Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Injil Hari Raya Maria Bunda Allah

Minggu 1 Jan 2012 - Maria Bunda Allah

Rekan-rekan!
SELAMAT TAHUN BARU - TAHUN PENUH BERKAT!

Hari Minggu setelah Natal kali ini bertepatan dengan Tahun Baru. Hari pertama tahun ini juga dirayakan sebagai Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah. Gereja Purba sudah mulai menyebut Maria sebagai sang "Theotokos", artinya "yang membuat keilahian lahir". Pengakuan ini kemudian resmi diterima dalam Konsili Ekumenis di Efesus th. 431. Maria memungkinkan umat manusia mengalami keilahian sebagai berkat. Bacaan pertama pada perayaan ini, Bil 6:22-27, mengantar kita masuk ke dalam tahun berkat, tahun wajah Tuhan bersinar memandangi kita, tahun damai! (Injilnya, Luk 2:16-21, sudah sebagian besar diulas bagi Injil Misa Fajar Hari Natal minggu lalu, yakni Luk 2:15-20.)

Injil Natal

Misa Natal 24-25 Des 2011

Rekan-rekan yang berbahagia!

SELAMAT NATAL! Menurut kebiasaan Gereja Katolik ritus Latin, hari Natal
dirayakan dengan tiga Misa Kudus yakni Misa Malam Natal 24 Desember,
kemudian Misa Fajar 25 Desember pagi , dan akhirnya Misa Siang. Ketiga
perayaan itu melambangkan tiga sisi kenyataan lahirnya Sang Penyelamat
Dunia. Pertama, kelahirannya sudah terjadi sejak awal, yakni dalam kehendak
Bapa di surga untuk mengangkat martabat kemanusiaan ke dekatnya. Kenyataan
kedua terjadi ketika Yesus lahir dari kandungan Maria. Dan kenyataan ketiga,
kelahiran Kristus secara rohani di dalam kehidupan orang beriman. Bacaan
Injil dalam ketiga Misa Natal tersebut sejajar dengan tiga kenyataan tadi.
Dalam Misa malam hari dibacakan Luk 2:1-14 yang menceritakan Maria
melahirkan di Betlehem, kemudian dalam Misa fajar diperdengarkan Luk 2:15-20
yang mengabarkan lahirnya Kristus di dalam kehidupan orang beriman yang
pertama, yakni para gembala. Akhirnya, dalam Injil Misa siang hari, Yoh
1:1-18, ditegaskan bahwa sang Sabda ini sudah ada sejak semula. Pembicaraan
kali ini akan menggarisbawahi ketiga kenyataan peristiwa kelahiran Kristus
itu.

INJIL MISA MALAM HARI - Luk 2:1-14

Seperti dikisahkan dalam ay. 1-3, Yusuf dan Maria mematuhi maklumat umum
Kaisar Augustus yang mewajibkan orang mencatatkan diri di kampung halaman
leluhur. Sekalipun tidak ada arsip sejarah yang membuktikan bahwa maklumat
seperti itu pernah dikeluarkan Kaisar Augustus, dapat dikatakan bahwa hal
seperti itu bukannya tidak pernah terjadi samasekali. Di sini Lukas
mempergunakannya sebagai konteks kisah kedatangan Yusuf dan Maria ke
Betlehem. Ini juga cara Lukas mengatakan bahwa Tuhan bahkan memakai pihak
bukan-Yahudi untuk menjelaskan bagaimana Yesus tetap lahir di Yudea, tempat
asal kaum Daud, dan bukan di Nazaret. Kelembagaan Yahudi sendiri kiranya
tidak cukup. Bahkan lembaga itu sudah tak banyak artinya lagi. Seperti
banyak orang asli Yudea lain, Yusuf dan Maria termasuk kaum yang
"terpencar-pencar" hidup dalam diaspora di daerah bukan asal. Ironisnya,
yang betul-betul masih bisa memberi identitas "orang Yudea" kini bukan lagi
ibadat tahunan di Yerusalem, melainkan cacah jiwa yang digariskan penguasa
Romawi.

