Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Palma 2012

Minggu Palma 1 April 2012 (Mrk 11:1-10 dan Passio Mrk 14:1-15:47)

Rekan-rekan yang baik!

Bacaan bagi perarakan Minggu Palma kali ini (Mrk 11:1-10) mengisahkan bagaimana Yesus disambut meriah oleh orang banyak ketika memasuki kota Yerusalem. Mereka telah mendengar pelbagai tindakan penyembuhan dan pengusiran roh jahat serta pengajarannya mengenai Kerajaan Allah. Mereka sadar, dia ini Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu. Harapan mereka, Allah segera akan membuat Mesias-Nya menunjukkan kebesarannya di kota suci-Nya. Dan memang akan terjadi demikian. Tetapi kebesaran Mesias ini sebenarnya berbeda dengan yang diidam-idamkan orang. Guna menyelaminya, marilah kita ikuti Kisah Sengsara pada Minggu Palma ini (Mrk 14:1-15:47) serta memetik hikmatnya. Para imam kepala dan ahli Taurat merasa terancam oleh kehadiran Yesus karena ia hendak mengubah pusat ke-Yahudi-an, yakni Bait Allah, menjadi rumah doa bagi semua orang (lihat Mrk 11:17a = Yes 56:7) dan bukan sebagai lambang identitas orang Yahudi belaka. Mereka juga kurang merasa aman dengan pengajaran Yesus yang mengajak manusia berani mendekat kepada Allah dan memanggil-Nya "Bapa". Bagi para pemimpin tadi, sebutan ini sebuah hujatan. Oleh karenanya mereka berupaya menyingkirkan Yesus dengan "diam-diam", tanpa mengungkapkan alasan yang sesungguhnya (Mrk 14:2). Dan lewat penguasa Romawi, mereka berhasil membuatnya dihukum mati pada salib. 

Minggu Prapaskah V B

Minggu Prapaskah V/B 25 Maret 2012 (Yoh 12:20-13)

Rekan-rekan yang budiman!

Waktu itu, seperti dikisahkan dalam Yoh 12:20-33, menjelang hari Paskah
banyak orang datang ke Yerusalem dengan tujuan mengikuti ibadah di Bait
Allah. Juga orang-orang yang bukan Yahudi. Di antara mereka ada orang-orang
Yunani yang mengikuti kepercayaan Yahudi. Di Kota Suci ini mereka mendengar
berita mengenai Yesus dan pengajarannya. Boleh jadi mereka juga tahu tentang
tindakan simbolik Yesus membersihkan tempat ibadat. Karena itulah mereka
ingin menemuinya. Dan mereka minta Filipus untuk memperkenalkan mereka
kepada Yesus. Filipus memberi tahu Andreas dan kedua-duanya menyampaikannya
kepada Yesus. Jawaban Yesus berisi hal-hal yang paling dalam mengenai
dirinya. Bagaimana penjelasan peristiwa yang dibacakan pada hari Minggu
Prapaskah V tahun ini?

ORANG YUNANI

Yang dimaksud dengan orang-orang Yunani dalam Injil Yohanes ialah mereka
yang secara etnik bukan Yahudi. Mereka dari macam-macam bangsa tapi latar
pendidikan mereka itu Yunani, yakni kebudayaan transnasional waktu itu. (Ada
pula orang Yahudi yang berbahasa Yunani - misalnya yang disebut dalam Kis
6:1 - tapi bukan merekalah yang dibicarakan di sini.) Dari antara
orang-orang Yunani itu ada yang mengikuti ibadat Yahudi. Nanti juga ada yang
menjadi pengikut Yesus. Mereka yang tertarik ikut hidup dalam komunitas
kristiani awal itu menghadapi persoalan mengenai siapa sebenarnya Yesus,
mengapa ia disalib, dan bagaimana peristiwa penyaliban itu menjadi
penyelamatan bagi semua orang. Inilah keadaan yang melatari peristiwa yang
disampaikan dalam bacaan hari ini.

