahwa sang Sabda ini sudah ada sejak semula. Pembicaraan kali ini akan menggarisbawahi ketiga kenyataan peristiwa kelahiran Kristus itu. Secara singkat aan diperlihatkan juga hubungannya dengan bacaan pertama yang semuanya diambil dari Kitab Yesaya (Misa malam Yes 9:1-6; Misa fajar Yes 62:11-12; Misa siang: Yes 52:7-10).

INJIL MISA MALAM HARI : Luk 2:1-14

Seperti dikisahkan dalam ay. 1-3, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem untuk mematuhi maklumat umum Kaisar Augustus yang mewajibkan orang mencatatkan diri di kampung halaman leluhur. Sekalipun tidak ada arsip sejarah yang membuktikan bahwa maklumat seperti itu pernah dikeluarkan Kaisar Augustus, dapat dikatakan bahwa hal seperti itu bukannya tak mungkin. Di sini Lukas mempergunakannya sebagai konteks kisah kedatangan Yusuf dan Maria ke Betlehem. Ini juga cara Lukas mengatakan bahwa Tuhan bahkan memakai pihak bukan-Yahudi untuk menjelaskan bagaimana Yesus tetap lahir di Yudea, tempat asal kaum Daud, dan bukan di Nazaret. Kelembagaan Yahudi sendiri kiranya tidak cukup. Bahkan lembaga itu sudah tak banyak artinya lagi. Seperti banyak orang asli Yudea lain, Yusuf dan Maria termasuk kaum yang "terpencar-pencar" hidup dalam diaspora di daerah bukan asal. Ironisnya, yang betul-betul masih bisa memberi identitas "orang Yudea" kini bukan lagi ibadat tahunan di Yerusalem, melainkan cacah jiwa yang digariskan penguasa Romawi.

Dalam ay. 4-5 disebutkan bahwa Yusuf pergi dari Nazaret ke Yudea "agar didaftar bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung". Dengan cara ini mereka nanti akan resmi tercatat sebagai suami istri di Yudea. Oleh karena itu, Yesus juga secara resmi bakal tercatat sebagai keturunan Daud, baik bagi orang Yahudi maupun bagi administrasi Romawi. Dengan demikian, Lukas sedikit menyingkap apa yang nanti akan diutarakannya dengan jelas dalam Kisah Para Rasul, yakni kedatangan Juru Selamat bukanlah melulu bagi orang Yahudi, melainkan bagi semua orang di kekaisaran Romawi, bahkan bagi semua orang di jagat ini. Malahan bisa dikatakan bahwa justru kehadiran orang bukan Yahudi-lah yang membuatnya betul-betul datang ke dunia ini! Kita-kita ini, sekarang ini juga, masih ikut membawanya datang ke dunia.

Menurut ay. 7, Maria melahirkan anak lelaki, anaknya yang sulung. Penyebutan "anak sulung" ini terutama dimaksud untuk menggarisbawahi makna yuridis, bukan biologis. Anak sulung memiliki hak yang khas yang tak ada pada saudara-saudaranya. Dalam hal ini hak sebagai keturunan Daud dengan semua keleluasaannya. Oleh karena itu, ia juga nanti dapat mengikutsertakan siapa saja untuk masuk dalam keluarga besarnya. Anak bukan sulung tidak memiliki hak seperti ini.

Sang bayi yang baru lahir itu kemudian dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan. Ditambahkan pada akhir ay. 7 "karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan". Bukan maksud Lukas mengatakan bahwa mereka tidak dimaui di mana-mana. Tempat-tempat yang biasa sudah penuh para pengunjung yang mau mendaftarkan diri menurut maklumat Kaisar Augustus. Mereka akhirnya menemukan tempat umum yang biasa dipakai tempat istirahat rombongan karavan bersama hewan angkutan mereka. Semacam stasiun zaman dulu. Tempat-tempat seperti ini memiliki beberapa kelengkapan dasar, misalnya palungan tempat menaruh makanan bagi kuda atau hewan tunggangan. Sekali lagi ini cara Lukas mengatakan kelahiran Yesus ini terjadi di tempat yang bisa terjangkau umum. Tempat seperti itulah tempat bertemu banyak orang. Maka dari itu, nanti para gembala dapat dengan cepat mendapatinya.

Kelahiran Yesus yang diceritakan sebagai kejadian sederhana seperti di atas itu nanti dalam Luk 2:8-14 diungkapkan para malaikat kepada para gembala. Mereka amat beruntung bisa menyaksikan perkara ilahi dan perkara duniawi dalam wujud yang sama. Orang diajak melihat bahwa yang terjadi sebagai kejadian lumrah belaka itu ternyata memiliki wajah ilahi yang mahabesar. Bala tentara surga, para malaikat menyuarakan pujian kepada Allah. Dia yang Maha Tinggi kini menyatakan diri dalam wujud yang paling biasa bagi semua orang. Apa maksudnya? Kiranya Lukas mau mengatakan bahwa orang-orang yang paling sederhana pun dapat merasakan kehadiran Yang Ilahi dalam peristiwa yang biasa tadi. Dan bahkan mereka bergegas mencari dan menemukan kenyataan duniawi dari kenyataan ilahi yang mereka alami tadi.

Pengalaman rohani yang paling dalam juga dapat dialami orang sederhana. Oleh karena itu, orang dapat melihat kehadiran Tuhan dalam peristiwa biasa. Sebuah catatan. Arah yang terjadi ialah dari atas, dari dunia ilahi ke dunia manusia, bukan sebaliknya. Kita tidak diajak mencari-cari dimensi ilahi dalam tiap perkara duniawi. Ini bisa mengakibatkan macam-macam masalah dan keanehan. Yang benar ialah mengenali perkara duniawi yang memang memiliki dimensi ilahi. Ada banyak perkara duniawi yang tidak memilikinya. Dalam arti itulah warta para malaikat kepada para gembala dapat membantu kita menyikapi dunia ini. Misteri inkarnasi ialah kenyataan yang membuat orang makin peka akan kenyataan duniawi yang betul-betul menghadirkan Yang Ilahi, bukan tiap kenyataan duniawi.

Teks Yes 9:1-6 diangkat sebagai bacaan pertama dalam misa malam. Di situ diutarakan dengan nada penuh kegembiraan siapa Raja Damai yang bakal meraja di kalangan umat. Dia membuat orang yang gelisah bisa mendapatkan ketenangan, dia dapat memberi rasa aman bagi yang merasa terancam. Kebesarannya berdasarkan keadilan dan kebenaran, bukan paksaan dan tipuan. Ia juga dikenal sebagai "Penasihat Ajaib", artinya yang memiliki kebijaksanaan ilahi. Dia itu juga "Allah yang Perkasa", yang melindungi umat dari kekuatan-kekuatan yang memusuhi, Ia dikenal sebagai "Bapa yang Kekal", maksudnya, kerahimanNya tak berhingga. Dia itulah Raja Damai yang telah lahir. Dalam perayaan kali ini semuanya ini diterapkan kepada dia yang baru lahir seperti dikisahkan dalam Luk 2:1-14.

INJIL MISA FAJAR: Luk 2:15-20

Yang diberitakan malaikat Tuhan kepada para gembala (ay. 10-12) kini mereka teruskan kepada orang-orang yang ada di sekitar palungan (ay. 15). Boleh kita bayangkan, di tempat umum di sekitar palungan itu ada banyak orang lain yang juga menginap di situ. Mereka sedang menolong keluarga baru ini. Mendengar kata-kata para gembala mengenai warta malaikat tadi, semua orang ini menjadi terheran-heran (ay. 18). Bagi mereka bayi yang dilahirkan ibu muda ini biasa saja. Tapi apa para gembala ini menjelaskan hal yang luar biasa yang sedang terjadi kini! Para gembala itulah orang-orang yang pertama-tama memberi arti rohani bagi peristiwa kelahiran tadi. Mereka itu juga pewarta kedatangan Penyelamat yang bukan orang-orang yang secara khusus berhubungan dengan  Allah seperti halnya Maria atau Yohanes Pembaptis ketika masih ada dalam kandungan. (Katakan saja, para gembala itulah para teolog, para ahli kristologi generasi awal, yang mampu memukau perhatian orang. Guru Besar mereka ialah para malaikat dan semua bala tentara surgawi.)

Satu catatan. Disebutkan dalam ay. 15 "... gembala-gembala itu berkata satu kepada yang lain, 'Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat ....'" Kepada siapa kata-kata itu ditujukan? Dalam bacaan teks yang biasa, jelas ajakan itu ditujukan kepada satu sama lain. Namun demikian, bacaan teks ini juga tertuju kepada pembaca. Teks ini membuat siapa saja yang membaca atau mendengarkannya merasa diajak gembala-gembala tadi bersama pergi dengan mereka ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi dalam wujud yang membuat orang mulai bersimpati kepada Tuhan. Lukas kerap memakai teknik berbicara seperti ini. Dengan memakai bentuk percakapan - bukan hanya dengan cerita - Lukas membuat pembaca merasa seolah-olah ikut hadir di situ. Dan pada saat tertentu ajakan akan terasa ditujukan bagi pembaca juga.

Yang hadir dalam pembacaan Injil Misa fajar bisa pula merasakannya. Dan bila itu terjadi, warta petikan Injil Misa Fajar akan menjadi makin hidup. Orang diajak para gembala yang telah menyaksikan kebesaran Tuhan untuk ikut pergi mencarinya "di Betlehem", di tempat yang kita semua tahu, yang dapat dicapai, bukan di negeri antah-berantah. Warta Natal Lukas tak lain tak bukan ialah pergi mendapati dia yang lahir di tempat yang bisa dijangkau siapa saja - di "Betlehem" - boleh jadi dalam diri orang yang kita cintai, boleh jadi dalam kehidupan orang-orang yang kita layani, dalam diri orang-orang yang membutuhkan kedamaian, atau juga dalam diri kita sendiri yang diajak ikut menghadirkannya. Ini bisa memberi arah baru dalam kehidupan. Betlehem bisa bermacam-macam wujud dan macamnya, namun satu hal sama. Di situlah Tuhan diam menantikan orang datang menyatakan simpati kepada-Nya. Adakah perkara lain yang lebih menyentuh?

Dalam bacaan pertama misa fajar (Yes 62:11-12 ) diutarakan dengan nada penuh kegembiraan agar orang di kota Yerusalem membuka pintu gerbang mereka lebar-lebar menyambut kedatangan raja yang mereka nanti-nantikan. Mereka dihimbau menerima dengan terbuka dia yang membawakan keselamatan bagi kota yang gelisah dan merasa terancam oleh kekuatan-kekuatan yang memusuhinya, baik dari luar maupun dari dalam. Yang menyambutnya akan menjadi bangsa yang kudus, orang-orang yang ditebus Tuhan sendiri, mereka itu tidak ditinggalkanNya (ay. 12). KebesarannNya ini kini menjadi nyata - dalam peristiwa kelahiran Yesus seperti diumumkan dalam Injil misa malam dan fajar ini.

INJIL MISA SIANG: Yoh 1:1-18

Pembukaan Injil Yohanes ini sarat dengan makna. Dikatakan dalam kedua ayat pertama "Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah. Dan Firman itu adalah Allah. Ia pada awal mulanya ada bersama dengan Allah" (Yoh 1:1-2). Guna memahaminya, orang perlu mengingat Kisah Penciptaan menurut tradisi dalam Kej 1:1-2:4a. Di situ dikisahkan bahwa pada awalnya Tuhan menjadikan terang dengan memfirmankannya. Firman-Nya (yakni "jadilah terang!") menjadi kenyataan, yakni terang. Dan begitu selanjutnya hingga ciptaan yang paling akhir, yakni umat manusia (dengan memakai gaya bahasa merismus "laki-laki dan perempuan") yang diberkati dan diberi wewenang mengatur jagat ini sebagai wakil Tuhan Pencipta sendiri.

Terjemahan ay. 1 "Dan Firman itu Allah" ialah terjemahan harfiah kalimat Yohanes "kai theos en ho logos". Kalimat Yunani seperti itu sebetulnya bukan hendak menyamakan Firman dengan Tuhan. Alih bahasa yang lebih dekat dengan maksud Yohanes boleh jadi demikian: "keilahian itu adalah Firman". Kata "theos" dipakai tanpa artikel atau kata sandang di sini tampil dalam arti keilahian. Pemakaian seperti ini maksudnya untuk menekankan bahwa yang sedang dibicarakan, yakni Firman itu memiliki bagian dalam keilahian. Dengan demikian juga hendak dikatakan bahwa keilahian yang kerap terasa jauh dan menggentarkan belaka itu kini mulai dekat dan dapat didengarkan, membiarkan diri dimengerti, dikaji, dipikir-pikirkan, dan dengan demikian ikut di dalam kehidupan manusia. Itulah maksud Yohanes. Oleh karena itu, juga tidak mengherankan bila dalam Yoh 1:3 ditegaskan tak ada yang ada di jagat ini yang dijadikan tanpa Firman. Tak ada yang tak berhubungan denganNya. Hubungan ini tetap ada sekalipun dianggap sepi, disangkal, tidak diperhatikan. Selanjutnya, dalam ay. 4 ditegaskan bahwa ia itu kehidupan dan kehidupan itu adalah terang bagi manusia. Dalam Kisah Kejadian tadi, terang menjadi ciptaan pertama yang mendasari semua yang ada.

Bagi Yohanes, kata "dunia" (ay. 9, 10) mengacu pada tempat beradanya kekuatan-kekuatan gelap yang melawan kehadiran ilahi (lihat ay. 5). Ke tempat seperti inilah terang ilahi tadi bersinar dan terangnya tak dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan gelap. Yohanes menghubungkan peristiwa kelahiran Yesus sebagai kedatangan terang ilahi ke dunia ini. Dengan latar Kisah Penciptaan maka jelas kelahiran Yesus itu ditampilkan Yohanes sebagai tindakan yang pertama dalam karya penciptaan Tuhan. Namun demikian, arah tujuan pembicaraan Yohanes bukan sekadar menyebut itu. Penciptaan ini dimaksud untuk menghadirkan Tuhan Pencipta. Bukan sebagai Tuhan yang kehadiran-Nya harus diterjemahkan terutama dalam wujud hukum-hukum agama, seperti hukum Taurat, melainkan sebagai Bapa yang mengasalkan kehidupan manusia, yang menyapa manusia dengan Firman yang membawakan kehidupan.

Bacaan pertama misa siang, Yes 52:7-10, mengungkapkan gairah umat menerima warta gembira bahwa yang mereka percaya - Allah - sungguh berkuasa melindungi orang-orangNya. Dia kini berada kembali di tengah-tengah umat, di Yerusalem yang untuk beberapa lama menjadi kota yang runtuh pamornya. Kini kota itu akan berdiri kembali karena Ia ada di situ. KehadiranNya bukan sekadar akan membangun kembali kota itu, melainkan mengubahnya menjadi tempat kehadiranNya yang batiniah. Dan oleh karenanya Ia tidak lagi terbatas di tempat itu saja, melainkan ada di mana saja Ia dimuliakan. Kota Yerusalem menjadi kota rohani bagi semua orang yang melihat dan menerima kehadiranNya.

Kehadirannya memiliki daya pembaharu dan inilah kenyataan penciptaan. Bagi zaman ini, akan besar maknanya bila dikatakan bahwa iman akan kelahiran Kristus di dunia ini ialah kelanjutan kepercayaan bahwa Allah terus menciptakan jagat beserta isinya. Firman-Nya kuat. Terangnya tak terkalahkan meskipun banyak yang menghalangi. Artinya, yang menganggap ciptaan ini buruk dan gelap belaka dan memperlakukannya dengan buruk boleh jadi sudah mulai memisahkan diri dari Dia, sumber terang itu sendiri, dan akan tersingkir sendiri. Tetapi mereka yang percaya bahwa jagat ini dapat menjadi baik dan ikut mengusahakannya sebetulnya memilih ada bersama Dia.

Salam hangat,
A. Gianto

26 Des 2010: Keluarga Kudus

PESTA KELUARGA KUDUS 26 Des 2010 (Mat 2:13-15.19-23; Sir 3:2-6.12-14) &
WARUNG KOPI JOSS

Rekan-rekan yang baik!
Kemarin Matt mengajak ke pasar malam Piazza Navona dan menikmati vino cotto sekadar penghangat di musim dingin ini. Kayak minum kopi joss di bilangan stasiun Tugu di Yogya di malam bediding. Pada kesempatan itu dibicarakanInjil yang dibacakan dalam Perayaan Keluarga Kudus kali ini ialah Mat 2:13-15.19-23. Kisahnya sudah banyak dikenal. Atas suruhan malaikat lewat sebuah mimpi, Yusuf membawa Yesus dan Maria menyingkir ke Mesir menghindari tangan kejam Herodes yang mau membunuh. Petunjuk malaikat dengan cara yang sama membuatnya kembali bersama keluarganya. Sekali lagi di tanah asalnya bisikan dalam mimpi membawanya pindah ke utara, dan menetap di Nazaret di Galilea. Matius menggambarkan riwayat sebuah keluarga yang menghadapi macam-macam kesulitan tetapi tetap disertai lindungan ilahi. Setelah uraian tentang Injil akan ditambahkan satu dua catatan mengenai bacaan pertama (Sir 3:2-6.12-14).

KISAH MASA KECIL YESUS

Boleh dikatakan, membaca Kisah Masa Kecil Yesus ada seninya tersendiri. Pokok-pokok yang dikisahkan dapat dan bahkan sebaiknya dibayangkan dengan cara yang cukup bebas. Kita juga biasa menggambarkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita itu. Cara ini bahkan sudah menjadi motif seni lukis dan pementasan selama berabad-abad. Dari keempat penginjil hanya Matius dan Lukas-lah yang mengisahkan masa kecil Yesus. Kedua Injil ini berbicara kepada orang-orang yang sudah mulai mengenal Yesus (lewat Markus) dan kini mau mengerti apa artinya menjadi muridnya dengan mendalami asal usulnya, keluarganya, masa kecilnya. Nanti akan tiba saatnya murid akan berbagi kehidupan rohani dengan Yesus sendiri, berbagi sangkan paran dengannya. Itulah saatnya Injil Yohanes dapat membantu lebih jauh. Di situ tidak lagi ada kisah masa kanak-kanak.

Dalam upaya membaca secara kreatif itu tadi dapat kita bayangkan tokoh-tokoh yang berperan dalam kisah Yusuf bersama Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir, kemudian pulang dan menetap di Galilea. Ada empat tokoh, yang pertama ialah malaikat yang menampakkan diri dalam mimpi, kemudian Yusuf, dan "Anak serta ibunya", akhirnya "Herodes, ayah dan anak." Boleh jadi di antara rekan ada yang heran mengapa "Ibu dan anak" dianggap satu tokoh dan bukan dua. Di situlah kita perlu mengikuti cara bercerita Matius dengan teliti dan berusaha memahami maksudnya. Bila kita baca dari dekat ay. 13, 14, 20, 21, Yesus dan Maria kedua-duanya selalu disebutkan bersama. Mereka tidak dapat dipisahkan. Jadi Matius menampilkan mereka sebagai satu tokoh dengan "dua sisi". Memang penokohan seperti ini hanya muncul dalam hubungan dengan tindakan Yusuf yang mengikuti petunjuk malaikat, yakni membawa mereka mengungsi, membawa mereka kembali. Bagaimanapun juga kita diajar Matius untuk membayangkan Yesus kanak-kanak dan Maria, yang hanya disebut sebagai "ibunya", sebagai kesatuan, sebagai satu pribadi yang tak terpisahkan. Namun lebih penting lagi, "anak dan ibunya" itu ditampilkan Matius sebagai tokoh yang dilindungi oleh daya-daya langit dengan cara yang amat manusiawi, dengan memakai kesahajaan orang seperti Yusuf.

Kekuatan jahat ditokohkan dengan sosok yang memiliki "dua sisi" juga, yakni Herodes dan anaknya. Namun kekuatan ini tidak dapat berbuat banyak. Bukan tanpa maksud Matius menggambarkan Herodes ayah-anak itu sebagai kekuatan gelap yang turun-temurun yang mau merusak dan menghancurkan kehadiran Allah di antara manusia. Menyadari hal itu dapat membuat kita mengerti gerak gerik kehadiran kekuatan yang jahat di dunia ini: hadir terus, memakai kekuasaan dan menungganginya untuk memusuhi kemanusiaan. Tidak lagi penting lagi siapa persisnya yang membadankan kuasa ini. Yang mencolok ialah perkaranya, kegiatannya. Kekuatan jahat bisa memakai orang ini atau orang itu, Herodes yang dulu atau Arkhelaus, anaknya. Sekarang pun masih ada dalam macam-macam bentuknya yang hanya dapat dikenal oleh orang yang jeli batinnya seperti Yusuf.

KESAHAJAAN YUSUF

Kesahajaan Yusuf membuat kekuatan jahat itu tidak bisa berbuat banyak walau kuasa mereka tidak dipunahkan. Sekaligus kesahajaan orang seperti Yusuf itu menjadi kebijaksanaan yang menyelamatkan. Yusuf paham situasi zaman. Matius menyiratkan hal ini dengan cara diam-diam pada ay. 22. Dikatakannya bahwa Yusuf mendengar bahwa yang menjadi raja di Yudea ialah anak Herodes, dan kemudian disebutkan ia takut ke sana. Dengan segala sisi kemanusiaannya, termasuk rasa takut juga, Yusuf mampu membaca gerak-gerik daya-daya yang luar biasa itu. Ia pandai membaca tanda-tanda ke mana kekuatan jahat mengarah. Namun lebih dari itu, ia mahir mengenal bimbingan ilahi dan dapat menurutinya. Dan bimbingan ilahi datang sesuai dengan kejelian Yusuf. Pada ay. 22 itu tidak lagi diceritakan malaikat menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan memberi tahu apa yang mesti dikerjakannya. Hanya disebutkan Yusuf "dinasihati dalam mimpi". Matius seolah-olah hendak menyarankan, kini Yusuf sudah jadi orang yang peka akan bimbingan dari atas. Ia tahu apa yang mesti diperbuat. Dan memang yang dikerjakannya sejalan dengan yang diisyaratkan dari dunia keramat tadi.

Dari satu sudut pandang tertentu memang Yusuf ditampilkan sebagai tokoh buat-buatan yang dimunculkan untuk memudahkan orang memahami cara Tuhan melindungi "anak dan ibunya" tadi. Tetapi bila dibaca dengan minat untuk mengerti kemanusiaan, sambil merasa-rasakan apa yang dialami Yusuf, akan tampil seorang tokoh Yusuf yang sungguh nyata, yang berhasil menjalani liku-liku kehidupan dengan bimbingan ilahi menghindari jatuh ke dalam pengaruh yang jahat. Yusuf itu "orang pintar" yang ideal, tokoh kebatinan yang berpijak di bumi. Dia itu seperti Yusuf di Mesir yang pandai membaca arti mimpi, juga seperti Daniel si bijak yang akrab dengan dunia malaikat. Memang Matius berbicara kepada pembaca yang tahu alam pikiran Perjanjian Lama. Mereka itu segera menangkap maksudnya.

OMONG-OMONG DENGAN MATT

Inilah sepenggal pembicaraan dengan Matt mengenai Injil tadi.
GUS: Matt, kenapa kau buat cerita keluarga kudus itu mengungsi ke Mesir dan balik lagi?

MATT: Dalam ay. 15 kan kujelaskan, ini supaya digenapi yang difirmankan Tuhan dalam Hos 11:1, "Dari Mesir Kupanggil anak-Ku!"

GUS: Kalau boleh kutebak, kau itu waktu ingat Musa dan umat yang dipimpinnya kan? Dan menerapkannya kepada Yesus, ya cak?

MATT: Ekseget! Tapi musti juga kalian tekankan, dulu Musa dan orang-orang yang dibawanya itu rombongan penakluk tanah terjanji. Sekarang ini cuma satu keluarga kecil yang sering kalian orang modern gambarkan sebagai Yusuf yang sedang menuntun keledai yang dinaiki Maria yang menggendong anaknya.

GUS: Jadi sekarang bukan lagi perkara menaklukkan tanah terjanji dengan pekik kemenangan, tapi menampilkan sosok kemanusiaan yang membiarkan diri dibimbing kekuatan ilahi menjauhi yang jahat?

MATT: Bener! Aku cuma mau mencatat gambaran orang dulu mengenai keluarga yang kalian rayakan sekarang sebagai keluarga kudus. Dalam usia waktu itu Yesus belum tampil sebagai dirinya sendiri. Ia masih perlu dibesarkan ibunya. Maka dia kusebut dalam hubungan dengan ibunya. Tapi setelah agak besar ia akan diasuh bapa keluarga, siapa itu tak penting, apa ayahnya atau orang yang menjalankan peran itu.

GUS: Dan kau mau menekankan Yusuf itulah yang mengasuh dan membesarkannya?

MATT: Ya, juga untuk menunjukkan siapa Yusuf itu. Dari dialah nanti Yesus akan mendapat banyak. Belajar mengenal dunia, belajar mengenal BapaNya di surga. Belajar memperhatikan orang-orang lain seperti Yusuf sendiri.

GUS: Tapi, Matt, apa bisa dikatakan bagi orang zaman sekarang bahwa tokoh Yusuf sendiri sebenarnya bukan pusat pengisahan. Yang mau kautonjolkan kan peranannya sebagai pengasuh. Jadi dengan kepolosan seperti yang ada pada Yusuf itu, siapa saja bisa ikut membesarkan kehadiran Yang Ilahi, merawatnya dengan penuh perhatian. Ulah batin katakan saja begitu.

MATT: Dan itulah kebijaksanaan yang masih bisa berlaku bagi orang zaman apa saja. Yes, an appeal to humanity, nothing is more convincing than that, my friend. Dari situ baru bisa orang mulai omong tentang yang di surga sana.

Dan malam itu kami pun ngobrol mengenai apa saja. Beberapa kenalan ikut nimbrung mempersiapkan homili di tengah keramaian pasar malam. Asyik. Malam itu di rumah saya bolak-balik membayangkan cara Matt membicarakan kisah-kisah keluarga kudus yang disusunnya itu. Dia yang kelihatannya tradisional dan suka ngikut establishment itu sebenarnya orang yang berpikir merdeka tapi juga yang amat menghormati sudut-sudut keramat dalam kehidupan ini. Ternyata dengan cara yang tak habis saya mengerti itu Matt mampu menampilkan Yusuf sang Pendiam itu sebagai orang pintar yang besar peranannya.

DARI BACAAN PERTAMA

Pada awal petikan Sirakh 3:2-6.12-14 ditandaskan bahwa anak-anak ialah penghargaan yang nyata-nyata telah diberikan Tuhan ("Tuhan telah memuliakan") kepada seorang bapak. Anak-anak juga menjadi tanda dari atas bahwa seorang ibu benar-benar telah berhasil mendidiknya ("hak atas para anaknya diteguhkanNya"). Pernyataan dalam ay. 2 itu diberikan bukan sebagai anjuran melainkan sebagai penegasan mengenai yang betul-betul sudah terjadi.

Bisa disimpulkan bahwa orang tua anak-anak tadi memang dekat pada Tuhan dan mampu melihat dan memperlakukan keturunan mereka sebagai pemberian dariNya. Ayat-ayat selanjutnya dalam bacaan ini menyampaikan "penerapan" kenyataan tadi dari sisi anak. Dikatakan dalam ay. 3. bahwa menghormati bapak menjadi silih dari dosa dan memuliakan ibu sama dengan mengumpulkan harta, dan orang yang demikian tentunya juga bakal menemukan kebahagiaan pada anak-anaknya nanti dan mujur hidupnya serta panjang umurnya. Begitu seterusnya ditandaskan bahwa berbakti terhadap bapak atau ibu mendatangkan kebaikan bagi sang anak.

Pada akhir ay. 6 muncul kembali sisi ilahi. Disebutkan, orang yang taat kepada Tuhan mendatangkan ketenangan bagi ibunya. Dalam bahasa aslinya, "taat" diungkapkan sebagai "mendengarkan dan menuruti". Penandasan bahwa "orang yang taat kepada Tuhan menenangkan ibunya" di sini berisi ajakan yang ditujukan baik kepada sang anak maupun kepada ibunya - dan tentunya kepada orang tua pada umumnya. Kepada anak diminta agar menjaga ketenangan batin orang tuanya dan kepada orang tua diisyaratkan agar melihat anaknya dalam hubungan dengan Tuhan, bukan hanya dengan diri mereka sendiri. Ini imbauan agar orang tua tidak memaksa-maksakan pandangan atau keinginan-keinginan mereka sendiri kepada anak-anak mereka. Mereka hendaknya memberi ruang kepada Tuhan untuk ikut membesarkan anak mereka sehingga mahir mengenaliNya, mendengarkanNya, dalam bahasa bacaan kali ini, "taat kepadaNya". 

Dan keterbukaan seperti itulah yang membuat keluarga juga menjadi tempat Yang Ilahi bisa hadir, seperti yang terjadi dalam keluarga kudus yang pestanya dirayakan kali ini. Sang bapak keluarga, Yusuf, membiarkan kebijaksanaan ilahi sendiri membimbing perjalanan hidup keluarganya. Dan
inilah perlindungan terbaik yang bisa diberikannya kepada anak dan ibunya.

Salam hangat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment