Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Injil Minggu Biasa V B

Injil Minggu Biasa V/B tgl. 5 Feb 2012 (Mrk 1:29-39)

Rekan-rekan yang budiman!

Mrk 1:29-39 mengisahkan kegiatan Yesus sehabis mengajar dan mengusir roh dari orang yang kerasukan pada pagi hari yang sama (Mrk 1:21-28). Sore hari itu, di rumah Simon dan Andreas, ia menyembuhkan ibu mertua Simon yang menderita demam. Petang harinya, ia sibuk menyembuhkan orang-orang lain dari penyakit dan kerasukan setan. Keesokan harinya, pagi-pagi buta, ia pergi berdoa di tempat terpencil. Ketika Simon dkk. menemukannya dan mengatakan bahwa banyak orang mencarinya, Yesus malah mengajak mereka pergi ke kota-kota di sekitarnya untuk mewartakan Injil, karena, kata Yesus sendiri, untuk itulah ia datang.

Injil Minggu Biasa IV B

Injil Minggu Biasa IV/B 29 Jan 12 (Mrk 1:21-28)

Rekan-.rekan,
Setelah memanggil murid-muridnya yang pertama Yesus mengawali kegiatannya di
Kapernaum dengan mengajar di sebuah tempat ibadat. Orang-orang takjub
mendengar pengajarannya. Pada kesempatan itu juga ia mengeluarkan roh jahat
dari orang yang kerasukan. Orang banyak mulai bertanya-tanya apa sebenarnya
yang sedang terjadi. Dan sejak itu tersiarlah berita tentang dia di seluruh
wilayah Galilea. Peristiwa ini dikisahkan dalam Mrk 1:21-28 yang dibacakan
pada hari Minggu Biasa IV tahun B. Yesus ditampilkan sebagai tokoh yang
dicari-cari, diharapkan, diikuti tapi nanti juga akan dipertanyakan,
ditolak, dan bahkan dimusuhi. Pikiran-pikiran yang tersimpan dalam-dalam tak
lagi dapat tinggal tersembunyi. Kehadirannya membuat orang semakin merasa
perlu jujur pada diri sendiri.

MENGGUGAH PERHATIAN

Markus kerap menceritakan pelbagai reaksi orang ketika mendengar pengajaran
Yesus tanpa menuliskan apa yang diajarkannya. Ia memang ingin menunjukkan
bagaimana Yesus dipandang sebagai guru yang membuat pikiran orang terbuka.
Para pendengarnya sudah cukup tahu ajaran-ajaran agama. Yang mereka butuhkan
ialah rasa mantap. Pengajaran pokok Yesus sebenarnya sudah ditampilkan
Markus dalam Mrk 1:15, yakni bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Dan inilah
yang diajarkannya hari itu di sinagoga di Kapernaum. Jadi yang dikatakan
orang-orang nanti pada akhir petikan hari ini sebagai "ajaran baru" ialah
pewartaan mengenai sudah datangnya Kerajaan Allah tadi. Dan ujud nyata
kerajaan ini ialah mulai tersingkirnya kuasa-kuasa jahat.

Kita akan tertarik pada kisah mengenai orang yang kerasukan setan di
sinagoga tempat Yesus mengajar hari itu. Markus memang hendak menekankan
hubungan antara kegiatan mengajar Yesus dengan pengusiran roh jahat. Bisa
ditengok Mrk 1:39 tentang Yesus memberitakan Injil di rumah-rumah ibadat di
Galilea dan mengusir setan-setan.; juga 3:14 tentang dua belas rasul yang
ditetapkannya ditugasinya memberitakan Injil dan diberi kuasa mengusir
setan; menurut 6:12 mereka pun berbuat demikian. Orang dari zaman itu, juga
dari zaman kita sekarang, akan lebih tertarik pada pengusiran roh jahat.
Memang Yesus kerap mengusir roh jahat dan menyembuhkan penyakit yang tak
bisa ditangani tabib. Tapi sebenarnya Yesus hadir di tengah masyarakat
terutama untuk mewartakan hadirnya Kerajaan Allah. Pengusiran roh dan
penyembuhan ajaib adalah kelanjutan dari benarnya warta itu, bukan
sebaliknya.

Begitulah pada hari itu, di sebuah tempat ibadat, ia mulai mewartakan
Kerajaan Allah. Orang-orang datang untuk menjalankan ibadat Sabat dan
mendengarkan bacaan dari Taurat dan Para Nabi beserta penjelasannya. Setelah
itu mereka juga berbincang-bincang mengenai macam-macam hal. Itulah latar
peristiwa yang dikisahkan Injil hari ini. Markus mencatat bagaimana
orang-orang takjub mendengar Yesus. Hati mereka tersentuh. Ia dapat
menyalurkan kekuatan batin kepada pendengarnya dengan kata-kata
pengajarannya.


BAGI ORANG YANG KERASUKAN

Hari itu juga ikut datang orang yang kerasukan. Orang dulu percaya bahwa ada
roh baik, yakni yang berasal dari Allah, ada roh yang jahat, yang memisahkan
diri dari sumbernya, yakni Allah, dan melawannya. Bila kita bahasakan secara
sederhana, roh jahat itu kekuatan-kekuatan yang "ndak bener", yang tidak
murni, ada sisi-sisi kotornya, tidak bersih. Yang dilakukannya menimbulkan
banyak perkara yang ndak bener tadi. Jadi roh jahat ialah kekuatan-kekuatan
yang tak teratur. Tapi tetap kuat dan susah dihadapi dan sering
membingungkan. Ia mengacaukan tatanan, membuat orang kehilangan pegangan
sampai berputar-putar tanpa arah dan menjauh dari tatanan yang diadakan oleh
roh baik. Pada zaman Yesus dulu, penyakit aneh-aneh yang tak dapat ditangani
tabib sering dipandang sebagai akibat kerasukan. Orang yang demikian ini
biasanya disendirikan. Kalau di Jawa dulu dipasung. Mereka tidak dibiarkan
mengikuti macam-macam kegiatan di masyarakat, termasuk datang ke tempat
ibadat. Kita akan bertanya, lho orang yang kerasukan kali ini kok ada di
sinagoga. Tidak biasa. Bisa jadi memang belum diketahui bahwa orang tadi
kerasukan. Ia boleh jadi termasuk orang baik-baik di Kapernaum. Mungkin ia
sudah sedikit aneh, rada mejenun, tapi masih bisa ditolerir.
Orang tadi - yang belum diketahui bahwa kerasukan - ikut datang mendengarkan
warta Yesus. Tentunya warta Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah, dan
percayalah kepada Injil seperti tertulis dalam Mrk 1:15. Apa yang terjadi?
Roh jahat yang bersembunyi di dalam diri orang tadi tak tahan mendengar
semua itu. Ia berteriak, memakai mulut orang yang malang itu. Tak tahan
berada di dekat kehadiran dia yang membawakan keilahian. Kini ada
pembicaraan antara roh jahat dan Yesus. Boleh dicatat, bagi Yesus berhadapan
dengan roh jahat bukan barang baru. Beberapa waktu sebelumnya, selama 40
hari, ia disertai roh baik dan malaikat berada bersama dengan macam-macam
kekuatan gelap dan mengenali gerak gerik mereka (Mrk 1:12-13).

Roh jahat itu meneriakkan tiga kalimat keras. Yang pertama bernada umpatan,
"Apa urusanmu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret!". Ia merasa terganggu
oleh kehadiran Yesus. Merasa dirusuhi. Marah. Kenapa tidak ngurus daganganmu
sendiri, begitu jalan pikirannya. Ia mengira Yesus sama seperti dia, mencari
pengaruh, memasarkan komoditi perkara batin dan kekuatan-kekuatan
supernatural. Yang kedua, roh jahat mulai merasa terancam, "Apakah engkau
datang untuk membinasakan kami?" Akhirnya ia malah menggertak bahwa ia kenal
siapa dia, yakni "Yang Kudus dari Allah." Mengatakan aku kenal siapa kamu
kerap bisa membuat orang jadi rada "groggy". Ada hal-hal yang disembunyikan
yang diketahui! Tapi benar juga bahwa kekuatan jahat betul-betul mengenal
apa dan siapa yang ada di situ. Ada wilayah suci yang tak memungkinkan roh
jahat bergerak. Dan wilayah itu ada pada "orang dari Nazaret" ini.
Keunggulannya jelas dirasakan. Itulah yang disaksikan orang-orang waktu itu
dan diberitakan kepada kita sekarang. Mereka makin bertanya-tanya, lalu
siapa sebetulnya dia yang diakui kewibawaannya bahkan oleh kawanan roh jahat
yang memakai kata "kami" itu. Jadi roh-roh seperti itu merasa terancam dan
gentar di hadapan orang Nazaret yang sedemikian dekat dengan Allah yang
Mahasuci.

Yesus menghardik dan menyuruh Roh itu diam. Kerasukan kerap berujud sebagai
pergi datangnya suara-suara yang tak keruan, yang mengacaukan dan
menakutkan. Kata-kata roh kepada Yesus itu kedengarannya biasa saja, tapi
sebenarnya amat mengacaukan. Suara-suara itu mau membuat Yesus pergi tanpa
mencampuri urusan ini. Mereka mau agar ia tidak menanggung risiko dicurigai
berkawan dengan kaum roh seperti itu. Juga diteriakkan apa ia mau
menghabisi. Yesus tidak membinasakan roh jahat. Tindakan ini bukan
urusannya. Itu urusan Allah Yang Maha Kuasa. Yesus mengeluarkan roh dari
dalam diri orang yang kerasukan yang mau mendekat kepadanya. Bahkan boleh
dikatakan, roh yang menjahati itu masih diberi kesempatan untuk tidak
menjahati lagi dan menemukan kembali asalnya yang sejati.

Sebelum dikeluarkan, roh tadi masih berusaha membingungkan Yesus dan mungkin
orang-orang lain dengan gelar "Yang Kudus dari Allah". Ia mau membuat Yesus
mulai takabur, merasa besar, dan mulai merasa diri sama dengan Yang Maha
Kuasa sendiri. Tadi roh jahat sudah berteriak apa Yesus itu mau
"membinasakan kami" - hal yang hanya bisa dilakukan Allah Maha Kuasa
sendiri. Maklum gelar "Yang Kudus" itu dalam kesadaran orang dulu dikenakan
kepada Allah sendiri, lihat Yes 40:25 dan 57:15, atau kepada imam Harun yang
dipilih Allah untuk berkurban bagi umat seperti Mzm 106:16, atau kepada nabi
besar Elisya dalam 2Raj 4:9. Yesus hendak dibuat merasa seperti orang-orang
besar itu, bahkan seperti Allah sendiri! Karena itulah Yesus menyuruh roh
tadi diam. Lihat betapa pintarnya roh jahat. Mengakui kalah tapi sekaligus
mau menanamkan benih ketakaburan yang bakal menjatuhkannya! Tetapi Yesus
tetap pada jalannya: ia menyuruh roh itu keluar dari diri orang malang tadi.

APA INI?

Reaksi orang-orang dicatat Markus dalam 1:27. Terjemahan LAI berbunyi, "Apa
ini? Suatu ajaran baru disertai dengan kuasa! Ia memberi perintah kepada
roh-roh ....". Memang teks aslinya digemakan. Tetapi naskah-naskah tua tidak
memakai tanda baca sehingga dapat pula dimengerti dan diterjemahkan sebagai
berikut: "Apa ini? Suatu ajaran baru! Disertai dengan kuasa ia memberi
perintah kepada roh-roh..." Apa yang hendak dijelaskan Markus dengan
ungkapan "disertai dengan kuasa" itu? Ajarannya yang didengar orang banyak
atau perintahnya kepada roh-roh? Kedua terjemahan tadi sama cocoknya dengan
teks asli. Bila demikian, kiranya Markus hendak menyampaikan bahwa ajaran
Yesus dan tindakan mengeluarkan roh jahat berhubungan erat satu sama lain.
Kedua-duanya "disertai dengan kuasa". Bacaan ganda ini juga termasuk makna
teksnya.

Injil Markus mengajak kita mendekat kepada pribadi Yesus. Bukan kepada
sekumpulan ajaran belaka. Keterpukauan orang-orang yang mengenal Yesus itu
disampaikan kepada kita supaya kita berani datang mendekat dan
mendengarkannya. Markus juga hendak membuat kita melihat bahwa dalam memberi
pengajaran, Yesus juga menyingkirkan pengaruh roh jahat yang mengancam kita.
Inilah kebesarannya. Inilah kuasanya. Dan kita diajak mendekat padanya.

Salam hangat,
A. Gianto


Injil Hari Minggu Biasa III/B


Minggu Biasa III Tahun B 22 Jan 2012 (Mrk 1:14-20)

Rekan-rekan yang baik!
Hari Minggu ini kita dengar bagaimana Yesus mulai tampil di muka umum. Dua
hal dilakukannya, yang pertama ialah mengumumkan Injil (Mrk 1:14-15) dan
yang kedua, memanggil para murid yang pertama (1:16-20). Peristiwa ini
terjadi di dekat Danau Galilea, di wilayah utara Tanah Suci. Kegiatan ini
mengawali perjalanannya membawakan Kabar Gembira dalam ujud pengajaran dan
macam-macam penyembuhan dari Galilea menuju ke selatan, sampai ke Yerusalem.

KABAR GEMBIRA

Disebutkan, setelah dibaptis, Yesus dipimpin Roh ke padang gurun (Mrk
1:12-13). Di sana selama 40 hari (Mrk 1:12-13) ia mengalami kehadiran Roh,
tapi juga menghadapi kekuatan-kekuatan Iblis. Ia terpisah dari jangkauan
sesama ("hidup bersama dengan binatang liar") namun disertai para malaikat.
Begitulah cara Injil menampilkan Yesus sebagai manusia yang integritasnya
teruji, sebagai manusia yang betul-betul dekat pada keilahian sehingga
kekuatan yang jahat tidak dapat menguasainya. Orang seperti inilah yang
tampil di masyarakat dan membawakan Kabar Gembira. Ia sendiri sudah
mengalaminya dan karenanya dapat mewartakannya.

Disebutkan pada awal Injil hari ini bahwa Yohanes Pembaptis ditangkap. Orang
banyak tak lagi dapat datang menyatakan tobat seperti dulu. Tetapi kini ada
tokoh yang lebih besar yang telah diberitakan sang Pembaptis sendiri. Dia
sudah hadir dan mengabarkan bahwa "genaplah waktunya, Kerajaan Allah sudah
dekat". Sekaligus ia mengajak orang-orang menumbuhkan sikap yang paling
cocok menanggapi kenyataan baru ini, yakni "bertobat dan percaya kepada
Injil".

Orang Yahudi dulu membayangkan bahwa sejak awal Yang Maha Kuasa sudah
menentukan kurun waktu sebelum datang zaman baru yang ditandai dengan
kehadiran-Nya di dalam kehidupan orang-orang-Nya. Kurun waktu ini kini
dinyatakan telah genap, telah terpenuhi. Masa menunggu sudah selesai. Zaman
baru yang tadi dinanti-nantikan dan diungkapkan dengan gagasan "Kerajaan
Allah" sudah ada di tengah-tengah manusia. Kini ada seorang manusia yang
membiarkan diri sepenuhnya dijadikan tempat berdiam bagi-Nya. Di dalam diri
orang inilah dapat dikatakan "Allah meraja". Jadi dalam paruh pertama
pewartaan Yesus tadi hendak dikatakan ada orang yang benar-benar dapat
menghadirkan kebesaran Allah di tengah-tengah manusia.

Semakin dipikirkan, semakin jelas bahwa yang dibicarakan ialah diri Yesus
sendiri. Dialah ujud nyata Kerajaan Allah yang sudah dekat itu. Beberapa
waktu sebelumnya, pada saat pembaptisannya, ia dinyatakan sebagai orang yang
amat dekat pada Yang Maha Kuasa dan ditandai oleh Roh. Kesungguhannya juga
telah teruji. Ia dapat mengenali gerak kekuatan-kekuatan yang jahat dan yang
baik. Pernyataan "Kerajaan Allah sudah dekat" itu pernyataan iman yang amat
berani tanpa melebih-lebihkan, tetapi juga tanpa menutup-nutupi kebesaran
dia yang mewartakannya. Pendengar di zaman apapun akan merasa dihadapkan
pada kenyataan baru. Dan tak bisa lagi diam saja. Menganggapnya sepi sama
saja dengan menolak dan tidak mempercayai kebenarannya. Mulai mencoba
memahami berarti menerimanya dan mengarahkan diri pada kehadiran Allah dalam
ujud orang yang ini. Itulah inti dari "bertobat". Pergantian haluan hidup
hanyalah kelanjutan dari arah baru ini. Dan baru demikian orang bisa diajak
mempercayai Injil, yakni Kabar Gembira. Manakah inti Kabar Gembira yang
dibawakannya?

Menurut Injil Yohanes, satu ketika Yesus mengajak dua orang yang mau
mengenalnya agar datang dan melihat sendiri (Yoh 1: 38). Begitu pula dalam
Injil Markus (juga Matius dan Lukas), Yesus mengajak orang-orang menemukan
apa Kerajaan Allah itu bagi mereka sendiri dan bagaimana mereka bisa menjadi
bagian darinya. Seperti ia sendiri. Inilah Kabar Gembira yang dibawakannya.
Suatu warta yang memungkinkan kemanusiaan berkembang seutuh-utuhnya, tapi
juga arah yang memungkinkan Allah bisa hadir sedekat-dekatnya. Bukan lagi
warta harus begini harus begitu, tak boleh ini itu, melainkan warta yang
membuat orang menemukan diri dalam Allah.

Bagaimana kenyataannya di dalam hidup sehari-hari? Dalam bagian kedua bacaan
Injil hari ini (ay. 16-20) ditunjukkan bagaimana Yesus mengajak orang-orang
tertentu untuk menghidupi Kabar Gembira tadi. Bersama mereka nanti Yesus
akan membawakan apa itu kehadiran Kerajaan Allah kepada orang banyak, apa
itu kenyataan hidup yang membuat Allah dapat dirasakan hadir oleh orang
banyak. Pengajaran, penyembuhan, pengusiran kekuatan roh jahat, semua inilah
tanda-tanda hadirnya Allah di tengah kemanusiaan. Itulah ujud nyata
Kerajaan-Nya yang dialami orang-orang pada waktu itu dan diceritakan kembali
bagi generasi-generasi berikutnya.

GALILEA

Menurut Mrk 1:14 dan 16 Yesus mulai tampil di wilayah Galilea, di
tempat-tempat di dekat danau, terutama di kota Kapernaum. Sudah pada zaman
Perjanjian Lama, wilayah utara ini berbeda dengan Yudea di selatan, baik
alamnya maupun kehidupan sosialnya. Di utara tanahnya lebih subur.
Perekonomiannya lebih maju. Orang-orangnya lebih berpikir independen. Tetapi
sering mereka dipandang kurang taat beragama oleh elit politik-religius di
Yerusalem, yakni ahli Taurat, para imam, kaum Farisi. Memang di wilayah
utara juga ada cukup banyak orang yang asalnya dari Yudea. Mereka pindah ke
utara untuk mendapatkan nafkah lebih besar dan mencari peluang yang lebih
luas. Keluarga Yesus kiranya juga dari Yudea. Karena itulah Yusuf dan Maria
datang ke sana dari Nazaret di Galilea untuk menyensuskan diri seperti
diceritakan Lukas (Luk 2:1-5).

Macam-macam prasangka, lebih-lebih di bidang hidup keagamaan, lebih terasa
di Yerusalem dan Yudea pada umumnya. Di utara orang biasa berhubungan dengan
budaya lain. Di wilayah yang memiliki kebiasaan berpikir lebih luas itulah
Yesus mulai mewartakan sesuatu yang baru. Ia didengarkan. Lihat misalnya
kekaguman orang di Kapernaum mendengarkan uraiannya yang segar mengenai
Taurat (Mrk 1:21-22; Luk 4:31-32). Mereka tertarik. Tidak pasif saja dan
kemudian melupakannya. Tentu saja mereka tidak selalu menyambutnya dengan
terbuka. Di Nazaret sendiri ia bahkan pernah ditolak (Mrk 6:1-6a Mat
13:53-58 Luk 4:16-30).

Di wilayah Galilea sudah beberapa puluh tahun sebelumnya berkembang satu
sektor perekonomian baru, yakni eksploitasi ikan dari danau. Pasar-pasar
ikan di tepi danau bertumbuh dan akhirnya menjadi tempat hunian dan kota
yang ramai. Kapernaum ialah salah satu dari kota-kota itu. Begitu juga
Magdala, Betsaida, dan wilayah Genesaret di tepi danau Tiberias. Nanti Yesus
akan mondar-mandir di antara kota-kota itu ikut perahu para nelayan. Dalam
ukuran zaman itu para nelayan ialah orang-orang yang maju dalam bisnis.
Salah satu usahawan seperti itu ialah Zebedeus, ayah Yakobus dan Yohanes.
Juga Simon Petrus dan Andreas adalah pebisnis ikan yang mapan. Memang
kebanyakan masih dilakukan sendiri, dari menjala, menyortir, kemudian
membawanya ke pasar. Umumnya orang-orang itu lincah berusaha. Inilah
orang-orang yang dijumpai Yesus dan yang kemudian menjadi pengikutnya.
Bahkan dari antara mereka ada yang menjadi murid-muridnya yang pertama.
Yesus melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada. Ia tidak menunggu orang
datang kepadanya. Ia mendatangi para nelayan itu, menyertai mereka.
Begitulah ia makin didengar orang.

PANGGILAN

Dalam petikan Injil ini juga diceritakan Yesus memilih murid sebagai rekan
sekerja. Simon Petrus dan Andreas dipanggil ketika mereka tengah menangani
pekerjaan mereka menjala ikan. Mereka serta-merta meninggalkan jala mereka
untuk mengikuti Yesus. Juga Yakobus dan Yohanes segera meninggalkan perahu
serta ayah mereka yang kiranya pemilik perusahaan ikan yang sukses tadi.
Orang-orang ini melihat kenyataan "Kerajaan Allah" dalam diri orang yang
mengajak mereka ikut. Dan mereka tidak ingin kehilangan dia. Mereka pun
mengikutinya dan berpindah gaya hidup. Itulah "bertobat" bagi mereka. Dan
itu juga kenyataan "percaya kepada Injil". Terlihat kini Kerajaan Allah
mulai hidup dalam diri orang-orang di sekitar Yesus juga.

Mereka yang dipanggil itu akan dijadikan penjala manusia (Mrk 1:17=4:19).
Sering diartikan mencari pengikut sebanyak-banyaknya, seperti mendulang
lubuk misi! Tafsiran seperti itu tidak klop, baik dulu maupun sekarang,
bahkan bisa memerosotkan panggilan yang digambarkan Injil. Dalam Luk 5:10
"penjala manusia" dirumuskan sebagai "anthropous (ese) zogron", artinya yang
menangkap manusia untuk membawanya ke kehidupan. Begitulah penjelasan yang
berasal dari zaman itu sendiri. Tanggung jawab para murid bukan menangkapi,
tetapi mendukung, menuntun, memelihara, menguatkan orang agar bisa hidup
terus, membuat orang menemukan jalan sendiri. Dan bukan hanya dalam
kehidupan rohani belaka.

Dapatkah Gereja menjadi wadah yang baru bagi mereka yang tertangkap bagi
kehidupan itu? Atau wadah ini sendiri perlu dibenahi dulu sehingga
memungkinkan panggilan menjadi pengikut Yesus? Bagi zaman kita ini, ajakan
untuk membawa orang-orang ke kehidupan masih amat aktual. Juga dalam
mengusahakan masyarakat yang lebih memungkinkan hidup pantas bagi semua.
Juga dalam mengajak semua orang yang berkemauan baik untuk bersama-sama
membangun masyarakat yang membangun keadaban, bukan merusaknya.

Salam hangat,
A. Gianto

Injil Minggu Biasa II / B

Injil Minggu Biasa II/A 15 Jan 12 (Yoh 1:35-42)

Rekan-rekan!

Dikisahkan dalam Yoh 1:35-42 (Injil Minggu Biasa II tahun B) bagaimana
Yohanes Pembaptis menunjukkan kepada dua muridnya bahwa orang yang
dilihatnya lewat di situ, yakni Yesus, adalah "Anak Domba Allah". Kedua
orang itu pun mengikutinya. Dan terjadilah percakapan di antara Yesus dan
kedua murid itu. Mereka ditanya apa yang mereka cari. Mereka mengatakan
ingin tahu di mana ia tinggal. Yesus pun mengajak mereka ikut dan melihat
sendiri. Begitulah mereka tinggal bersama dia sampai sore hari. Salah
seorang dari keduanya, Andreas, menemui Simon Petrus, saudaranya, dan
mengatakan telah menemukan Mesias. Andreas mempertemukan saudaranya dengan
Yesus yang kemudian memberinya nama Kefas.

APA YANG KAMU CARI?

Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang berani membuka jalan bagi dia yang
datang, bagi Yesus. Orang-orang yang datang berguru kepadanya dituntunnya
kepada dia yang diakuinya sebagai lebih besar dari dirinya. Itulah yang
diperbuatnya bagi kedua orang muridnya pagi hari itu. Dan mereka kini
mengikuti Yesus. Mungkin benak mereka masih penuh tanda tanya. Siapakah dia
yang sedemikian besar yang dirujuk oleh guru mereka itu? Satu saat Yesus
menoleh dan menyapa, "Apa yang kamu cari?" Pertanyaan ini sederhana, wajar,
tapi penuh perhatian. Boleh jadi mereka rada gelagapan tiba-tiba disapa
demikian oleh orang yang sedemikian ditinggikan oleh guru mereka sendiri
tadi. Jawab mereka lugu, "Guru, di manakah engkau tinggal." Mereka tidak
mengharapkan langsung diterima. Hanya sekedar mengungkapkan rasa ingin tahu.
Tapi Yesus menanggapi. Ia mengajak mereka melihat sendiri. Mereka dibiarkan
menemukan yang mereka cari.

Itulah percakapan yang pertama kalinya antara Yesus dengan orang yang
mengikutinya seperti diceritakan kembali dalam Injil Yohanes. Pembaca akan
makin menyadari bagaimana sang Sabda yang sejak dulu ada itu kini tampil
dalam bentuk pertanyaan "Apa yang kamu cari?" Ia bukan yang "jauh di sana",
melainkan dia yang menyapa dan mengajak berbicara. Sang Sabda tidak
menganggap sepi orang yang datang kepadanya

Inti kehidupan batin boleh jadi dapat dirumuskan dalam satu kata, yakni
"mencari" Yang Abadi tapi yang ada di tengah-tengah kemanusiaan. Namun
sering kita juga belum amat tahu apa sebetulnya yang kita maui. Dia akan
membantu kita menemukan dirinya. Dan hari itu terjadi demikian dengan kedua
murid tadi - juga kepada siapa saja yang mulai berjalan mengikutinya. Kita
akan mendapat ajakan melihat sendiri dan menemukan yang tak terduga-duga.
Kedua murid itu juga sedang menemukannya tanpa mereka sadari.

ANAK DOMBA ALLAH

Dalam bacaan kali ini, sosok Yesus ditampilkan dengan tiga "gelar", yakni
Anak Domba Allah, Guru, dan kemudian Mesias. Marilah kita dekati. Yohanes
Pembaptis menyebut Yesus sebagai Anak Domba Allah (Yoh 1:36). Sebutan ini
sudah dipakainya dalam 1:29. Di situ ditambahkan "yang menghapus dosa
dunia". Tambahan ini menjelaskan makna sebutan tadi. Dia itulah yang
menyingkirkan kegelapan dosa dari dunia sehingga menjadi wahana bagi terang.


Tafsir "Anak Domba Allah" sendiri amat kaya. Bagi keperluan kali ini
dapatlah diringkaskan sebagai berikut. Sebutan itu mengingatkan pada anak
domba yang dikurbankan orang Israel pada malam sebelum meninggalkan negeri
Mesir (Kel 12) yang kemudian diperingati tiap tahun pada malam Paskah orang
Yahudi. Ini perayaan peristiwa pembebasan dari perbudakan di Mesir dan
perayaan iman akan Allah yang tetap melindungi mereka. Kemudian di kalangan
para pengikut Yesus yang pertama berkembang kesadaran bahwa dia itu juga
kurban yang diterima baik oleh Allah di Baitnya. Selain itu, kehidupan Yesus
juga dipandang sebagai sosok Hamba Allah sebagaimana terungkap dalam Yes
53:7. Hamba ini seperti anak domba yang dibawa ke tempat penyembelihan.
Boleh kita lanjutkan. Kehidupan Yesus dapat dilihat sebagai kurban silih
yang membebaskan dunia. Ia mendekatkan kembali manusia dengan Allah sehingga
dapat menjadi gambar dan rupa Pencipta yang utuh. Kehidupannya memerdekakan
manusia dari kurungan dosa. Dia itu. Anak Domba Allah! Itulah yang dilihat
Yohanes Pembaptis. Itulah yang diwartakannya kepada orang banyak dan kepada
dua orang muridnya hari ini.

RABI - GURU

Sebutan yang kedua secara spontan diucapkan oleh kedua murid Yohanes
Pembaptis, yakni "Rabi" atau "Guru" (ay. 38), panggilan bagi ulama yang amat
dihargai. Orang bijak seperti ini dapat menerangi liku-liku kehidupan. Lebih
dari itu, Yesus dapat memperkenalkan siapa Allah itu dengan cara yang baru.
Ia akan mengajar agar orang berani memanggil-Nya sebagai Bapa. Dan orang
akan menemukan diri sebagai yang diperhatikan, yang dilindungi. Macam-macam
kesulitan dan bahkan penderitaan tidak akan membuat putus harapan. Ada yang
menunggu di sana.

Tentu saja kedua orang yang mengikuti Yesus itu belum tahu apa yang bakal
mereka terima. Tapi mereka malah diajak melihat di mana guru itu tinggal dan
tentunya di mana ia memberi pengajaran. Begitulah mereka tinggal bersama dia
hari itu hingga pukul empat sore. Sepenuh hari mereka ada bersama dia. Apa
yang mereka peroleh dari guru ini? Seandainya kita dapat menempatkan diri
dalam keadaan kedua murid tadi, kita juga boleh bertanya, dalam mengikuti
Yesus sang Guru itu apa yang kita peroleh?

Yohanes penginjil mengisahkan, setelah tinggal sehari dengannya, salah satu
dari dua orang itu, yaitu Andreas, mendapati seorang saudaranya, Simon, dan
memberitahukan bahwa mereka baru saja menemukan Mesias. Mereka bukan hanya
melihat di mana ia tinggal, melainkan menemukan bahwa yang disebut Anak
Domba Allah oleh Yohanes Pembaptis itu juga sang Mesias.

MESIAS

Bagi orang Yahudi pada zaman itu, Mesias, Yang Terurapi, ialah tokoh yang
kedatangannya telah lama dinanti-nantikan. Dialah yang diharapkan akan
memimpin umat agar mendapatkan kembali kejayaan mereka. Mereka mendambakan
pemimpin yang datang dengan wibawa Allah sendiri. Setelah sehari penuh
berada di tempat Yesus tinggal, kedua orang itu mulai mengerti bahwa dia
itulah tokoh yang diharap-harapkan banyak orang. Boleh jadi belum amat jelas
kemesiasan macam apa yang ada dalam diri Yesus. Tetapi tak apa. Ia sendiri
nanti akan mengajarkannya. Yang penting, mereka telah menemukannya. Harapan
mereka akan perbaikan serta masa depan menjadi besar dan menyala-nyala.
Andreas mengabarkannya kepada Simon, dan bahkan membawa saudaranya itu
kepada Yesus.

Kemudian disebutkan bahwa Yesus memandangi Simon dan memberinya nama baru,
yaitu Kefas, artinya Petrus. Kejadian ini berhubungan dengan peristiwa yang
diungkapkan dalam Injil Sinoptik sebagai pengakuan Petrus bahwa Yesus itu
Mesias. Dalam Injil-Injil Sinoptik, peristiwa itu menjadi puncak Injil
tentang Yesus. Setelah beberapa waktu menjadi murid Yesus dan mendengar
macam-macam "kata orang" mengenai dirinya, para murid ditanyai Yesus,
menurut "kalian", siapa dirinya itu. Petrus mewakili para murid dan
menegaskan bahwa Yesus itu Mesias. Sesudah episode itu ada tradisi khusus
mengenai Petrus (Mat 16:17-19) yang ada titik temunya dengan Yoh 1:42, yaitu
bahwa Simon dipanggil sebagai Petrus. Dijelaskan dalam Injil Matius bahwa
Petrus itu karang tempat Yesus membangun umatnya dan alam maut takkan
menguasainya. Dalam Injil Yohanes, meski ia tidak ditonjolkan dengan cara
itu, Simon tampil sebagai orang pertama yang datang kepada Yesus karena
mendengar bahwa dia itu Mesias.

KABAR GEMBIRA

Dengan latar belakang di atas, jelas bahwa kemesiasan Yesus adalah
kemesiasan untuk membangun umat sehingga menjadi tempat yang tidak lagi
dikuasai yang jahat dan tidak lagi dikurung maut. Itulah yang dilakukan
"Anak Domba Allah" seperti dijelaskan di muka. Itulah yang diajarkan oleh
"Guru" yang mempesona orang yang bertemu dengannya.

Kabar Gembira tidak jatuh dari langit begitu saja, melainkan kenyataan batin
yang mulai hidup dalam hati dan budi orang yang percaya, lewat kesaksian
orang-orang yang telah mengalaminya sendiri, juga lewat rasa ingin tahu kita
sendiri. Tidak bisa dipaksa-paksakan. Tetapi bisa dipersaksikan. Dan
ditekuni dengan mengalami sendiri perjumpaan dengan dia yang diwartakan
Kabar Gembira itu. Kehidupan beragama zaman ini dapat banyak belajar dari
sana.

Para pewarta sabda juga diajak membiarkan dia yang diwartakan Injil menyapa
batin orang dengan caranya sendiri. Peran pewarta ialah menunjukkan jalan
yang pernah dilaluinya sendiri dan yang dialaminya sendiri dan kini dapat
dibagikan kepada orang lain. Begitulah yang dilakukan Yohanes Pembaptis.
Begitu pula yang dibuat Andreas. Dan hasilnya nyata: kedua murid sang
Pembaptis sejak itu menjadi pengikut Yesus. Dan Simon menemukan Mesias.
Jangan dilupakan, Yesus menemukan Kefas, batu karang kukuh yang memungkinkan
kemesiasannya dikenal orang banyak.

Salam hangat,
A. Gianto

Hari Raya Penampakan Tuhan 2012

Injil Minggu 8 Jan 12 - Epifania (Mat 2:1-12)

HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN (Mat 2:1-12)

Pada Hari Raya Penampakan Tuhan - Epifania - dibacakan Mat 2:1-12.
Dikisahkan kedatangan orang-orang bijak dari jauh untuk menyatakan
penghormatan mereka kepada raja yang baru dilahirkan. Siapakah mereka ini?
Di wilayah Babilonia dan Persia dulu, sekarang Irak & Iran utara, ada
orang-orang bijak yang mahir dalam ilmu perbintangan. Mereka biasanya juga
berperan sebagai ulama agama setempat. Matius menyebut mereka sebagai
"orang-orang majus". Dalam kisah ini mereka mewakili orang-orang bukan
Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati dia yang lahir di Betlehem
yang bakal menjadi pemimpin umat manusia. Kebijaksanaan para majus ini
membawa mereka ke sana. Para ulama Yahudi sendiri sebenarnya juga
mengetahuinya lewat nubuat Nabi Mikha (Mat 2:6, kutipan dari Mikha 5:1).

ORANG-ORANG BIJAK

TANYA: Cerita mengenai orang majus ini menarik. Dapatkah dikatakan bahwa
Tuhan berbicara kepada umat manusia tidak hanya lewat wahyu Alkitab saja?
Seperti di sini, lewat kebijaksanaan manusiawi juga?

JAWAB: Ya! Memang itulah yang diungkapkan Matius dengan kisah ini. Ia
menunjukkan bagaimana kebijaksanaan dapat juga menuntun orang mengenali
kehadiran Tuhan.

TANYA: Bila begitu, luas benar pandangan Matius.

JAWAB: Malah dengan kisah ini Matius juga bermaksud mengatakan bahwa Tuhan
justru berbicara kepada umat-Nya lewat orang-orang bukan dari kalangan itu
sendiri! Orang-orang di Yerusalem mendengar tentang kelahiran Yesus dari
orang-orang bijak itu. Setelah itu barulah mereka mulai sibuk mencari dalam
khazanah teks keramat mereka sendiri. Matius mau membangunkan orang
sekaumnya yang kurang mendalami tradisi keramat mereka sendiri.

TANYA: Wah, keberanian berpikir seperti Matius itu langka, juga pada zaman
ini. Orang biasanya merasa aman dengan apa-apa yang sudah biasa, yang dapat
diperhitungkan. Akan tetapi jalan Tuhan tidak terbatas. Apakah Matius juga
bermaksud agar orang-orang Yahudi sadar bahwa mereka bukan satu-satunya umat
yang diperhatikan Tuhan?

JAWAB: Beberapa bagian dalam Perjanjian Lama sebenarnya sudah mengatakan hal
ini walaupun caranya agak berbeda. Misalnya, Yes 60:1-6 (bacaan pertama pada
Hari Raya Penampakan Tuhan ini) menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi
akan berduyun-duyun ke Sion, yakni tempat Tuhan bertakhta, tempat Ia
menyinarkan terang-Nya (terutama ay. 3). Maksudnya, kini Tuhan bukan hanya
bagi orang Yahudi.

TANYA: Jadi juga cocok dengan yang diutarakan dalam bacaan kedua (Ef 3:6),
yaitu berkat "Injil" orang-orang bukan Yahudi dapat turut menikmati janji
Tuhan yang kini diberikan dalam ujud manusia, yaitu Yesus.

JAWAB: Benar. Dalam surat Efesus itu "Injil" ialah Kabar Gembira yang sama
bagi semua orang, berarti juga bagi orang bukan Yahudi dan orang-orang yang
bukan termasuk umat Perjanjian Lama.

PERSEMBAHAN

TANYA: Sering kita dengar mengenai "Tiga Raja", Gaspar, Baltasar, dan
Melkhior. Tapi dalam Injil Matius ini jumlah serta nama-nama mereka kok juga
tidak disebutkan? Juga tidak dikatakan mereka itu raja.

JAWAB: Memang Matius hanya menyebut "orang-orang majus dari Timur" dan tiga
macam persembahan, yakni "emas, dupa, dan mur". Tiga persembahan itu
kemudian menumbuhkan gagasan adanya tiga orang. Bahwasanya mereka kemudian
dianggap raja boleh jadi didasarkan pada tradisi umat Yahudi sendiri seperti
ada dalam Mzm 72:10 ("Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa
persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba membawa upeti").
Nama-nama Gaspar, Baltasar, dan Melkhior itu dikenal di wilayah kekaisaran
Romawi sebelah Barat. Di wilayah lain nama mereka berlainan, juga jumlah
mereka berbeda-beda, dari dua hingga dua belas orang.

TANYA: Bisakah diterangkan sedikit mengenai persembahan yang dibawa para
majus itu?

JAWAB: Matius boleh jadi teringat akan Yes 60:6 ("... mereka semua akan
datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan
perbuatan masyhur Tuhan"). Dalam tradisi Gereja awal, emas dihubungkan
dengan kedudukan mulia Yesus sebagai raja, dupa dengan martabat ilahinya,
dan mur dengan wafatnya sebagai manusia nanti. (Mur dipakai dalam merawat
jenazah sebelum dikuburkan).

TANYA: Apa ada makna yang lebih dalam?

JAWAB: Persembahan itu menandai terjalinnya hubungan antara orang-orang yang
bukan dari kalangan Yahudi dengan pemimpin umat Tuhan yang baru lahir ini.
Iman dan berkatnya mengatasi ikatan-ikatan bangsa dan kedaerahan.

BERSUKA CITA

TANYA: Dapatkah dijelaskan perihal bintang yang dilihat para majus (Mat 2:2)
dan yang berhenti di tempat Yesus lahir (Mat 2:9)?

JAWAB: Pembaca akan teringat pada bintang yang disebutkan dalam Bil 24:17.
Balaam, seorang ahli nujum bangsa Aram, menubuatkan bahwa sebuah bintang
akan muncul dari keturunan Yakub. Selain itu, di kalangan Yahudi ada juga
nubuat mengenai kelahiran seorang pemimpin di Betlehem, seperti terdengar
dalam Mikha 5:1 dst. yang bahkan dikutip dalam Mat 2:6. Matius menerapkan
kedua nubuat tadi pada kelahiran Yesus.

TANYA: Masih mengenai bintang. Setelah mereka berangkat dari tempat Herodes,
para majus tadi melihat kembali bintang yang mereka lihat di Timur. Dan
dikatakan bahwa mereka "sangat bersuka cita" (Mat 2:10). Bagaimana
penjelasannya?

JAWAB: Mereka mengikuti petunjuk yang diungkapkan para ulama Yerusalem
kepada Herodes mengenai raja yang baru lahir itu. Herodes kemudian meminta
para majus agar mencarinya di Betlehem. Isyarat bintang yang mereka lihat di
Timur cocok dengan pemahaman para ulama di negeri yang mereka datangi.
Mereka bersuka cita karena mendapatkan jalan yang benar-benar akan membawa
mereka kepada dia yang mereka cari.

CARA TUHAN BERBICARA

Dalam Injil Lukas, orang-orang pertama yang menyadari makna peristiwa
kelahiran Yesus ialah para gembala (Injil Misa Fajar hari Natal.) Dalam
Injil Matius, peran yang sama dijalankan orang-orang majus tadi. Baik para
gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan langsung dari langit
tetapi dengan "bahasa" yang sesuai dengan cara berpikir masing-masing.
Kepada para gembala, Tuhan berbicara lewat penampakan malaikat dan bala
tentara surgawi. Kepada para ulama yang ahli ilmu pengetahuan itu, Ia
berbicara lewat isyarat bintang dan pemikiran. Ia bahkan dapat berbicara
kepada mereka lewat orang yang memiliki niat yang kurang lurus seperti
Herodes yang meminta mereka agar ke Betlehem.

Baik para gembala maupun orang-orang majus itu sama-sama mencari dia yang
baru lahir. Mereka membuat orang-orang yang mereka jumpai tidak dapat
tinggal diam. Menurut Luk 2:18, orang-orang pada "keheranan" ketika
mendengar para gembala bercerita mengenai kata-kata malaikat mengenai anak
yang baru lahir itu. Dalam Mat 2:3, dikisahkan bahwa Herodes dan seluruh isi
Yerusalem "terkejut" ketika mendengar kata-kata para majus. Ironisnya,
mereka yang heran dan yang terkejut itu adalah orang-orang yang sebenarnya
sudah berada di dekat dengan dia yang baru lahir. Dalam Injil Lukas, mereka
itu sudah ada di tempat Maria baru saja melahirkan. Ahli-ahli Taurat di
Yerusalem dan Herodes yang disebut Matius sudah dekat dengan kelahiran Yesus
lewat kitab-kitab keramat mereka. Namun mereka tidak menginsafi apa yang
sedang terjadi di dekat mereka.

Seperti jelas dari Mat 2:5, para ulama di Yerusalem itu sebenarnya juga
dapat mengetahui peristiwa itu. Tetapi mereka tidak memahami maknanya. Juga
di antara orang-orang yang mendengar kata-kata para gembala, hanyalah Maria
sajalah yang berusaha mengerti. Disebutkan dalam Luk 2:18 bahwa Maria
"menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan memikir-mikirkannya."
Artinya, ia bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya.
Orang-orang lain tetap terheran-heran saja.

Nanti para majus diperingatkan "dalam mimpi" supaya jangan kembali ke
Herodes. Para majus ini kini sudah akrab dengan isyarat-isyarat dari atas.
Mereka kini sudah berada di pihak raja yang baru lahir. Karena itu mereka
juga menyadari muslihat Herodes yang ingin melacak di mana persisnya tokoh
yang dianggapnya bakal menjadi saingannya itu. Kebijaksanaan kini menuntun
para majus kembali ke negeri mereka. Mereka pulang membawa kegembiraan yang
akan mereka bagikan kepada orang-orang lain. Bagaimana dengan mereka yang
ada di Yerusalem, yaitu Herodes dan orang-orang seperti dia? Mereka akan
tetap "terkejut" dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka
kehilangan kepekaan akan cara-cara Tuhan berbicara kepada manusia, malah
menganggapnya sebagai ancaman!

IKUT BERGEMBIRA

Pada perayaan Hari Raya Penampakan Tuhan kita mensyukuri saat-saat Dia
membiarkan diri dapat dikenali oleh orang-orang yang tidak atau belum
mengenal-Nya. Dalam Mat 2:11, dikatakan bahwa para majus melihat Yesus
bersama Maria dan baru setelah itu mereka menyembahnya. Dia yang ilahi itu
membiarkan diri dipandangi oleh orang yang tidak biasa melihatnya. Dan bukan
hanya dalam panganan belaka melainkan ada bersama dengan manusia lain,
bersama dengan dia yang melahirkannya. Para majus bersuka cita karena dapat
melihat Tuhan sungguh ada di dalam kehidupan manusia. Dan sukacita seperti
ini boleh juga kita alami.

Salam hangat,
A. Gianto