Penderitaan dan kematian Yesus di salib menjadi tanda tanya besar bagi
pengikut-pengikutnya. Paulus merumuskan dalam 1Kor 1:23-24 "....kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: Untuk orang Yahudi sebuah batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi adalah kebodohan, tapi untuk
mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, Kristus
adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah". Dalam Injil Yohanes, persoalan yang
dihadapi orang Yahudi tercermin dalam percakapan dengan Nikodemus, sedangkan
yang dihadapi orang-orang Yunani muncul dalam bacaan hari ini.

Baik diingat, tindakan simbolik Yesus membersihkan Bait Allah berakhir
dengan pernyataan bahwa Bait Allah yang sebenarnya ialah Bait yang akan
dibangunnya kembali tiga hari setelah diruntuhkan, yakni dirinya sendiri
(Yoh 2:19). Dan Bait yang baru ini tidak lagi terikat pada batasan-batasan
ke-Yahudi-an. Tembok pemisah juga akan terbongkar dan Bait yang baru ini
Bait yang hidup. Bahkan dalam laporan Injil Markus mengenai peristiwa itu,
didapati pernyataan Yesus yang mengutip Yes 56:7 "Bukankah ada tertulis:
Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa?..." Termasuk mereka
inilah orang-orang Yunani tadi.

Orang-orang Yunani itu menghubungi Filipus yang kemudian menyampaikan
keinginan mereka bertemu Yesus kepada Andreas. Kiranya Filipus dan Andreas
berperan sebagai humas. Amat boleh jadi mereka juga orang-orang yang
berpendidikan modern dan luas kontaknya. Mereka memiliki keterampilan
bergaul. Kedua murid ini juga disebut dalam kisah pemberian makan orang
banyak dalam Yoh 6:1-15. Di situ mereka diminta oleh Yesus mengurus orang
yang mengikutinya. Dalam petikan kali ini mereka melantarkan keinginan
orang-orang Yunani tadi kepada Yesus.

INGIN MENEMUI YESUS

Filipus dan Andreas melantarkan keinginan orang-orang Yunani kepada Yesus
sendiri. Yohanes tidak menyebutkan alasannya. Langsung disampaikan
serangkaian penegasan dari Yesus (ay. 23-30). Ini cara Yohanes mengajak
pembaca ikut memasuki peristiwa yang ditampilkannya, seperti pernah kita
dapati dalam pertemuan antara Yesus dan Nikodemus. Kali ini pembaca juga
diajak menjadi orang yang ingin menemui Yesus dengan macam-macam pertanyaan.
Tetapi tidak semua rasa ingin tahu yang bermunculan dalam benak kita ada
arahnya yang jelas. Hanya ada sebagian yang benar-benar membawa kita maju.
Apa kiranya pertanyaan-pertanyaan itu? Dari jawaban Yesus yang panjang itu
dapat disimpulkan beberapa pokok berikut ini.

Saatnya sudah tiba, dia yang diikuti orang banyak itu mengalami penderitaan
dan mati disalib. Dari penegasan lain diketahui bahwa saat itu ditentukan
oleh Bapanya sendiri, bukan pihak lain, bukan pula oleh Yesus sendiri. Orang
diajak menyelami ketaatan Yesus serta kepasrahannya kepada Bapanya meskipun
jalan yang akan dititi masih gelap. Justru kesediaannya inilah yang membuat
Bapanya berkenan memberinya kebesaran. Penyerahan inilah yang memungkinkan
kehidupan baru. Dipakai perumpamaan biji yang jatuh ke tanah dan "mati",
tapi sebenarnya justru tumbuh menghasilkan buah banyak. Ia menjalaninya
sampai memperoleh hidup kekal bagi semua orang.

Tentunya orang akan bertanya-tanya, apa kita mesti seperti dia? Sering orang
terlalu antusias ke sana. Sebenarnya tidak diajarkan agar orang meniru Yesus
dan tidak seorang pun diminta ke sana. Yang diminta ialah mengikutinya.
Maksudnya, ikut mengusahakan agar ia dapat menjalankan perutusannya,
mengawaninya, juga dalam saat-saat gelap, tidak membiarkannya sendirian.
Tidak perlu ditafsirkan sebagai ikut menjalani penderitaan. Kalau cuma ikut
meneguhkan penderitaan belaka kita malah akan memberatkannya. Bersimpati,
solider dengan orang yang menderita berarti juga menyertainya dengan wajah
segar. Bukan dengan muka muram. Ini cara meringankan bebannya.

KESAKSIAN DARI ATAS,GUNTUR, MALAIKAT?

Disebutkan ada "suara dari surga", tapi orang-orang mengira "guntur" atau
"malaikat" yang berbicara kepada Yesus. Bagaimana penjelasannya? Ketiga hal
ini sebenarnya cara orang memahami wahyu ilahi. Yang pertama, "suara dari
surga" itu jelas cara sang Penginjil memahami secara batin pernyataan dari
atas sana. Pengalaman ini disampaikan kepada pembaca. Kini pembaca tahu apa
yang sedang terjadi. Cara ini juga dipakai dalam Injil Sinoptik (Markus,
Matius, Lukas) dalam kisah pembaptisan Yesus dan penampakan kemuliaannya di
gunung. Yang kedua dan ketiga, "Sebagai guntur" dan "malaikat yang
berbicara", adalah cara pemahaman orang banyak. Dirasakan ada sesuatu yang
hebat, yang mencekam, yang dari atas sana, tetapi isinya tak segera
disadari. Butuh penjelasan dari yang dari atas sana juga, yakni "malaikat".
Motif seperti ini kerap muncul dalam tulisan-tulisan apokaliptik. Orang
mendapat penglihatan atau pengalaman hebat, tetapi butuh pertolongan dari
malaikat untuk memahaminya. Orang banyak mengira Yesus juga mengalami guntur
dan memahami artinya dari penjelasan malaikat. Tetapi pembaca tahu bahwa
sebenarnya Yesus mengalaminya dengan cara yang berbeda. Yesus langsung
menangkap maksud Bapanya dan dapat menjelaskannya kepada siapa saja. Ada
kebijaksanaan padanya untuk memahami keilahian. Oleh karenanya, ia dapat
membawakannya kepada orang banyak.

Kita juga akan bertanya-tanya apa artinya perkataan dari langit "Aku sudah
memuliakan dan akan memuliakannya lagi!" Yesus sendiri menjelaskannya. Dalam
ay. 30 dikatakannya bahwa perkataan itu bukan demi dia, melainkan demi orang
banyak sehingga mereka mengerti bahwa dunia telah mendapatkan penghakiman.
Yang menguasai dunia ini akan dicampakkan keluar ketika Yesus ditinggikan
dari bumi, maksudnya, nanti ketika ia disalib, wafat dan dibangkitkan. Tak
meleset bila "penguasa dunia" di situ kita mengerti sebagai kuasa kegelapan
dan kematian yang menakutkan. Kuasa itu kini sudah dihakimi dan diputuskan
tidak lagi mengurung dunia dan akan segera tersingkir oleh terang, yakni
sang Sabda yang diperdengarkan kepada orang banyak dalam ujud diri Yesus.

JUGA BAGI KITA?

Orang-orang Yunani mendengar semua itu langsung dari Yesus. Mereka mencari
kebijaksanaan, dan sang kebijaksanaan sendiri memperkenalkan diri kepada
mereka. Orang-orang Yunani mewakili umat manusia yang bukan Yahudi, yang
tidak termasuk mereka yang mendapat wahyu ilahi turun-temurun. Tetapi
keinginan tahu mereka membawa mereka mendekat kepada dia. Kepada orang-orang
inilah kebijaksanaan datang. Itulah wahyu bagi mereka. Juga bagi orang zaman
ini.

Yang mendekat kepada Yesus boleh berharap mendengar lebih tentangnya dari
pada yang hingga kini terpikirkan. Perkenalan diri Yesus mencakup hal-hal
baru tentang yang perkara-perkara yang sudah mulai dipercaya. Itulah
dinamika iman kepercayaan. Sudah beribu kali didengar tentang salib, wafat,
dan kebangkitan Yesus - tapi tetap akan didapati yang baru. Syaratnya, orang
berani berkata, seperti orang-orang Yunani tadi: Pak,/Mas,/Bang,/Mo, kami
ingin menemui Yesus - dia yang sudah Anda kenal dari dekat itu!

Kata-kata tadi diucapkan kepada Filipus dan diteruskan kepada Andreas.
Bagaimana bila keinginan seperti itu disampaikan kepada kita, para humas
sang Sabda pada zaman ini? Filipus dan Andreas dulu diminta Yesus membagikan
makanan bagi orang banyak yang berbondong-bondong mengikutinya (Yoh 6:1-15).
Perkenalan diri Yesus juga akan semakin berlimpah buahnya bila semakin
dibagikan kepada orang banyak.

Salam hangat,
A. Gianto

Injil Minggu Prapaskah IV/B 2012

Injil Minggu Prapaskah IV/B 18 Maret 2012 (Yoh 3:14-21)

Rekan-rekan,

Yoh 3:14-21 (Minggu Prapaskah IV/B) berisi penjelasan bagaimana orang dapat sampai ke hidup kekal. Didalami lebih lanjut pokok pembicaraan Nikodemus dan Yesus dalam ayat-ayat sebelumnya. Tokoh ini ingin mendapat pencerahan mengenai makna kejadian-kejadian luar biasa yang dilakukan Yesus. Ia mau mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai orang yang berpengalaman dan bijaksana, ia sudah dapat menyimpulkan bahwa Allah Yang Maha Kuasa kini sedang mendatangi umat-Nya dan mukjizat yang dilihat orang itulah tanda-tanda kedatangan-Nya. Nikodemus mulai menyadari bahwa Yesus datang dari Dia. Semua ini disampaikannya kepada Yesus sambil mengharapkan pencerahan lebih jauh (Yoh 3:2). Dikatakan oleh penginjil, ia menemui Yesus malam hari. Malam adalah saat kegelapan dan kuasanya terasa mencengkam. Pembaca diajak Yohanes mengingat bahwa yang kini ditemui Nikodemus ialah Terang yang diwartakannya pada awal Injilnya. Bagaimana kelanjutannya? Marilah kita catat beberapa pokok dalam pembicaraan itu terlebih dahulu.

Injil Minggu Prapaskah III/B 2012

Injil Minggu Prapaskah III/B 11 Maret 2012 (Yoh 2:13-25)

Rekan-rekan yang baik!

Kerap tindakan Yesus menjelang hari raya Paskah sebagaimana dikisahkan Yoh 2:13-25 dimengerti sebagai pembersihan Bait Allah dari kegiatan menukar uang dan berdagang. Betulkah demikian? Apa yang sebenarnya dilakukan Yesus bersama murid-muridnya di sana? Kesadaran macam apa yang hendak digugahnya? Marilah kita simak Injil Minggu Prapaskah III tahun B ini.

BISNIS DI BAI ALLAH!

Seperti diceritakan Yohanes, peristiwa di Bait Allah itu terjadi menjelang hari raya terbesar orang Yahudi, yakni Paskah - bukan Paskah Kristen yang belum ada waktu itu. Menjelang hari raya itu orang-orang berdatangan ke Yerusalem menunaikan kewajiban mempersembahkan kurban di Bait Allah. Karena alasan praktis, tidak banyak yang membawa sendiri hewan persembahan. Maklum syarat-syarat bagi hewan yang pantas dipersembahkan tidak sebarangan. Karena itu, ada layanan penjualan hewan yang memenuhi syarat. Pada zaman itu, dipakai uang Romawi yang memuat gambar Kaisar. Akan tetapi, larangan agama mengenai gambar manusia membuat uang Romawi haram dipakai membeli hewan yang bakal dipersembahkan sebagai kurban. Karena itu, ada jasa penukaran ke mata uang Yahudi yang hanya bisa dipakai di tempat suci. Para pedagang dan penukar uang bertempat di serambi Bait Allah yang juga boleh dimasuki orang bukan Yahudi atau orang yang tidak bermaksud mempersembahkan kurban. Sebelum mendalami lebih jauh, marilah berkonsultasi dengan seorang pakar ilmu tafsir.

YESUS KALAP?

TANYA: Yesus yang biasanya berpenampilan tenang berwibawa kok sekarang kalap mengobrak-abrik dagangan orang. Bagaimana kelakuan ini bisa dijelaskan?

PAKAR: Anda ini ingin cepat-cepat jadi kayak murid-murid Yesus yang dikatakan dalam ay. 17 ingat akan Mzm 69:9(10). Tapi peristiwa itu perlu kita amati dengan lebih teliti.

TANYA: Apa tak boleh?

PAKAR: Masih ingat beberapa tahun silam orang-orang turun ke jalan mengusung "mayat reformasi"? Bayi reformasi yang dikandung dengan susah payah dan dilahirkan dengan penderitaan itu ternyata mati sebelum sempat dewasa. Yesus sebenarnya sedang menggelar "unjuk rasa" dengan gaya seperti itu.

TANYA: Wah, penjelasan ini belum pernah saya dengar. Orisinil! Bagaimana, bagaimana kelanjutannya?

PAKAR: Ada baiknya eksegesis menjadi semakin peka akan dunia Kitab Suci sendiri. Yesus tampil seperti nabi yang melakukan "tindakan simbolik" untuk membuka mata orang. Anda ingat Yeremia (Yer 13:1-11) yang memperagakan tindakan menyembunyikan ikat pinggang di celah batu di pinggir sungai Efrat. Setelah beberapa waktu diambilnya kembali ikat pinggang itu, tapi sudah lapuk. Lalu ia bernubuat bahwa orang Israel kini lapuk seperti ikat pinggang itu. Tak lagi layak dikenakan. Dalam gaya busana orang sana dulu, ikat
pinggang menunjukkan sosok orang yang memakainya. Umat yang tidak pas dengan Tuhan tidak bisa membuat-Nya dikenal orang lagi.

TANYA: Kembali ke Injil Yohanes. Jadi, Yesus bukan bermaksud menghantam praktek dagang dan tukar uang?

PAKAR: Yesus bukan tokoh agamaist fanatik yang kalap mengobrak-abrik usaha orang lain. Unjuk rasa itu kejadiannya begini. Dengan disaksikan banyak orang, Yesus bersama murid-muridnya sengaja datang ke serambi Bait Allah membawa dagangan dan meja penukar uang. Orang-orang yang melihat itu bertanya-tanya dalam hati apa sang Guru tenar ini mau bersaing dagang sapi, merpati, dan buka bisnis valas. Aneh, ia juga menjalin cemeti. Dan ketika rasa ingin mereka memuncak, Yesus tiba-tiba mulai menjungkirbalikkan meja dagangan, mencambuki hewan yang dibawanya sendiri sambil menghardik murid-murid yang memainkan peran sebagai pedagang dan penukar uang: "Enyahlah, jangan bikin rumah Bapaku ini jadi pasar!" (ay. 16). Dan pada saat itu juga, masih termasuk pementasan ini, murid-murid berkomentar samping - gaya "aside" - dengan mengutip Mzm 69:9(10), "Kalap sungguh aku oleh kobaran cintaku pada Bait-Mu!" Drama yang mementaskan tindakan simbolik selesai di sini. Akan tetapi, serambi yang morat-marit masih terlihat.

TANYA: Wah, penjelasannya ini lebih klop! Tapi apa orang-orang waktu itu paham bahwa Yesus memperagakan tindakan simbolik seperti nabi-nabi dulu?

PAKAR: Mereka mengenal Perjanjian Lama dengan baik. Mereka ingat tindakan simbolik para nabi. Drama ikat pinggang Yeremia itu tak asing; ini bacaan mereka sejak kecil. Akan terbayang pula Yesaya yang menanggalkan alas kaki dan pakaian tanda berkabung (Yes 20:1 dst.), lalu juga Yeremia yang memanggil orang agar menonton bagaimana ia memecahkan buli-buli kurban jahanam (Yer 19:1.13). Juga Yehezkiel menggelar lakon pengepungan Yerusalem seperti dalang wayang klitik (Yeh 4:1-5:17) sambil bernubuat akan adanya kelaparan di kota itu. Bahkan kehidupan pribadi pernah ditayangkan para nabi sebagai tindakan simbolik. Yehezkiel menunggui mayat istri terkasihnya tanpa meneteskan air mata atau berkabung dan bernubuat bahwa kehancuran Yerusalem nanti sedemikian tak dinyana sampai orang tak sempat menangisinya (Yeh 24:15); Hosea mentalak istrinya yang serong dan menerangkannya sebagai pertanda Tuhan menalak Israel yang tak setia kepada-Nya (Hos 1-3).

TANYA: Tentunya hanya tokoh publik yang berwibawa bisa melakukan tindakan simbolik seperti itu?

PAKAR: Betul. Karena itu, menurut Yoh 2:18 orang-orang menantang apa Yesus bisa menunjukkan ia mempunyai hak menjalankan tindakan simbolik tadi. Lihat, mereka bukannya bereaksi melawan tindakan Yesus mengobrak-abrik pasar hewan dan bisnis valas karena ia memang tidak mengganggu-gugat perdagangan yang sungguhan di situ.

TANYA: Lalu ringkasnya apa yang hendak disampaikan Yesus?

PAKAR: Orang-orang tercengkam oleh keadaan morat-marit yang dipertontonkan Yesus di serambi Bait Allah (Seperti dalam layat "mayat reformasi" tadi: yang dicerap orang bukan tindakan menggotong mayat, melainkan suasana pedih dan kecewa). Yesus mengajak orang menyadari bahwa mereka menerima begitu
saja terjungkirbaliknya kehidupan Bait Allah. Bait Allah kini hanya dapat menjadi ibadat luar belaka dan orang bahkan lebih sibuk dengan mana hewan kurban yang mulus dan mana mata uang yang cocok. Yesus mengajak orang mencari Bait yang membuat batin plong, yang membuat orang menikmati hadirnya Tuhan, Bait yang bisa memberi kehidupan. Dan itu ialah dirinya.

YOHANES DAN INJIL-INNJIL LAIN

Peristiwa "pembersihan" Bait Allah diceritakan oleh keempat Injil dengan sudut pandang masing-masing.

- Yohanes menaruh episode itu pada awal karya Yesus untuk menekankan bahwa sejak awal Yesus mau mengajak orang mengarahkan diri ke Bait yang didirikan Yang Maha Kuasa sendiri, yakni dirinya yang dibangkitkan-Nya.

- Ketiga Injil lain (Mrk 11:15-17; Mat 21:12-13; Luk 19:45-46) menaruhnya pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus untuk menekankan kontras antara Bait Allah yang morat-marit itu dengan Bait yang akan dibangunnya kembali dalam tiga hari.

- Berbeda dengan Yohanes, ketiga Injil Sinoptik, yakni Injil Markus, Matius, dan Lukas, tidak menghubungkan pernyataan Yesus akan membangun kembali Bait yang hancur dalam waktu tiga hari dengan tindakannya di Bait Allah.

- Di lain pihak, Markus dan Matius melaporkan bahwa pernyataan itu menjadi salah satu tuduhan terhadap Yesus di Mahkamah Agama (Mrk 14:58; Mat 26:61).
Pernyataan itu juga disitir dengan sinis oleh orang-orang yang lewat di muka salib (Mrk 15:29; Mat 27:40). Yohanes tidak menghubungkan kata-kata itu dengan tuduhan maupun olok-olok itu. Lukas tidak menyebutnya sama sekali, tetapi ia menggarap bahan ini dengan caranya sendiri: seluruh Kisah Para Rasul memuat cerita bagaimana Gereja yang tumbuh pesat itu adalah karya Roh Yesus yang membangun kembali Bait yang baru.

Bagaimanapun juga, kata-kata tentang membangun kembali Bait yang runtuh dalam tiga hari ini memang menjadi hal yang dipersoalkan oleh mereka yang menyaksikan tindakan simbolik pembersihan Bait, oleh mereka yang menuduh Yesus di Mahkamah Agung, dan oleh mereka yang mengolok-oloknya waktu ia disalib. Dalam ketiga hal itu, Yesus menghadapi ketakpercayaan orang. Pembaca Injil dapat memeriksa diri di mana sedang berdiri.

BAIT YANG BARU

Bisakah warta tindakan simbolik Yesus di Bait Allah itu dipakai untuk menyoroti Gereja dan lembaga agama yang kadang-kadang terasa kurang mengikuti inspirasi asli dan yang kini malah kelihatan morat-marit? Memang mudah menjadikan kelembagaan Gereja sebagai sasaran amatan seperti ini. Akan tetapi, penerapan ini kurang tepat dan malah memerosotkan warta Injil. Juga bisa mengundang debat kusir eklesiologi. Lebih berguna melihat arah lain.

Ada "relung-relung keramat" bagi Tuhan dalam hidup kita. Semua itu dibangun dengan iktikad baik. Tapi tindakan simbolik Yesus tetap menyapa. Bukan hanya dalam arti agar batin makin dibersihkan. Wartanya jauh lebih tajam. Yesus mengajak melepaskan bangunan itu. Mengapa? Bait yang kita akrabi dan pelihara itu sebenarnya tak banyak artinya karena akan runtuh. Yang bakal terus ada ialah Bait yang dibangunnya kembali dengan kebangkitannya. Kita diimbau untuk merelakan relung-relung suci dan bangunan keramat dalam diri kita. Leburkan dalam satu Bait yang hidup, yakni dia yang bangkit itu (Ahli-ahli tenung di Efesus merelakan ilmu hitam mereka, termasuk kitab-kitab wasiat ketika mereka menyatakan diri percaya kepada Yesus, lihat Kis 19:18-19). Ini hidup rohani yang mengarahkan diri ke Sana, ke Dia, ke Bait Allah yang hidup, ke Bait yang sungguh. Simpanan keramat memang tumbuh dari kebutuhan manusia untuk mendekati Yang Ilahi, tapi Yang Ilahi malah bisa dijadikan semacam barang koleksi yang dirumat, diberi sajian kurban
khusus yang dibeli dengan uang yang khusus. Tapi, ya, berhenti di situ. Yesus sang Utusan Allah itu, menunjukkan betapa morat-maritnya dasar keyakinan rohani yang begitu itu.

Romo-romo Yesuit akan teringat Latihan Rohani yang mulai dengan upaya menyadari betapa aktivitas kita-kita ini sebenarnya kacau-balau. Melepas bangunan-bangunan keramat itu memang askese yang menggentarkan. Mungkin satu-satunya jalan untuk terus ialah berbagi tanggung jawab dengan sesama orang percaya dalam membangun Bait yang baru. Latihan Rohani juga berakhir dengan beberapa pegangan bagaimana bersepaham dengan Gereja.

Salam,
A. Gianto

Minggu Prapaskah II B

Minggu Prapaskah II/B tgl 4 Mar 2012 (Mrk 9:2-10)

Rekan-rekan,

Dikisahkan dalam Mrk 9:2-10 yang dibacakan pada hari Minggu Prapaskah II tahun B bagaimana Yesus yang mengajak tiga orang muridnya, yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di sana mereka melihat sisi lain dari pribadi Yesus. Ia "berubah rupa dan pakaiannya pun bersinar putih berkilauan". Tampak juga kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus. Petrus spontan ingin mendirikan tiga kemah bagi masing-masing. Saat itu juga terdengar suara yang menyatakan bahwa "Inilah AnakKu yang terkasih , dengarkanlah dia!" Ketika para murid "memandangi sekeliling", artinya sadar kembali masih menjejak bumi ini, hanya Yesus seorang dirilah yang mereka lihat. Apa arti peristiwa penampakan kemuliaan ini? Apa maksud larangan agar para murid tidak menceritakan penglihatan mereka sebelum "Anak Manusia" bangkit dari antara orang mati? (ay. 9-10)