Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Penampakan Tuhan - 2 Jan 2011

Minggu 2 Jan 2011: Penampakan Tuhan (Mat 2:1-12)

PERSEMBAHAN ORANG-ORANG BIJAK (Mat 2:1-12)

Kebetulan ada ekseget lewat ke sini yang suka diajak omong mengenai
tokoh-tokoh dalam Kitab Suci. Kami memang tertarik tahu lebih mengenai siapa
sih tokoh-tokoh yang dikisahkan Matt datang membawa persembahan ke hadapan
bayi yang baru saja lahir ini.

Pada Hari Raya Penampakan Tuhan 2 Januari ini dibacakan Mat 2:1-12. Ada
orang-orang bijak dari jauh datang untuk menyatakan penghormatan mereka
kepada raja yang baru dilahirkan. Siapakah mereka ini? Di wilayah Babilonia
dan Persia dulu, sekarang Irak & Iran utara, ada orang-orang bijak yang
mahir dalam ilmu perbintangan. Mereka biasanya juga berperan sebagai ulama
agama setempat. Matius menyebut mereka sebagai "orang-orang majus". Dalam
kisah ini mereka mewakili orang-orang bukan Yahudi yang datang dari jauh
untuk menghormati dia yang lahir di Betlehem yang bakal menjadi pemimpin
umat manusia. Kebijaksanaan para majus ini membawa mereka ke sana. Para
ulama Yahudi sendiri sebenarnya juga mengetahuinya lewat nubuat Nabi Mikha
(Mat 2:6, kutipan dari Mikha 5:1). Dalam pembicaraan pertama berikut ini
akan dijelaskan pula kaitannya dengan bacaan pertama (Yes 60:1-6).

SIAPAKAH ORANG MAJUS ITU?

TANYA: Cerita mengenai orang majus ini menarik. Dapatkah dikatakan bahwa
Tuhan berbicara kepada umat manusia tidak hanya lewat wahyu Alkitab saja?
Seperti di sini, lewat kebijaksanaan manusiawi juga?

JAWAB: Ya! Memang itulah yang diungkapkan Matius dengan kisah ini. Ia
menunjukkan bagaimana kebijaksanaan dapat juga menuntun orang mengenali
kehadiran Tuhan.

TANYA: Bila begitu, luas benar pandangan Matius.

JAWAB: Malah dengan kisah ini Matius juga bermaksud mengatakan bahwa Tuhan
justru berbicara kepada umat-Nya lewat orang-orang bukan dari kalangan itu
sendiri! Orang-orang di Yerusalem mendengar tentang kelahiran Yesus dari
orang-orang bijak itu. Setelah itu barulah mereka mulai sibuk mencari dalam
khazanah teks keramat mereka sendiri. Matius mau membangunkan orang
sekaumnya yang kurang mendalami tradisi keramat mereka sendiri.

TANYA: Wah, keberanian berpikir seperti Matius itu langka, juga pada zaman
ini. Orang biasanya merasa aman dengan apa-apa yang sudah biasa, yang dapat
diperhitungkan. Akan tetapi jalan Tuhan tidak terbatas. Apakah Matius juga
bermaksud agar orang-orang Yahudi sadar bahwa mereka bukan satu-satunya umat
yang diperhatikan Tuhan?

JAWAB: Beberapa bagian dalam Perjanjian Lama sebenarnya sudah mengatakan hal
ini walaupun caranya agak berbeda. Misalnya, Yes 60:1-6 (bacaan pertama pada
Hari Raya Penampakan Tuhan ini) menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi
akan berduyun-duyun ke Sion, yakni tempat Tuhan bertakhta, tempat Ia
menyinarkan terang-Nya (terutama ay. 3). Maksudnya, kini Tuhan bukan hanya
bagi orang Yahudi. Bacaan pertama itu

TANYA: Jadi bacaan pertama mengungkapkan penglihatan akan bangunnya kembali
wahana yang dibangun oleh siapa saja yang mau mengkhususkan tempat bagiNya,
bukan hanya oleh mereka yang berasal dari bangsa terpilih. Orang-orang yang
tadinya tidak terhitung kini ikut menjadi para pembangun tempat Tuhan
dimuliakan dengan persembahan terbaik yang mereka bawa ke sana. Bacaan ini
mengajak siapa saja untuk ikut membangun wahana rohani kediamanNya. Dan
siapa saja bisa ikut membangun tempat seperti itu, di mana saja sehingga
kebesarannya dapat dialami.

JAWAB: Benar! Dan ini juga cocok dengan yang diutarakan dalam bacaan kedua
(Ef 3:6), yaitu berkat "Injil" orang-orang bukan Yahudi dapat turut
menikmati janji Tuhan yang kini diberikan dalam ujud manusia, yaitu Yesus.
Dalam surat Efesus itu "Injil" ialah Kabar Gembira yang sama bagi semua
orang, berarti juga bagi orang bukan Yahudi dan orang-orang yang bukan
termasuk umat Perjanjian Lama.

MEMBAWA PERSEMBAHAN

TANYA: Sering kita dengar  mengenai "Tiga Raja", Gaspar, Baltasar, dan
Melkhior. Tapi dalam Injil Matius ini jumlah serta nama-nama mereka kok juga
tidak disebutkan? Juga tidak dikatakan mereka itu raja.

JAWAB: Memang Matius hanya menyebut "orang-orang majus dari Timur" dan tiga
macam persembahan, yakni "emas, dupa, dan mur". Tiga persembahan itu
kemudian menumbuhkan gagasan adanya tiga orang. Bahwasanya mereka kemudian
dianggap raja boleh jadi didasarkan pada tradisi umat Yahudi sendiri seperti
ada dalam Mzm 72:10 ("Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa
persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba membawa upeti").
Nama-nama Gaspar, Baltasar, dan Melkhior itu dikenal di wilayah kekaisaran
Romawi sebelah Barat. Di wilayah lain nama mereka berlainan, juga jumlah
mereka berbeda-beda, dari dua hingga dua belas orang.

TANYA: Bisakah diterangkan sedikit mengenai persembahan yang dibawa para
majus itu?

JAWAB: Matius boleh jadi teringat akan Yes 60:6 ("... mereka semua akan
datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan
perbuatan masyhur Tuhan"). Dalam tradisi Gereja awal, emas dihubungkan
dengan kedudukan mulia Yesus sebagai raja, dupa dengan martabat ilahi, dan
mur dengan wafatnya sebagai manusia nanti. (Mur dipakai dalam merawat
jenazah sebelum dikuburkan).

TANYA: Apa ada makna yang lebih dalam?

JAWAB: Persembahan itu menandai terjalinnya hubungan antara orang-orang yang
bukan dari kalangan Yahudi dengan pemimpin umat Tuhan yang baru lahir ini.
Iman dan berkatnya mengatasi ikatan-ikatan bangsa dan kedaerahan.

BERSUKA CITA

TANYA: Dapatkah dijelaskan perihal bintang yang dilihat para majus (Mat 2:2)
dan yang berhenti di tempat Yesus lahir (Mat 2:9)?

JAWAB: Pembaca akan teringat pada bintang yang disebutkan dalam Bil 24:17.
Balaam, seorang ahli nujum bangsa Aram, menubuatkan bahwa sebuah bintang
akan muncul dari keturunan Yakub. Selain itu, di kalangan Yahudi ada juga
nubuat mengenai kelahiran seorang pemimpin di Betlehem, seperti terdengar
dalam Mikha 5:1 dst. yang bahkan dikutip dalam Mat 2:6. Matius menerapkan
kedua nubuat tadi pada kelahiran Yesus.

TANYA: Masih mengenai bintang. Setelah mereka berangkat dari tempat Herodes,
para majus tadi melihat kembali bintang yang mereka lihat di Timur. Dan
dikatakan bahwa mereka "sangat bersuka cita" (Mat 2:10). Bagaimana
penjelasannya?

JAWAB: Mereka mengikuti petunjuk yang diungkapkan para ulama Yerusalem
kepada Herodes mengenai raja yang baru lahir itu. Herodes kemudian meminta
para majus agar mencarinya di Betlehem. Isyarat bintang yang mereka lihat di
Timur cocok dengan pemahaman para ulama di negeri yang mereka datangi.
Mereka bersuka cita karena mendapatkan jalan yang benar-benar akan membawa
mereka kepada dia yang mereka cari.

CARA TUHAN BERBICARA

Dalam Injil Lukas, orang-orang pertama yang menyadari makna peristiwa
kelahiran Yesus ialah para gembala (Injil Misa Fajar hari Natal.)  Dalam
Injil Matius, peran yang sama dijalankan orang-orang majus tadi. Baik para
gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan langsung dari langit
tetapi dengan "bahasa" yang sesuai dengan cara berpikir masing-masing.
Kepada para gembala, Tuhan berbicara lewat penampakan malaikat dan bala
tentara surgawi. Kepada para ulama yang ahli ilmu pengetahuan itu, Ia
berbicara lewat isyarat bintang dan pemikiran. Ia bahkan dapat berbicara
kepada mereka lewat orang yang memiliki niat yang kurang lurus seperti
Herodes yang meminta mereka agar ke Betlehem.

Baik para gembala maupun orang-orang majus itu sama-sama mencari dia yang
baru lahir. Mereka membuat orang-orang yang mereka jumpai tidak dapat
tinggal diam. Menurut Luk 2:18, orang-orang pada "keheranan" ketika
mendengar para gembala bercerita mengenai kata-kata malaikat mengenai anak
yang baru lahir itu. Dalam Mat 2:3, dikisahkan bahwa Herodes dan seluruh isi
Yerusalem "terkejut" ketika mendengar kata-kata para majus. Ironisnya,
mereka yang heran dan yang terkejut itu adalah orang-orang yang sebenarnya
sudah berada di dekat dengan dia yang baru lahir. Dalam Injil Lukas, mereka
itu sudah ada di tempat Maria baru saja melahirkan. Ahli-ahli Taurat di
Yerusalem dan Herodes yang disebut Matius sudah dekat dengan kelahiran Yesus
lewat kitab-kitab keramat mereka. Namun mereka tidak menginsafi apa yang
sedang terjadi di dekat mereka.

Seperti jelas dari Mat 2:5, para ulama di Yerusalem itu sebenarnya juga
dapat mengetahui peristiwa itu. Tetapi mereka tidak memahami maknanya. Juga
di antara orang-orang yang mendengar kata-kata para gembala, hanyalah Maria
sajalah yang berusaha mengerti. Disebutkan dalam Luk 2:18 bahwa Maria
"menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan memikir-mikirkannya."
Artinya, ia bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya.
Orang-orang lain tetap terheran-heran saja.

Nanti para majus diperingatkan "dalam mimpi" supaya jangan kembali ke
Herodes. Para majus ini kini sudah akrab dengan isyarat-isyarat dari atas.
Mereka kini sudah berada di pihak raja yang baru lahir. Karena itu mereka
juga menyadari muslihat Herodes yang ingin melacak di mana persisnya tokoh
yang dianggapnya bakal menjadi saingannya itu. Kebijaksanaan kini menuntun
para majus kembali ke negeri mereka. Mereka pulang membawa kegembiraan yang
akan mereka bagikan kepada orang-orang lain. Bagaimana dengan mereka yang
ada di Yerusalem, yaitu Herodes dan orang-orang seperti dia? Mereka akan
tetap "terkejut" dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka
kehilangan kepekaan akan cara-cara Tuhan berbicara kepada manusia, malah
menganggapnya sebagai ancaman!

IKUT BERGEMBIRA

Pada perayaan Hari Raya Penampakan Tuhan kita mensyukuri saat-saat Dia
membiarkan diri terlihat oleh orang-orang yang tidak atau belum melihat-Nya.
Dalam Mat 2:11, dikatakan bahwa para majus melihat Yesus bersama Maria dan
baru setelah itu mereka menyembahnya. Dia yang ilahi itu membiarkan diri
dipandangi oleh orang yang tidak biasa melihatnya. Dan bukan hanya dalam
anganan belaka melainkan ada bersama dengan manusia lain, bersama dengan dia
yang melahirkannya. Para majus bersuka cita karena dapat melihat Tuhan
sungguh ada di dalam kehidupan manusia. Dan sukacita seperti ini boleh juga
kita alami.

Salam hangat,
A. Gianto

HARI PERDAMAIAN SEDUNIA - Luk 2:16-21 & Bil 6:22-27
06 Januari 2011 08:08

Rekan-rekan yang budiman!
Hari pertama di tahun baru, juga tahun 2011 ini, bertepatan dengan perayaan
Maria Bunda Allah. Di kalangan umat abad-abad awal, Maria mulai digelari
sebagai sang "Theotokos", artinya "yang membuat keilahian lahir" - alih
bahasa ini lebih menunjukkan makna ungkapan itu daripada "Bunda Allah", yang
dalam bahasa biasa dapat menimbulkan kesan maksudnya ialah "ibunya si Anu"
dengan kelanjutan pada debat salah arah mengenai apa benar Allah kok
diperanakkan dan sebagainya.

Penghargaan terhadap Maria sebagai yang membuat keilahian lahir dan menjadi
nyata kemudian resmi diterima dalam Konsili Ekumenis di Efesus th. 431.
Dengan demikian resmi diakui Gereja bahwa Maria memungkinkan umat manusia
mengalami keilahian sebagai berkat. Inilah sumber kekuatan bagi usaha
orang-orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan kedamaian. Awal tahun ini
juga bertepatan dengan Hari Perdamaian Sedunia.

Bacaan pertama pada perayaan ini (Bil 6:22-27) mengantar kita masuk ke dalam
tahun wajah Tuhan bersinar memandangi kita, tahun damai, tahun ber-berkat"!
Injilnya ialah Luk 2:16-21 yang sudah sebagian besar diulas bagi Injil Misa
Fajar Hari Natal yang lalu, yakni Luk 2:15-20.

MARIA DAN KITA

Dia yang lahir dan baru saja dirayakan Natal ini disebut  sang Imanuel,
artinya, "Tuhan beserta kita". Yang Ilahi tidak membiarkan umat manusia
sendirian. Dan Maria sang Theotokos "yang membuat keilahian lahir" itu
menjadi saksi bahwa memang benar demikian. Kepada seorang perempuan muda di
Nazaret dulu disampaikan ajakan untuk ikut serta membuat kebesaran ilahi
jadi nyata. Dulu Maria serta-merta menyahut "terjadilah perkataan-Mu" kepada
Gabriel. Untung tawaran bukannya datang kepada kita dibawakan oleh malaikat
yang menuntut jawaban saat itu juga. Namun ajakan yang sama kini masih
ditawarkan bagi semua orang yang berkemauan baik.  Ada dua belas bulan ke
depan untuk mengemasnya. Waktu yang biasanya di pihak lawan kita kini bisa
menjadi berkat.