Dalam ay. 4-5 disebutkan bahwa Yusuf pergi dari Nazaret ke Yudea "agar
didaftar bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung".
Dengan cara ini mereka nanti akan resmi tercatat sebagai suami-istri di
Yudea. Oleh karena itu, Yesus juga secara resmi bakal tercatat sebagai
keturunan Daud, baik bagi orang Yahudi maupun bagi administrasi Romawi.
Dengan demikian, Lukas sedikit menyingkap apa yang nanti akan diutarakannya
dengan jelas dalam Kisah Para Rasul, yakni kedatangan Juru Selamat bukanlah
melulu bagi orang Yahudi, melainkan bagi semua orang di kekaisaran Romawi,
bahkan bagi semua orang di jagat ini. Malahan bisa dikatakan bahwa justru
kehadiran orang bukan-Yahudi membuatnya betul-betul datang ke dunia ini!
Kita-kita ini, sekarang ini juga, masih ikut membawanya datang ke dunia.

Menurut ay. 7, Maria melahirkan anak lelaki, anaknya yang sulung. Penyebutan
"anak sulung" ini terutama dimaksud untuk menggarisbawahi makna yuridis,
bukan biologis. Anak sulung memiliki hak yang khas yang tak ada pada
saudara-saudaranya. Dalam hal ini hak sebagai keturunan Daud dengan semua
keleluasaannya. Oleh karena itu, ia juga nanti dapat mengikutsertakan siapa
saja untuk masuk dalam keluarga besarnya. Anak bukan sulung tidak memiliki
hak seperti ini.

Bayi yang baru lahir itu kemudian dibungkus dengan lampin dan dibaringkan
dalam palungan. Ditambahkan pada akhir ay. 7 "karena tidak ada tempat bagi
mereka di rumah penginapan". Bukan maksud Lukas mengatakan bahwa mereka
tidak dimaui di mana-mana. Tempat-tempat yang biasa sudah penuh para
pengunjung yang mau mendaftarkan diri menurut maklumat Kaisar Augustus.
Mereka akhirnya menemukan tempat umum yang biasa dipakai tempat istirahat
rombongan karavan bersama hewan angkutan mereka. Semacam stasiun zaman dulu.
Tempat-tempat seperti ini memiliki beberapa kelengkapan dasar, misalnya
palungan tempat menaruh makanan bagi kuda atau hewan tunggangan. Sekali lagi
ini cara Lukas mengatakan kelahiran Yesus ini terjadi di tempat yang bisa
terjangkau umum. Tempat seperti itulah tempat bertemu banyak orang. Maka
dari itu, nanti para gembala dapat dengan cepat mendapatinya.

Kelahiran Yesus yang diceritakan sebagai kejadian sederhana seperti di atas
itu nanti dalam Luk 2:8-14 diungkapkan para malaikat kepada para gembala.
Mereka amat beruntung bisa menyaksikan perkara ilahi dan perkara duniawi
dalam wujud yang sama. Orang diajak melihat bahwa yang terjadi sebagai
kejadian lumrah belaka itu ternyata memiliki wajah ilahi. Bala tentara
surga, para malaikat menyuarakan pujian kepada Allah. Dia yang Maha Tinggi
kini menyatakan diri dalam wujud yang paling biasa bagi semua orang. Apa
maksudnya? Kiranya Lukas mau mengatakan bahwa orang-orang yang paling
sederhana pun dapat merasakan kehadiran Yang Ilahi dalam peristiwa yang
biasa tadi. Dan bahkan mereka bergegas mencari dan menemukan kenyataan
duniawi dari kenyataan ilahi yang mereka alami tadi.

Pengalaman rohani yang paling dalam juga dapat dialami orang sederhana. Oleh
karena itu, orang dapat melihat kehadiran Tuhan dalam peristiwa biasa.
Sebuah catatan. Arah yang terjadi ialah dari atas, dari dunia ilahi ke dunia
manusia, bukan sebaliknya. Kita tidak diajak mencari-cari dimensi ilahi
dalam tiap perkara duniawi. Ini bisa mengakibatkan macam-macam masalah dan
keanehan. Yang benar ialah mengenali perkara duniawi yang memang memiliki
dimensi ilahi. Ada banyak perkara duniawi yang tidak memilikinya. Dalam arti
itulah warta para malaikat kepada para gembala dapat membantu kita menyikapi
dunia ini. Misteri inkarnasi ialah kenyataan yang membuat orang makin peka
akan kenyataan duniawi yang betul-betul menghadirkan Yang Ilahi, bukan tiap
kenyataan duniawi.

INJIL MISA FAJAR - Luk 2:15-20

Yang diberitakan malaikat Tuhan kepada para gembala (ay. 10-12) kini mereka
teruskan kepada orang-orang yang ada di sekitar palungan (ay. 15). Boleh
kita bayangkan, di tempat umum di sekitar palungan itu ada banyak orang lain
yang juga menginap di situ. Mereka sedang menolong keluarga baru ini.
Mendengar kata-kata para gembala mengenai warta malaikat tadi, semua orang
ini menjadi terheran-heran (ay. 18). Bagi mereka bayi yang dilahirkan ibu
muda ini biasa saja. Tapi apa para gembala ini menjelaskan hal yang luar
biasa yang sedang terjadi kini! Para gembala itulah orang-orang yang
pertama-tama memberi arti rohani bagi peristiwa kelahiran tadi. Mereka itu
juga pewarta kedatangan Penyelamat yang bukan orang-orang yang secara khusus
berhubungan dengan Allah seperti halnya Maria atau Yohanes Pembaptis ketika
masih ada dalam kandungan. (Katakan saja, para gembala itulah para teolog,
para ahli kristologi generasi awal, yang mampu memukau perhatian orang. Guru
Besar mereka ialah para malaikat dan semua bala tentara surgawi.)

Satu catatan. Disebutkan dalam ay. 15 "... gembala-gembala itu berkata satu
kepada yang lain, 'Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat
....'" Kepada siapa kata-kata itu ditujukan? Dalam bacaan teks yang biasa,
jelas ajakan itu ditujukan kepada satu sama lain. Namun demikian, bacaan
teks ini juga tertuju kepada pembaca. Teks ini membuat siapa saja yang
membaca atau mendengarkannya merasa diajak gembala-gembala tadi bersama
pergi dengan mereka ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi dalam wujud yang
membuat orang mulai bersimpati kepada Tuhan. Lukas kerap memakai teknik
berbicara seperti ini. Dengan memakai bentuk percakapan - bukan hanya dengan
cerita - Lukas membuat pembaca merasa seolah-olah ikut hadir di situ. Dan
pada saat tertentu ajakan akan terasa ditujukan bagi pembaca juga.

Yang hadir dalam pembacaan Injil Misa fajar bisa pula merasakannya. Dan bila
itu terjadi, warta petikan Injil Misa Fajar akan menjadi makin hidup. Orang
diajak para gembala yang telah menyaksikan kebesaran Tuhan untuk ikut pergi
mencarinya "di Betlehem", di tempat yang kita semua tahu, yang dapat
dicapai, bukan di negeri antah-berantah. Warta Natal Lukas tak lain tak
bukan ialah pergi mendapati dia yang lahir di tempat yang bisa dijangkau
siapa saja - di "Betlehem" - boleh jadi dalam diri orang yang kita cintai,
boleh jadi dalam kehidupan orang-orang yang kita layani, dalam diri
orang-orang yang membutuhkan kedamaian, atau juga dalam diri kita sendiri
yang diajak ikut menghadirkannya. Ini bisa memberi arah baru dalam
kehidupan. Betlehem bisa bermacam-macam wujud dan macamnya, namun satu hal
sama. Di situlah Tuhan diam menantikan orang datang menyatakan simpati
kepada-Nya. Adakah perkara lain yang lebih menyentuh?

INJIL MISA SIANG HARI - Yoh 1:1-18

Pembukaan Injil Yohanes ini sarat dengan makna. Dikatakan dalam kedua ayat
pertama "Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan
Allah. Dan Firman itu adalah Allah. Ia pada awal mulanya ada bersama dengan
Allah" (Yoh 1:1-2). Guna memahaminya, orang perlu mengingat Kisah Penciptaan
menurut tradisi dalam Kej 1:1-2:4a. Di situ dikisahkan bahwa pada awalnya
Tuhan menjadikan terang dengan memfirmankannya. Firman-Nya (yakni "jadilah
terang!") menjadi kenyataan, yakni terang. Dan begitu selanjutnya hingga
ciptaan yang paling akhir, yakni umat manusia (dengan memakai gaya bahasa
merismus "laki-laki dan perempuan") yang diberkati dan diberi wewenang
mengatur jagat ini sebagai wakil Tuhan Pencipta sendiri.

Terjemahan ay. 1 "Dan Firman itu Allah" ialah terjemahan harfiah kalimat
Yohanes "kai theos en ho logos". Kalimat Yunani seperti itu sebetulnya bukan
hendak menyamakan Firman dengan Tuhan. Alih bahasa yang lebih dekat dengan
maksud Yohanes boleh jadi demikian: "keilahian itu adalah Firman". Kata
"theos" dipakai tanpa artikel atau kata sandang di sini tampil dalam arti
keilahian. Pemakaian seperti ini maksudnya untuk menekankan bahwa yang
sedang dibicarakan, yakni Firman itu memiliki bagian dalam keilahian. Dengan
demikian juga hendak dikatakan bahwa keilahian yang kerap terasa jauh dan
menggentarkan belaka itu kini mulai dekat dan dapat didengarkan, membiarkan
diri dimengerti, dikaji, dipikir-pikirkan, dan dengan demikian ikut di dalam
kehidupan manusia. Itulah maksud Yohanes. Oleh karena itu, juga tidak
mengherankan bila dalam Yoh 1:3 ditegaskan tak ada yang ada di jagat ini
yang dijadikan tanpa Firman. Tak ada yang tak berhubungan dengan-Nya.
Hubungan ini tetap ada sekalipun dianggap sepi, disangkal, tidak
diperhatikan. Selanjutnya, dalam ay. 4 ditegaskan bahwa ia itu kehidupan dan
kehidupan itu adalah terang bagi manusia. Dalam Kisah Kejadian tadi, terang
menjadi ciptaan pertama yang mendasari semua yang ada.

Bagi Yohanes, kata "dunia" (ay. 9, 10) mengacu pada tempat beradanya
kekuatan-kekuatan gelap yang melawan kehadiran ilahi (lihat ay. 5). Ke
tempat seperti inilah terang ilahi tadi bersinar dan terangnya tak
dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan gelap. Yohanes menghubungkan peristiwa
kelahiran Yesus sebagai kedatangan terang ilahi ke dunia ini. Dengan latar
Kisah Penciptaan maka jelas kelahiran Yesus itu ditampilkan Yohanes sebagai
tindakan yang pertama dalam karya penciptaan Tuhan. Namun demikian, arah
tujuan pembicaraan Yohanes bukan sekadar menyebut itu. Penciptaan ini
dimaksud untuk menghadirkan Tuhan Pencipta. Bukan sebagai Tuhan yang
kehadiran-Nya harus diterjemahkan terutama dalam wujud hukum-hukum agama,
seperti hukum Taurat, melainkan sebagai Bapa yang mengasalkan kehidupan
manusia, yang menyapa manusia dengan Firman yang membawakan kehidupan.

Akan besar maknanya bagi zaman ini bila ditegaskan bahwa iman akan kelahiran
Kristus di dunia ini ialah mempercayai Allah yang masih meneruskan
penciptaan jagat beserta isinya. Firman-Nya kuat. Terangnya tak terkalahkan
meskipun banyak yang menghalangi. Artinya, yang menganggap ciptaan ini buruk
dan gelap belaka dan memperlakukannya dengan buruk boleh jadi sudah mulai
memisahkan diri dari Dia, sumber terang itu sendiri, dan akan tersingkir
sendiri. Tetapi mereka yang percaya bahwa jagat ini dapat menjadi baik dan
ikut mengusahakannya sebetulnya memilih ada bersama Dia.

PAX!
A. Gianto

Injil Menjelang Natal

Menjelang Natal 24 Des 2011 (Mat 1:1-25 )

Rekan-rekan yang baik!
Berikut ini sebuah ulasan ringkas mengenai Mat 1:1-25 yang dibacakan dalam
Misa sore menjelang Misa Malam Natal tanggal 24 Desember. Petikan ini
terdiri dari dua bagian. Yang pertama memuat silsilah Yesus (ay. 1-17) dan
yang kedua mengisahkan peristiwa kelahirannya (ay. 18-25). Di beberapa
tempat boleh jadi hanya bagian kedua saja yang dibacakan. Tapi baiklah
ditengok beberapa gagasan mengenai silsilah yang termaktub pada bagian
pertama karena dapat memberi pengantar memasuki bagian yang kedua.

SILSILAH
Pertama-tama, dengan silsilah itu hendak ditunjukkan bahwa Yesus adalah
tokoh yang sejak awal mula dijanjikan Tuhan kepada Abraham, bapak segala
orang beriman dan yang selanjutnya diteguhkan dengan kebesaran Raja Daud.
Kemudian keturunan Daud berlangsung hingga pembuangan yang betul-betul
mengubah jati diri orang Israel, dari yang membanggakan diri sebagai bangsa
pilihan menjadi bangsa tawanan yang perlu menyadari dan menyesali
kedosaannya. Akan tetapi justru dalam keadaan itu tumbuhlah harapan akan
kedatangan seorang Mesias yang akan memulihkan kebesaran mereka. Mesias,
harfiahnya Yang Terurapi, ialah orang mendapat tugas resmi dari Tuhan untuk
memimpin umat-Nya. Memang lazimnya orang Yahudi pada zaman Yesus memahami
masa lampau mereka dalam ukuran-ukuran ketiga masa tadi: dari Abraham hingga
Daud, dari Daud hingga Pembuangan, dan dari Pembuangan hingga kedatangan
Mesias yang dinubuatkan Nabi Yesaya 7:14 yang nanti akan dikutip dalam Mat
1:23 dan diterapkan kepada kelahiran Yesus oleh Maria. Tiap masa memiliki
makna yang khas. Secara tak langsung, Matius mengikutsertakan Yesus dalam
kedua masa yang pertama (keturunan Daud, yang juga keturunan Abraham) dan
menerapkan masa ketiga pada Yesus dengan jelas (masa penantian datangnya
Mesias, yaitu Yesus).

Orang yang mengenal riwayat tokoh-tokoh yang disebutkan dalam silsilah itu
tentu akan menikmati bacaan ini. Namun demikian, tak banyak yang dapat
mengenali satu persatu para leluhur Yesus itu. Orang Yahudi yang biasa pada
zaman dulu pun tidak tahu riwayat masing-masing tokoh itu. Dan Matius pun
sadar akan hal ini. Oleh karena itu, pada akhir silsilah ini, yakni pada ay.
17, diberikannya sebuah rangkuman. Ada 14 keturunan dalam masing-masing dari
ketiga masa dalam kehidupan bangsa Israel tadi. Apa makna angka 14 ini?
Angka 14 ialah hasil dari 2 kali 7, yakni angka yang melambangkan keutuhan
yang keramat sifatnya. Dua kali angka 7 berarti sungguh keramat. Yang amat
keramat ini terulang tiga kali. Pengulangan tiga kali ini juga khas. Bila
dua kali berarti menggarisbawahi pentingnya, tiga kali menunjukkan suasana
khidmat (Ingat seruan para serafim dalam Yes 6:3 "Kudus, kudus, kuduslah
Tuhan ...!" yang juga dipakai dalam liturgi ekaristi). Oleh karena itu,
jelas bahwa tiga kali penyebutan 2 kali 7 keturunan dalam silsilah Yesus itu
dimaksud untuk mengajak orang agar bersikap khidmat menghadapi kenyataan
yang teramat keramat, yakni peristiwa kelahiran Yesus yang diceritakan dalam
ay. 18-25.

YUSUF
Mendekati kisah kelahiran Yesus dengan suasana khidmat serta menyadari
sakralnya kisah itu akan memberi banyak kekuatan kepada orang sekarang.
Banyak yang akan bertanya-tanya mengapa saya katakan "mendekati kisah" dan
bukan "mendekati kelahiran sang Penyelamat"? Kita sebetulnya hanya bisa
mendekat kepada-Nya lewat kisah tentang-Nya. Seperti halnya Yusuf yang
berhasil datang dekat dengan mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat,
begitulah jalan kita. Yusuf sadar akan apa yang sedang terjadi. Dan dengan
segala ketulusannya ia menerima kehadiran yang keramat dalam kehidupannya.
Ia menerima apa yang terjadi pada Maria. Boleh jadi ia tidak seluruhnya
mengerti. Bahkan bisa dikatakan bahwa ia baru betul-betul mengerti dan dapat
benar-benar menerima setelah ia mendengarkan kisah yang dibawakan malaikat
kepadanya. Sikap hormat seperti ini membuatnya ikut serta dalam karya
penyelamatan.

Malaikat bersabda kepada Yusuf dan menjelaskan bahwa yang terjadi pada Maria
itu menurut apa yang telah dinubuatkan Nabi Yesaya (Yes 7:14), yakni anak
dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka
akan menamakan dia Imanuel, yang artinya Allah menyertai kita. Yusuf yang
telah mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat tadi akan menerapkannya
kepada anak yang nanti dilahirkan Maria. Ia dinamainya Yesus, yang artinya
Tuhan itu pemberi keselamatan, dalam arti ia menyertai kita - Imanuel. Tuhan
tidak meninggalkan kita. Nama itu sendiri ialah ungkapan iman bahwa Yang
Maha Besar tetap menyertai kita.

"Tuhan beserta kita" inilah yang bakal lahir di tengah-tengah kumpulan orang
di mana saja dan kapan saja yang bersedia mendengarkan kisah kehadiran yang
keramat di dunia ini. Warta Natal yang dibawakan petikan Injil Matius pada
kesempatan ini besar kandungan rohaninya. Orang diajak mendengarkan kisah
kehadiran Tuhan di dalam kehidupan ini. Menurut Matius, tidak sukar memenuhi
ajakan itu. Yang dibutuhkan ialah sikap khidmat di hadapan Yang Ilahi yang
tampil dalam kehidupan ini dalam macam-macam wujud. Kita ingat pada akhir
Injil Matius, pembicaraan mengenai penghakiman terakhir dipusatkan pada apa
orang berhasil atau tidak melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesama.
Begitulah, sejak awal Matius mengajak kita belajar makin peka akan
isyarat-isyarat dari Tuhan sendiri. Dan Yusuf menjadi gambar orang yang
sampai ke sana, dengan segala ketulusan yang membuatnya mampu mendengarkan
khidmat kisah kehadiran Tuhan di dekatnya. Pada kesempatan ini juga kita
mendapat ajakan seperti itu.

Salam hangat,
A. Gianto

Injil Minggu Adven IV / B 2011

Minggu Adven IV/B Des 2011 (Luk 1:26-38)

Rekan-rekan yang budiman!
Dikisahkan dalam Luk 1:26-38 (Injil Minggu Adven IV/B) bagaimana malaikat Gabriel diutus ke sebuah kota kecil di Galilea - di sebelah utara Tanah Suci - kepada Maria yang diperkenalkan dalam Injil sebagai "perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud". Setelah mengucapkan salam damai, Gabriel memberitakan bahwa seorang anak lelaki akan lahir dari Maria, dan hendaknya ia dinamai Yesus. Ia akan menjadi besar dan dinamakan Anak Allah Yang Maha Tinggi dan akan dikaruniai kekuasaan tanpa akhir. Bagaimana ini mungkin, ia kan belum bersuami? Tak ada yang mustahil bagi Allah, Gabriel menjelaskan, Elisabet yang sudah lanjut usia pun kini sudah enam bulan mengandung. Yang terjadi sekarang lebih besar. Anak yang akan dilahirkan Maria itu akan disebut kudus, Anak Allah, karena Maria akan dinaungi kuasa Allah dan Roh Kudus akan turun ke atas dirinya.

Injil Minggu Adven III/B

Injil Mingggu Adven III/B 11 Des 2011( Yoh 1:6-8;19-28)

07 Desember 2011 09:32

Rekan-rekan yang baik!
Seperti Minggu lalu, Injil bagi Minggu Adven III/B kali ini ( Yoh
1:6-8;19-28) hampir seluruhnya berbicara mengenai Yohanes Pembaptis. Namun
kali ini yang ditonjolkan ialah kesaksiannya. Pertama-tama ia ditampilkan
sebagai yang diutus Yang Maha Kuasa untuk menjadi saksi bagi "terang"
meskipun ia bukan terang itu sendiri (ay. 6-8). Kepada orang-orang yang
datang kepadanya Yohanes menegaskan bahwa dirinya bukan Mesias, bukan Elia,
bukan nabi, melainkan orang yang berseru-seru di padang gurun menghimbau
agar jalan bagi Tuhan diluruskan (ay. 19-23). Juga tegas-tegas ia menyatakan
dirinya tak pantas melepas tali sandal dia yang bakal datang ini (ay. 27).
Seperti diuraikan Minggu lalu, ungkapan ini berarti Yohanes merasa tidak
patut menjalankan urusan yang menjadi hak dia yang akan datang itu. Yohanes
membantu orang mengungkapkan niatan untuk hidup bersih menyongsong dia yang
akan datang.

MENUMBUHKAN HARAPAN

Yohanes Pembaptis memang tokoh yang sudah sedemikian dikenal sebelum orang
mulai mendengar tentang Yesus. Banyak orang datang kepadanya. Warta serta
tindakannya amat komunikatif. Maklum, suasana di tanah suci waktu itu terasa
semakin tak menentu. Zaman edan. Ada krisis identitas nasional. Ajaran nenek
moyang bahwa mereka bangsa terpilih makin menjauh dari kenyataan
sehari-hari. Juga usaha menyegarkan kembali kepercayaan itu tak banyak
berhasil. Kata-kata para nabi terdengar makin lirih, makin jauh. Orang makin
kecewa, apatis. Orang merasa semakin menjadi mangsa kekuatan-kekuatan yang
menghimpit cita-cita mereka sebagai umat Tuhan. Harapan satu-satunya yang
masih memberi mereka pandangan ke depan ialah Mesias yang bakal datang. Yang
Terurapi, utusan Yang Maha Kuasa akan datang untuk memimpin mereka.
Kedatangannya juga akan mengakhiri zaman ini dan mengawali era baru. Itulah
saatnya bangsa terpilih akan dipimpin sang Mesias baru ini ke dalam Tanah
Terjanji surgawi. Mereka yang tidak ada bersama mereka akan binasa bersamaan
dengan kiamat. Begitulah ringkasnya alam pikiran yang kerap pula disebut
"mesianisme apokaliptik".

Ada orang-orang yang mulai menjalani hidup bertapa menyepi di padang gurun.
Beberapa tulisan dari masa itu menyebut mereka kaum Esseni. Banyak dari
mereka yang hidup di pertapaan sekitar Laut Mati. Salah satu di antaranya
ialah komunitas Qumran yang dikenal kembali dari penemuan arkeologi sejak
tahun 1947. Mereka hidup menantikan Mesias dan mengusahakan diri agar siap
menghadapi bagi peristiwa besar yang bakal datang itu. Yohanes Pembaptis ada
dalam gerakan kerohanian ini walau ia tidak memutuskan hubungan dengan dunia
luar. Ia malah membantu banyak orang agar semakin dapat memusatkan perhatian
kepada yang mereka nanti-nantikan itu.

MENANTIKAN MESIAS

Dalam tradisi Perjanjian Lama ada kepercayaan bahwa nabi besar Elia, yang
dalam 2Raj 2:1-18 diceritakan diangkat naik ke surga, akan datang kembali.
Ada pula anggapan, seperti tercermin dalam Mal 4:5, bahwa kedatangan Elia
kembali nanti itu menandai akhir zaman yang diawali oleh Mesias segera tiba.
Dalam Mrk 1:6 dan Mat 3:4, Yohanes digambarkan berpakaian jubah bulu dan
ikat pinggang kulit, mirip dengan cara berpakaian Elia yang disebutkan 2Raj
1:8. Memang Yohanes Pembaptis sering dianggap Elia yang kini telah kembali
ke dunia. Pandangan ini kiranya hidup di dalam umat Injil Sinoptik (Mrk, Mat
dan Luk). Injil Yohanes lain. Di situ sang Pembaptis justru menyangkal
pendapat bahwa dirinya ialah Elia yang datang kembali (Yoh 1:21)

Sudut pandang yang berbeda ini menggambarkan dinamika perkembangan gagasan
mengenai akhir zaman. Pada mulanya memang besar anggapan bahwa akhir zaman
segera akan tiba. Kemudian semakin disadari bahwa peristiwa itu baru akan
terjadi jauh di masa depan. Yang penting ialah masa kini ini. Perkembangan
selanjutnya ialah tidak lagi menghitung-hitung kapan akhir zaman itu tiba.
Dalam Injil Yohanes, gagasan yang menyibukkan perhatian orang itu dikatakan
sudah terjadi. Era baru dengan kehadiran terang ilahi di dunia inilah zaman
akhir jagat. Tidak lagi perlu memikirkan kapan, di mana, dan bagaimana.
Sudah hadir dan kini sedang membuat kegelapan tersingkir. Yang perlu ialah
menerimanya. Inilah pandangan Injil Yohanes.

"MARTYRIA" YOHANES

Yohanes Pembaptis ditampilkan oleh Injil Yohanes lebih sebagai tokoh yang
memberikan "martyria", yaitu kesaksian mengenai siapa Yesus itu. Injil ini
tidak memakai sebutan "Pembaptis" baginya, karena yang ditonjolkan ialah
perannya memberi kesaksian mengenai siapa Yesus itu.

Apa kesaksian Yohanes? Tokoh yang dikenal banyak orang itu disebut sebagai
yang datang diutus Tuhan untuk memberi kesaksian akan terang yang sudah
bersinar dalam kegelapan. Ditandaskan bahwa ia bukan terang itu sendiri.
Dari penjelasan di muka mengenai latar belakang zaman itu, maka amat
berartilah penegasan bahwa ada "terang bercahaya dalam kegelapan, dan
kegelapan tidak menguasainya" (Yoh 1:5) Apakah orang-orang langsung
menerimanya dan mempercayainya? Bacaan hari ini mulai dengan kedua ayat
berikutnya. Yohanes diutus untuk menjadi saksi bagi terang itu agar dengan
demikian orang mulai percaya kepada terang itu sendiri. Dan dalam bagian
kedua Injil hari ini (Yoh 1:18-28) dijelaskan lebih lanjut kesaksiannya itu.


Pertama-tama ada serangkaian pernyataan negatif. Yohanes bersaksi bahwa (1)
ia bukan Mesias, yaitu orang yang resmi diutus Tuhan kepada umatNya untuk
menuntun mereka kembali kepadaNya, (2) ia bukan juga Elia, artinya ia bukan
menjadi pertanda bahwa akhir zaman sudah di ambang pintu. Ia menyatakan diri
bukan pula sebagai nabi yang pada waktu itu dipercaya sebagai orang yang
menyadarkan orang bahwa akhir zaman akan segera terjadi.

Dengan penyangkalan itu ia membuat orang mulai kritis terhadap
harapan-harapan saleh yang sudah menjadi gaya berpikir pada masa itu. Apakah
harapan seperti itu sebetulnya bukan hanya impian yang menjauhkan orang dari
kenyataan? Kecenderungan untuk melarikan diri ke dalam janji-janji dan rasa
aman yang diberi warna agama memang ada di mana-mana di sepanjang zaman,
terutama di masa-masa sulit. Orang-orang berdatangan menemui Yohanes belum
tentu dengan maksud untuk belajar darinya. Banyak yang datang kepadanya
untuk mendengarkan harapan-harapan mereka sendiri. Tetapi Yohanes tidak
meninabobokan mereka.

Kemudian Yohanes menegaskan diri sebagai suara orang yang berseru-seru di
padang gurun, tempat dulu umat Perjanjian Lama hidup dalam bimbingan Tuhan
sendiri, tetapi yang kini terasa tidak lagi banyak artinya. Hubungan dengan
Tuhan terasa sudah amat renggang. Tetapi justru dalam keadaan itu terdengar
Yohanes yang berseru "Luruskanlah jalan Tuhan!" Seperti dalam Yes 40:3,
seruan itu bukan ditujukan kepada manusia, melainkan kepada
kekuatan-kekuatan surga. Mereka sendiri akan menyiapkan kedatangan Tuhan.
Yang diharapkan dari manusia ialah membiarkan diri dibimbing. Dan Yohanes
mengajak orang menghidupi iman ini, bukan membuai diri dengan
harapan-harapan saleh akan kedatangan seorang Mesias menurut idealisme
mereka sendiri.

Yohanes juga menjelaskan kepada orang-orang yang bertanya mengapa ia
membaptis. Ia berkata, yang mereka harap-harapkan itu sudah datang. Terang
sudah bersinar, hanya perlu mengenalinya! Itulah puncak kesaksiannya.

"MARTYRIA" GEREJA DI INDONESIA

Kesaksian Yohanes dapat menjernihkan batin orang zaman ini,. Juga dapat
menumbuhkan kekuatan baru. Batin orang dipenuhi dengan macam-macam
pengharapan dan niatan. Juga dengan pelbagai gambaran mengenai tokoh-tokoh
besar. Pimpinan Gereja, pendiri tarekat, santo pelindung, pembimbing
rohani.... Para tokoh panutan ini akan semakin mendekatkan ke inti kehidupan
batin bila dihayati sebagai "martyria" atau kesaksian seperti yang
dijalankan Yohanes. Ada gunanya mendalami perutusan yang mereka jalani
mereka sebagai perutusan Yohanes: mempersaksikan bahwa terang sudah
menyinari kegelapan.

Gereja di Indonesia menyatakan diri mau membangun keadaban baru yang tidak
membiarkan kesetujuan-kesetujuan dasar dalam hidup bermasyarakat semakin tak
jelas, semakin suram. Semua orang berkemauan baik diajak membangun wahana
terang yang baru bagi kehidupan bersama. Itulah "martyria" Gereja di
Indonesia.

Salam hangat,
A. Gianto

INJIL MINGGU ADVEN II/B

Minggu Adven II th B 4 Des 2011 (Mrk 1:1-8)

MEMBUKA JALAN BAGINYA

Rekan-rekan,
Injil Minggu Adven II kali ini, yakni  Mrk 1:1-8, hampir seluruhnya berbicara mengenai Yohanes Pembaptis, tokoh yang sudah sejak lama dinubuatkan menjadi utusan yang mempersiapkan jalan bagi datangnya Tuhan. Orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan penduduk Yerusalem mendatanginya di padang gurun minta dibaptis olehnya sebagai tanda bertobat demi pengampunan dosa. Di mata orang banyak ia juga dikenal sebagai nabi. Uraian mengenai Yohanes Pembaptis sebenarnya dimaksud guna menyoroti siapa yang akan datang nanti, yakni Yesus. Dia ini tokoh yang jauh lebih besar yang diumumkan oleh Yohanes sendiri. Marilah kita simak bagaimana Markus mengutarakan hal ini