Dalam Luk 2:21 yang termasuk petikan hari ini disebutkan bahwa setelah genap
8 hari, bayi itu akan disunatkan dan demikian ditandai secara resmi sebagai
anggota umat Tuhan. Juga hari itu hari menyatakan secara resmi namanya,
yakni Yesus. Nama ini menandaskan bahwa Tuhan itu pemberi keselamatan. Nama
itu sebelumnya sudah disampaikan malaikat ketika mengunjungi Maria (Luk
1:31) sebelum ia mengandung. Demikianlah Tuhan Penyelamat membiarkan diri
dibesarkan oleh manusia agar makin dikenali. Merayakan keibuan Maria dalam
pengertian itu sebenarnya bukan hanya menghormati pribadinya belaka,
melainkan merayakan keberanian Tuhan membiarkan diri dikenal oleh manusia,
semampu kita. Itulah berkat yang tersedia bagi kemanusiaan.

TIGA PASANG BERKAT

Dari bacaan Kitab Bilangan kita dapati tiga rumusan berkat yang difirmankan
Tuhan Umat Perjanjian Lama kepada Musa agar disampaikan kepada para imam
keturunan Harun. Menurut Kel 28:1-43; terutama ay. 41, Harun dan
keturunannya diresmikan sebagai pemegang jabatan imam. Kata-kata berkat itu
sendiri termaktub dalam Bil 6:24-26. Seperti dijanjikan Tuhan, bila
kata-kata itu diucapkan, Dia sendirilah yang akan memberkati. Masing-masing
ayat 22-26 itu terdiri dari dua bagian yang saling menjelaskan (ay. 24:
memberkati - menjagai; ay. 25: menyinarkan wajah - menyayangi; ay. 26:
memandangi - menaruh kedamaian). Selain itu, seluruh rumus berkat
diungkapkan dalam tiga ucapan berkat. Pengulangan tiga kali, entah dari segi
bunyi ("kudus, kudus, kuduslah Tuhan" [Yes 6:3]), entah dari segi makna
(seperti di sini) mengundang sikap hormat dan khidmat akan kehadiran Yang
Ilahi dalam keagungannya (Bandingkan dengan ulasan mengenai silsilah Yesus
[Mat 1:1-17] yang terdiri  dari 3 kali 2 kali 7 keturunan dalam uraian bagi
Injil Misa Vespertina Natal).

"SEMOGA TUHAN MEMBERKATIMU DAN MENJAGAIMU"

"Memberkati" dan "menjagai". Ungkapan kedua menegaskan yang pertama. Jadi
memberkati berarti menjagai, melindungi dari kekuatan-kekuatan jahat. Lawan
memberkati ialah mengutuk dan kutukan terbesar ialah membiarkan orang
menjadi mangsa daya-daya maut. Dalam kesadaran orang dulu, kekuatan-kekuatan
jahat tak perlu didatangkan atau diguna-gunakan. Daya-daya hitam itu sudah
ada di sekeliling dan selalu mengancam. Namun demikian, mereka tak bisa
menembus garis lingkaran berkat yang ditoreh oleh Tuhan dengan sabda-Nya.
Dalam arti ini, kawasan berkat ialah ruang hidup bagi ciptaan, bagi kita.
Tak mungkin ada yang bisa hidup di luar ruang itu. Ada cerita menarik.
Seorang ahli tenung digdaya dari Aram, Balaam namanya, didatangkan oleh
Balak, raja Moab, untuk menyihir kalang-kabut orang-orang Israel yang
berjalan lewat di situ (lihat Bil 22-24). Namun demikian, Balaam menyadari
bahwa ilmu tenungnya tak berguna karena Tuhan tidak membiarkan orang Israel
berjalan di luar berkat-Nya (Bil 23:8-9). Tuhan memberkati mereka dan Balaam
mengakui tidak mampu membalikkannya (Bil 23:20). Malahan Balaam akhirnya
ikut memberkati (Bil 24:1-9) dan bahkan sampai tiga kali (Bil 24:10)!

Kita merayakan Tahun Baru dan mengharapkan berkat Tuhan. Apa yang boleh
diharapkan? Kita mohon agar Ia melindungi kita dari kekuatan-kekuatan jahat
yang akan menghalang kita dalam perjalanan 12 bulan mendatang ini. Kita
minta ruang hidup yang leluasa. Yang biasa menjalankan kekuatan-kekuatan
jahat akan menjadi seperti dukun tenung Balaam: tidak lagi berbahaya. Malah
kekuatannya akan beralih menjadi berkat. Ini kehebatan Tuhan yang menjagai
orang-orang-Nya. Ia tak perlu memusnahkan lawan-lawan. Akan ada rekonsiliasi
- rujuk kembali - dan mereka malah akan mengiringi perjalanan dalam waktu.

"SEMOGA TUHAN MENYINARKAN WAJAHNYA KEPADAMU DAN MENYAYANGIMU"

Dalam ayat 25 ini, "menyinarkan wajah" dijelaskan sebagai "menyayangi".
Orang Perjanjian Lama yang memikirkan wajah Tuhan yang bersinar kepadanya
juga ingat lawan katanya, yakni wajah yang garang. Namun demikian, wajah
garang tidak dipakai untuk menggambarkan Tuhan, sekalipun Ia sedang marah.
Ungkapan ber-"wajah garang" biasa dikenakan kepada penguasa yang lalim,
kepada para musuh, kepada sisi gelap kemanusiaan. Wajah garang membuat orang
jeri tapi sebenarnya tidak bersimaharajalela terus-menerus. Waktunya sudah
bisa dihitung. Ini jelas misalnya dalam penglihatan yang diperoleh Daniel,
lihat Dan 8:23 dst.

Satu hal lagi dapat dicamkan. Manusia bisa juga bersinar wajahnya, mirip
Tuhan, namun ia juga bisa berwajah garang. Hidup manusia itu kancah
perbenturan antara terangnya wajah Tuhan dengan garangnya daya-daya jahat.
Ini perkara teologis yang siang malam mengusik benak orang-orang pandai
dalam Perjanjian Lama. Kohelet, sang Pengkhotbah, memecahkannya dengan
pertolongan hikmat. Dalam Pengkotbah 8:1, dikatakannya bahwa hikmat
kebijaksanaan membuat wajah orang menjadi bersinar dan mengubah kegarangan
wajahnya. Teologi kebijaksanaan ini menjelaskan berkat dalam Bil 6:25 tadi.
Dengan hikmat kebijaksanaan, orang dapat mencerminkan Tuhan, menghadirkan
Dia yang sayang akan orang-orang-Nya. Juga dalam merayakan Tahun Baru kita
boleh minta agar Tuhan menyinarkan wajah-Nya kepada kita semua. Saat ini
juga kita dapat memohon hikmat kebijaksanaan yang membuat kita dapat
menghadirkan terang wajahnya di muka bumi, di dalam kurun waktu, di dalam
kehidupan kita, agar yang garang-garang itu berubah menjadi terang. Dunia
ini telah menerima terang kehadiran Tuhan, jangan kita pikir kegarangan bisa
mengelabukannya.

"SEMOGA TUHAN MEMANDANGIMU DAN MENARUH KEDAMAIAN PADAMU"

Dalam ayat 26, "mengangkat wajah bagimu" yang artinya memperlakukan secara
istimewa karena berharga ditegaskan lebih lanjut dalam bagian kedua sebagai
"menaruh kedamaian". Dalam alam pikiran Perjanjian Lama, tiadanya syalom,
kedamaian, dialami sebagai kegelisahan yang menyesakkan dan yang akhirnya
bisa mematikan. Memang tak bisa begitu saja kedamaian diiming-imingkan
(Menurut Nabi Yeremia, orang yang latah bernubuat tentang damai tanpa isi
sebetulnya nabi palsu; Yer 6:14; 8:11; 28:9). Perjanjian Lama melihat
kedamaian sebagai buah dari tsedaqah, yakni kesetimpalan antara kenyataan
dan yang disabdakan Tuhan. Wujudnya ada macam-macam, yang terutama ialah
"adil" (tsadiq), "benar/lurus" (yasyar), "tak bercela" (tam), "bijaksana"
(khakam). Tiap wujud itu tak terbatas pada urusan orang-perorangan, tetapi
menyangkut hidup bersama juga. Keadaan yang paling mencekik kehidupan
bukanlah peperangan atau paceklik, melainkan tiadanya "kesetimpalan" dalam
pelbagai wujudnya tadi. Keselamatan terjadi bukan dengan meneriakkan
syalom-syalom seperti nabi palsu, melainkan dengan menjadikan tsedaqah
sebuah kenyataan sehingga manusia dan jagat semakin setimpal kembali dengan
yang dikehendaki Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, terutama Paulus, gagasan
tsedaqah (Yunaninya "dikaiosyne") muncul kembali untuk menerangkan
keselamatan sebagai karya penebusan Kristus yang "meluruskan kembali"
(Yunaninya "dikaioun", Latinnya "iustificare") manusia dan jagat sehingga
rujuk kembali dengan Tuhan. Maksudnya, dalam Kristus manusia dan jagat
memperoleh kembali keadaannya semula yang tidak perot, yang tidak
mengerikan, yang tidak menggelar kekerasan. Bila ini terlaksana, barulah
orang bisa berbicara mengenai syalom, kedamaian. Ucapan berkat dalam Bil
6:26 "menaruh kedamaian" mengandaikan manusia bisa apik kembali, bisa lurus
dan tak bercela, setimpal dengan yang dimaksud Tuhan. Bagaimana? Bila
manusia dan jagat dipandangi terus-menerus oleh Tuhan seperti terungkap
dalam bagian pertama ayat itu. Inilah yang bisa kita minta untuk tahun
mendatang ini. Wajah kemanusiaan dan jagat ini akhir-akhir ini penyok sana
sini, perot, timpang. Kita minta agar Tuhan memandangi itu semua. Kita tanya
Dia, tahankah Kau memandang ini semua? Katanya sayang manusia. Sekarang
pandangilah! Angkat wajah-Mu, jangan sembunyikan! Luruskan kembali keapikan
ciptaanmu! Tak usah sungkan bilang begitu kepada-Nya.

Selamat Tahun Baru!
A. Gianto

Minggu 9 Jan 2011 (Mat 3:13-17; Yes 42:1-4.6-7)

Injil dan bacaan pertama Minggu 9 Jan 2011 (Mat 3:13-17; Yes 42:1-4.6-7)

Peristiwa Yesus menerima baptisan dikisahkan oleh Matius, Markus, Lukas (Mat
3:13-17 Mrk 1:9-11 Luk 3:21-22) dan secara tak langsung juga oleh Yohanes
(Yoh 1:32-34). Meskipun masing-masing Injil menyampaikannya dengan penekanan
dan kekhususan masing-masing, ada unsur yang sama. Seperti orang banyak,
Yesus datang mengikuti seruan Pembaptis untuk dibaptis sebagai tanda
bertobat - menyatakan diri mau menjauhi hal-hal yang bisa menghalangi
kehadiran Yang Ilahi sendiri. Inilah yang disampaikan Injil.

YESUS DATANG IKUT DIBAPTIS

Markus memberi laporan yang paling awal dan paling ringkas (Mrk 1:9-11). Di
situ terdapat tiga hal (i) Yesus dibaptis oleh Yohanes di Yordan, (ii)
sewaktu keluar dari air ia melihat langit terbelah dan Roh turun kepadanya
seperti burung merpati, artinya, kekuatan surga yang dahsyat itu kini tampil
dalam ujud yang lembut, (iii) saat itu juga ada suara dari langit yang
mengatakan, "Engkau anakKu yang terkasih, kepadamulah Aku berkenan". Dalam
peristiwa ini diperkenalkan siapa Yesus itu kepada umat manusia. Injil
Matius dan Lukas menyampaikan kembali bahan Markus ini dan menerapkannya
bagi pendengar mereka masing-masing.

Di samping mengutarakan kembali ketiga hal yang dilaporkan Markus tadi,
Matius (Mat 3:13-17) menambahkan percakapan antara Yohanes Pembaptis dan
Yesus (ay. 14-15). Yohanes mengatakan bahwa dirinyalah yang semestinya
dibaptis oleh Yesus. Namun Yesus menjawab semua ini terjadi untuk
menggenapkan kehendak Allah. Percakapan ini ditampilkan Matius untuk
menjernihkan pertanyaan apakah Yohanes lebih besar daripada Yesus. Hal ini
sebetulnya sudah terungkap oleh Yohanes dalam Mat 3:11-12 (Mrk 1:7-8 Luk
3:15-17 bdk. Yoh 1:29-34), yakni bahwa yang akan datang itu lebih besar dari
pada Yohanes sendiri. Selain hal itu, kata-kata yang terdengar dari langit
yang menurut Markus (dan Lukas) diucapkan langsung kepada Yesus, dalam
Matius tampil sebagai yang berupa pernyataan tentang Yesus. Hal ini akan
dibicarakan lebih jauh di bawah.

Lukas (Luk 3:21-22) menceritakan kembali ketiga hal yang disampaikan Markus,
tetapi ia menambahkan bahwa Yesus dibaptis setelah semua orang lain menerima
baptisan. Dengan cara ini kiranya Lukas hendak menanggapi pertanyaan apakah
yang terjadi pada Yesus itu sama seperti yang terjadi pada diri orang-orang
lain. Dengan menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi setelah mereka
dibaptis, Lukas hendak menyarankan bahwa ada yang khas pada baptisan Yesus.
Kedatangan Roh dan terdengarnya sabda ilahi membuat peristiwa ini berbeda.
Selain itu, Lukas juga menyebutkan bahwa Yesus sedang berdoa ketika langit
terbuka.

Bagi generasi selanjutnya, permasalahan yang dihadapi Matius dan Lukas itu
tidak lagi hangat dan orang mulai melihat baptisan Yesus sebagai ungkapan
rasa sepenanggungan dengan orang-orang yang hati nuraninya tersentuh oleh
ajakan Yohanes Pembaptis.

Konteks kisah Yesus dibaptis ini ialah ajakan Yohanes Pembaptis kepada orang
banyak untuk bertobat, untuk berganti haluan hidup, sehingga mendapat
penghapusan dosa. Penghapusan dosa di sini berarti memperoleh kembali
kemerdekaan batin yang bakal membuat orang bisa berbesar hati. Banyak orang
yang mengikuti seruan Yohanes itu. Suatu saat datang pula Yesus dan ikut
dibaptis. Dalam peristiwa itu langit terbelah, Roh Kudus turun, dan
terdengar sabda ilahi mengatakan Yesus itu putra terkasih, ia mendapat
perkenan dari atas. Bila dibaca dalam konteks peristiwa pembaptisan orang
banyak, peristiwa pembaptisan Yesus ini memperlihatkan datangnya kekuatan
ilahi bersama "anak yang terkasih" ini untuk menyertai perjalanan
orang-orang yang telah menyatakan kesediaan untuk berganti haluan tadi.
Inilah yang dimaksud dengan "agar kehendak Allah digenapkan" (Mat 3:15).
Yesus ini orang yang sedemikian dekat dengan kehadiran ilahi sendiri
sehingga menurut kata-kata Markus, "Ia melihat" langit terbuka dan Roh Allah
turun.

HIDUP BARU DALAM ROH

Pada zaman Yesus baptisan yang lazim dikenal ialah baptisan Yohanes
Pembaptis. Namun, yang dilakukan Yohanes sebetulnya bukan barang baru pada
waktu itu. Praktek membaptis sudah dikenal para rahib di Qumran. Juga
kelompok-kelompok orang saleh waktu itu menyatakan niat pembaharuan hidup
mereka dengan baptisan. Seperti dapat disimpulkan dari Yoh 3:22-23, nanti
Yesus membaptis orang seperti Yohanes juga. Dan sewaktu masih ada bersama
Yesus, murid-muridnya pun memberikan baptisan (lihat Yoh 4:2), tentunya
menurut baptisan Yohanes juga. Baru setelah peristiwa kebangkitan, baptisan
di kalangan pengikut Yesus menjadi lebih khas. Ini tercermin dalam ajakan
agar murid-murid membaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19).
Dalam tradisi Kisah Para Rasul, baptisan dijalankan dalam nama Yesus (Kis
8:16; 10:48; 19:5) dalam arti orang menggabungkan diri dengan
pengikut-pengikut Yesus. Karena Yesus tidak lagi ada bersama mereka secara
badaniah, maka baptisan ini disebut baptisan dalam Rohnya, yakni Roh Kudus
(Kis 1:5; 11:16) yang membawakan hidup baru, sama seperti yang diperoleh
Yesus sendiri (Kis 10:37-38).

Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia membaptis dengan air, sedangkan yang
akan datang nanti akan membaptis dengan Roh dan api (Mat 3:11 Mrk 1:8 Luk
3:16 . bdk. Yoh 1:33). Air membersihkan. Tetapi air hanya membersihkan
bagian luar. Api memurnikan luar dalam. Api dapat mengubah secara utuh. Ini
bahasa kiasan. Cara penyampaian seperti itu menolong kita mengerti bahwa
baptisan dengan Roh artinya diberi kemungkinan menempuh hidup baru dengan
bimbingan dan kekuatan dari Tuhan sendiri.

"INILAH ANAKKU YANG TERKASIH...."

Markus dan Lukas (Mrk 1:11 Luk 3:22) menyampaikan kembali kata-kata yang
terdengar dari langit sebagai, "Engkaulah anak-Ku yang terkasih, kepadamulah
Aku berkenan." Jadi yang disapa dengan kata-kata itu ialah Yesus sendiri.
Markus mencatat dalam Mrk 1:10, ketika keluar dari air, setelah dibaptis,
Yesus langsung "melihat langit terkoyak ..." Lukas menyampaikan kata-kata
dari langit tadi setelah menyebut bahwa Yesus juga dibaptis dan "sedang
berdoa ...." Kedua Injil ini memang hendak menekankan pengalaman batin Yesus
ketika menerima baptisan itu. Pengalaman batin mendapati diri sebagai orang
yang disapa sebagai "anak terkasih" oleh Dia yang ada di langit itu
dimungkinkan oleh Roh Kudus yang turun ke atas Yesus. Ungkapan "anak
terkasih" di situ berarti orang yang amat dekat, yang terpilih untuk
menjalankan urusan-urusan Allah. Itulah maksud "kepadamu Aku berkenan".
Pengalaman batin ini kemudian menjadi kekuatan Yesus. Bagaimana dengan
pemberitaan Matius?

Dalam Mat 3:17 didapati "Inilah anak-Ku yang terkasih, kepadanya Aku
berkenan." Jadi bukan sapaan ilahi kepada Yesus sebagaimana tercatat dalam
Markus dan Lukas, melainkan sebuah pernyataan tentang dia. Matius kiranya
bermaksud membuat yang dialami Yesus secara batin tadi akhirnya juga menjadi
pengalaman semua yang hadir di situ, termasuk siapa saja yang menjadi
pembaca Injilnya. Jadi ada pewartaan mengenai siapa Yesus itu kepada orang
banyak. Dia itu orang yang amat dekat ("anak-Ku yang terkasih") dengan Yang
Ilahi dan mendapat perkenan dariNya untuk melakukan tindakan-tindakan di
antara manusia atas namaNya.

Matius juga mendekatkan pengalaman batin Yesus kepada semua orang. Orang
banyak dapat ikut serta di dalam pengalaman yang paling batin sekalipun.
Bagaimana? Tentu saja bila ikut memperoleh Roh seperti Yesus sendiri.
Dikatakan dalam Mat 3:17 (juga dalam Mrk 1:10 Luk 3:22), "Roh Allah seperti
burung merpati turun ke atasnya." Roh yang bisa tampil sebagai api yang
membakar itu kini tampil sebagai yang lemah lembut. Tetapi dayaNya tetap
sama. Dan kekuatan yang turun ke atas Yesus dalam ujud yang lembut itu akan
menjadi juga baptisan bagi orang banyak. Yohanes Pembaptis sendiri telah
pernah mengatakan hal ini ketika menegaskan bahwa dia yang akan datang itu
akan membaptis dengan Roh dan api (lihat Mat 3:11 Mrk 1:8 Luk 3:16 Yoh
1:33).

TENTANG BACAAN PERTAMA (Yes 42:1-4.6-7)

Bagian pertama, yakni ay. 1-4, dikenal sebagai kidung pertama mengenai Hamba
Tuhan. (Ada tiga kidung serupa dalam kitab Yesaya, yakni 49:1-6, 50:4-11;
52:13-53:12). Digambarkan siapa seorang tokoh yang dipilih Yang Mahakuasa
sendiri untuk "menyatakan/menegakkan hukum" di bumi (ay. 1). Maklum, "hukum"
yang dimaksud di sini memang belum nyata ada dan belum dikenal baik. Justru
kehidupan serta tindakan hamba terpilih inilah yang memungkinkan orang
mengenalinya. Demi tujuan itulah tokoh tadi mendapat perkenan dari atas -
dicurahi RohNya. Dalam dunia Perjanjian Lama, biasanya "dicurahi Roh Tuhan"
terjadi pada seorang tokoh yang ditugasi membela umat terhadap bangsa-bangsa
penindas, seperti para pemimpin perang dalam kitab Hakim-Hakim. Namun dalam
teks kali ini justru ditekankan sisi lain kehidupan tokoh hamba Tuhan ini.
Ia tidak akan menggembar-gemborkan penugasannya (ay. 2: Ia tidak akan
berteriak atau mengeraskan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan). Ia
tidak akan memakai kekerasan (ay. 3: Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskannya, sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya).
Begitulah cara bertindak sang hamba pilihan Tuhan ini. Dan lebih lagi ia
akan tahan uji, tidak membiarkan diri patah atau pudar hingga terlaksana
tugasnya: membuat umat manusia sungguh mengenali hukum yang datang dari
atas, membuat orang mengenal gerak-gerik kekuatan ilahi di dunia ini. Inilah
yang ditandaskan kembali dalam ay. 6-7. Sang hamba akan menjadi "perjanjian"
bagi umat manusia, maksudnya, menjadi jalan bertemu Yang Ilahi dan yang
manusiawi. Dan bila terjadi maka kehidupan hamba itu menjadi terang yang
menuntun semua orang ke sana. Para pengikut Yesus sudah sejak awal
menerapkan gagasan ini kepadanya sebagaimana dapat dilacak kembali dari
kisah peristiwa pembaptisan dalam Injil yang diulas di muka.

WARTA BAGI ZAMAN INI?

Apa yang bisa dipetik dari Injil mengenai pembaptisan Yesus tadi? Di muka
dikatakan bahwa Yesus datang seperti orang banyak untuk menerima baptisan
tobat, tetapi dalam kesempatan itu bukan hanya kesediaannya memberi ruang
gerak bagi Roh Allah yang menjadi nyata, melainkan juga kehadiran kekuatan
ilahi sendiri. Kesediaannya berbagi kehidupan dengan orang banyak, dengan
ikut merasakan kegelisahan, siap mengambil bagian dalam kerisauan orang
banyak dalam menantikan kedatangan yang dijanjikan - itulah yang membuatnya
dipenuhi Roh, menjadikannya orang yang amat dekat dengan Yang Ilahi sendiri
dan diserahi tugas menghadirkanNya kepada siapa saja. Kesediaannya berbagi
keprihatinan dengan orang banyak itu menjadi jalan bagi Yang Ilahi untuk
hadir di tengah-tengah manusia. Yang Mahakuasa tidak meninggalkan
kemanusiaan yang gelisah, yang menderita, yang mengalami kesusahan. Dan
sekarang ini juga Yang Ilahi masih bisa hadir menghibur dan menolong yang
menderita lewat kesediaan orang-orang yang mempedulikan keadaan mereka.

Salam hangat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment