Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Injil Minggu Paskah IV B - Minggu Panggilan 2012

Rekan-rekan yang baik!

Dalam Yoh 10:11-18 Yesus mengibaratkan diri sebagai gembala bagi kawanan dombanya. Sebagai gembala, ia takkan lari bila ada serigala menyerang domba-dombanya. Tidak seperti orang upahan yang tak bertanggung jawab. Ia mengenal domba-dombanya dan mereka mengenalnya. Sebelum mulai membicarakan ibarat "gembala" dalam petikan yang dibacakan pada hari Minggu Paskah IV tahun B ini, baiklah dicatat bahwa dalam Injil Yohanes gagasan "gembala" sama dengan yang empunya kawanan domba. Tidak semua yang menggembalakan kawanan dibicarakan sebagai "gembala" yang juga menjadi pemilik   kawanan tadi.

Injil Minggu Paskah III B

Minggu Paskah III 22 April 2012 (Luk 24:35-48 )


Kawan-kawan yang baik!

Kemarin saya diminta mengisi ruang ulasan Injil kali ini. Dengar-dengar Luk
24:35-48 ditampilkan sebagai Injil Minggu Paskah III tahun B ini. Ada kawan
yang bertanya, kenapa diceritakan bahwa para murid tak langsung mengenali
Yesus yang tiba-tiba berada di antara mereka. Malah mereka menyangkanya
hantu. Ada lagi yang bertanya, apa sih maksudnya kok Yesus minta diberi
makan segala, apa ini perkara sajian kepada arwah. Katanya di negeri kalian
ada adat seperti itu. Ah, lain padang lain belalangnya.

Tak meleset amatan para ahli tafsir bahwa episode terakhir yang saya
ceritakan itu mirip dengan yang kemudian tertulis dalam Yoh 20:19-29.
Kalangan sumber kami sama. Minggu lalu di ruang ini kan ada kupasan tentang
itu. Betul seperti yang ditekankan, Yesus yang telah bangkit itu kini
menyertai para murid. Begitulah mereka mengalami kedamaian dan tidak lagi
merasa tertekan lagi. Berjumpa dengan dia yang telah bangkit itu membuat
para murid menemukan kehidupan baru. Pokok inilah yang saya garap dalam Luk
24:35-48.

Awal bacaan kali ini sebetulnya lanjutan kisah kedua orang murid yang
bertemu dengan Yesus di Emaus (Luk 24:13-33). Kedua orang itu kemudian
bergegas ke Yerusalem memberitakan pengalaman mereka kepada para murid
terdekat yang sedang berada bersama beberapa orang lain. Sementara itu
disebutkan (Luk 24:34) bahwa Simon juga telah melihat Yesus. Kedua murid
tadi kemudian bercerita bagaimana mereka berjalan bersama Yesus ke Emaus,
mendapat penjelasan mengenai kata Kitab Suci tentang dirinya, dan bagaimana
mereka mengenalinya ketika ia membagi-bagi roti. Kiranya pada waktu itu para
murid dan orang-orang yang dekat sedang berbagi pengalaman iman mengenai
Yesus. Beberapa orang memang merasa berjumpa dengan Yesus yang bangkit pada
kesempatan yang berbeda-beda. Tentu saja yang mereka lihat dan alami tidak
sama persis. Namun demikian, akhirnya mereka dapat saling memahami bahwa
yang mereka jumpai itu ialah dia yang dulu mereka kenal dalam hidup
sehari-hari. Sekarang ia berada dalam cara lain, tapi nyata.

Pengalaman bermacam-macam, tapi sama arahnya. Satu pula intinya. Yesus sudah
bangkit dan tetap berada dengan mereka, tapi dengan cara yang masih perlu
mereka sadari lebih lanjut. Tentu saja di antara para murid itu ada yang
merasa bahwa dirinyalah yang pertama kali berjumpa dengan Yesus. Ada yang
merasa paling dekat dengannya. Seperti ada kompetisi siapa yang paling
dikasihi! Ini manusiawi. Tetapi kalau begitu terus, perkaranya akan jadi
tidak keruan. Bisa-bisa mereka akan saling menyisihkan dan bergilir
mengklaim ilham paling utama, paling duluan. Memang benar pada saat-saat
awal itu para pengikut Yesus sempat saling meragu-ragukan. Dalam Luk 24:11
saya singgung bagaimana para rasul menganggap perkataan para perempuan
tentang Yesus sebagai omong kosong belaka; lihat juga ay. 24 yang
diperkatakan kepada Yesus sendiri oleh kedua murid yang ke Emaus itu.

Para murid butuh waktu untuk mengolah pengalaman mengenai Yesus yang wafat
di salib dan bangkit. Pada pengantar jilid dua kitab saya, ada saya catat
bahwa Yesus menampakkan diri kepada para murid dan menunjukkan dengan banyak
bukti bahwa dirinya betul hidup. Bahkan selama 40 hari berulang-ulang ia
menampakkan diri dan berbicara mengenai hal yang dulu diwartakannya, yakni
Kerajaan Allah (Kis 1:3). Jadi memang para murid perlu waktu mengendapkan
pengalaman mereka. Mereka butuh bantuan dari sang Guru sendiri. Lambat-laun
mereka belajar mendalami pengalaman mereka dan makin bisa berbicara satu
sama lain tentangnya. Para murid akhirnya bisa saling menerima. Begitulah
kenyataan tumbuhnya iman kebangkitan. Baru terjadi bila ada sikap saling
menghargai. Juga jalan yang dialami tiap orang patut diperhatikan. Bukankah
demikian yang dialami kedua murid yang berjalan ke Emaus? Mereka dikawani
Yesus tanpa mereka sadari.

Ketika tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka, para murid terkejut
dan menyangka mereka sedang berhadapan dengan hantu. Ada sisi yang menggugah
perasaan dalam peristiwa itu. Yesus memahami kebingungan para murid. Ia
merumuskan yang mereka rasakan. Yesus dapat membaca wajah dan pikiran mereka
dan berkata (ay. 38) "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul
keragu-raguan di dalam hati kamu?" Ia malah menyodorkan tangan dan kakinya
dan minta mereka meraba sambil berkata (ay. 39-40) "... hantu tidak ada
daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaku!" Dia menyelami
kesulitan mereka, dan kini juga, setelah bangkit, ia masih mengajar mereka
agar mereka dapat menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Guru itu tidak
meninggalkan mereka. Mereka tetap diajarinya melangkah lebih jauh. Memang
ini juga baru bagi saya.

Saking gembira dan campur heran, para murid belum bisa percaya bahwa yang
mereka hadapi ini bukan jadi-jadian, bukan proyeksi pikiran mereka sendiri.
Orang dulu sudah tahu bahwa jadi-jadian, hantu, ingatan akan orang mati yang
datang lagi, semua itu sebetulnya bayang-bayang belaka. Maka satu-satunya
cara untuk menguji ialah dengan menyuruhnya berbuat seperti orang hidup,
yakni makan. Tetapi tentu saja para murid tak berani. Yesus memberi jalan,
ia minta diberi sesuatu yang bisa dimakannya supaya mereka tak ragu-ragu
lagi. Begitulah mereka mendapatkan sepotong ikan bakar, bukan ikan goreng,
seperti ada dalam terjemahan kalian. Tapi ini bukan soal yang amat penting.
Yang dimaksud ialah ikan yang dimasak dan tentunya akan dimakan oleh para
murid sendiri. Ini bukan penjelasan yang dicari-cari lho.

Ikan itu kan hasil kerja para murid, dan tentunya salah satu dari mereka
juga yang menyiapkannya untuk disantap bersama hari itu. Perhatikan yang
terjadi pada saat itu. Hasil kerja para murid, itulah yang diminta Yesus
untuk dipakai sebagai batu uji apa dirinya itu nyata atau hanya
bayang-bayang belaka. Kita tidak bisa mulai dari awang-awang sana. Perlu
berpijak di bumi. Iman itu begitu. Baru demikian akan jadi iman yang kukuh.
Yesus bangkit, hidup berpijak pada kenyataan yang ada, yakni murid-muridnya,
jerih payah mereka, suka duka mereka, juga kesederhanaan mereka. Itulah yang
saya tangkap dari sumber-sumber saya dan ingin saya sampaikan kepada kalian.

Pada akhir petikan yang kalian bacakan ini ada pengajaran yang amat berharga
dari Yesus. Ia membaca kembali hidupnya sebagai penggenapan Kitab Suci (ay.
44). Sabda Ilahi juga menerangi makna penderitaan dan kebangkitannya (ay.
46). Murid-murid kini boleh merasa lega, tak terganjal, "plong"! Mereka juga
ingat bahwa mereka diminta membagikan kelegaan itu kepada semua orang, semua
bangsa. Bukankah ini yang paling kita butuhkan - jadi lega? Ah, hal itu
terungkap dengan cara bicara orang zaman itu, yakni "berita pertobatan dan
pengampunan dosa".

Beginilah yang dibayangkan orang dulu. "Dosa" itu bagaikan jerat yang
menyeret orang ke dasar telaga yang dalam. Makin tak berdaya, makin sesak,
makin gelap. Baca saja Mazmur 18:5-6 yang menyebut tali-tali maut yang
melilit yang makin menyesakkan. Orang merasa tak berdaya. Tak ada
selesainya. Menyeramkan. Orang yang terbawa ke sana disebut "mati", tapi
sebenarnya diikat oleh kekuatan-kekuatan tadi. Tersiksa terus. Satu-satunya
yang masih bisa dilakukan ialah berteriak minta pertolongan kepada Yang Maha
Kuasa, seperti yang terjadi dalam Mazmur itu. Ingat juga seruan minta tolong
dari jurang yang dalam seperti pada Mazmur 130.

"Pertobatan" ialah berseru dan percaya masih ada yang bisa menolong meski
lilitan tali-tali maut makin menyesakkan dan jurang makin dalam. Dan
"pengampunan" ialah pertolongan, pelonggaran, pelepasan dari tarikan ke
dasar jurang tadi. Hanya Yang Maha Kuasa sendirilah yang dapat melakukannya.
Ketika wafat , Yesus turun ke tempat orang mati, terlilit oleh hutang-hutang
kemanusiaan pada kekuatan jahat, terseret sampai ke dasar jurang yang kelam.
Satu-satunya harapannya ialah Bapanya di surga. Dan kami semua percaya ia
berseru agar tak ditinggalkan. Dan Dia yang di atas sana tidak tinggal diam.
Dia turun membebaskannya. Inilah yang terjadi dalam kebangkitan. Bagi
kemanusiaan, ini pengampunan. Kelegaan. Tapi bukan itu saja. Coba pikirkan
baik-baik. Yesus sampai ke dasar penderitaan itu bukan karena
hutang-hutangnya kepada yang jahat. Karena itu pembebasan yang diperolehnya
pun juga bukan bagi dirinya sendiri saja, melainkan bagi kemanusiaan. Inilah
yang diharapkan agar dibagikan kepada makin banyak orang. Kalian bisa juga
ikut mengupayakan agar kebangkitan itu juga menjadi kenyataan hidup di
masyarakat. Pemerdekaan dari jerat-jerat sosial yang mengerdilkan
kemanusiaan dan keadaban. Itu kan dimensi sosial iman kebangkitan?
Murid-murid diminta Yesus menjadi saksi bahwa "pertobatan" bisa dijalankan
dan "pengampunan" bisa digapai. Kita juga.

Salam,
Luc

Injil Minggu Paskah II B

Injil Minggu Paskah II/B 15 April 2012 (Yoh 20:19-31)

Rekan-rekan yang baik!

Peristiwa kebangkitan diwartakan dalam Injil Yohanes sebagai penjelasan
mengapa Yesus yang baru saja dimakamkan itu tidak lagi diketemukan lagi di
situ, dan mengapa para murid tidak lagi merasa kehilangan dia. Bahkan kini
mereka semakin merasakan kehadirannya. Agak ada miripnya dengan ingatan
mengenai akan orang-orang yang sudah mendahului tetapi tetap menjadi bagian
hidup kita. Tetapi besar pula bedanya. Bagi para murid, menimang-nimang
ingatan akan dia yang pernah berada bersama mereka di dunia bukan lagi hal
yang penting. Dia bukan lagi sekadar kenangan. Para murid kini malah merasa
lebih menjadi bagian Yesus yang bangkit itu. Itulah persepsi mereka akan
kebangkitan Yesus. Dan pengalaman ini mengubah kehidupan mereka dari yang
dirundung ketakutan menjadi penuh kedamaian. Ini disampaikan dalam Yoh
20:19-31 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah II tahun ini.

SALAM DAMAI

Diceritakan bagaimana Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya ketika
mereka mengunci diri ketakutan akan para penguasa Yahudi. Yesus mengucapkan
salam damai sejahtera dan kemudian menghembusi mereka dengan Roh (Yoh
20:21-22; lihat juga ay. 26). Saat itu juga ketakutan mereka lenyap dan
mereka mulai merasakan kedamaian. Memang pengalaman ini belum terjadi pada
banyak orang lain. Barulah kelompok kecil ini yang melihat Yesus yang telah
bangkit. Juga bekas luka paku dan tusukan tombak mereka saksikan.

Pembicaraan mengenai bekas luka di situ dimaksud untuk menegaskan bahwa yang
kini menampakkan diri itu sama dengan dia yang tadi meninggal di salib. Yang
kini datang di tengah-tengah mereka itu bukan sekedar ingatan belaka.
Orang-orang lain yang tidak hadir dalam peristiwa itu hanya dapat mendengar
kesaksian mereka. Dan ini memang bukan perkara yang mudah.

Cerita penampakan Yesus kepada Tomas dalam Yoh 20:24-29 mengolah kesulitan
ini. Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan memintanya meraba bekas luka
itu sendiri bila tindakan ini bakal membuatnya percaya. Tomas diminta
memutuskan sendiri apa dia yang kini datang itu sama dengan yang dulu
diikutinya. Kepercayaan yang sedemikian besar dari pihak yang bangkit itu
membuat Tomas mengenalinya. Ia berseru, "Tuhanku dan Allahku!" Saat itulah
mata batin Tomas terbuka. Melihat Yesus berarti melihat Allah Yang Maha
Tinggi yang mengutus Yesus ke dunia ini. Itulah sebabnya Tomas menyerukan
dua sebutan itu. Yesus sendiri dulu mengatakan, siapa mengenalnya akan
mengenali Bapanya pula (Yoh 8:19; 14:7.9-11). Dan Bapanya itu Allah. Bagi
murid-murid dari zaman kemudian, amat besarlah daya kata-kata Yesus kepada
Tomas pada akhir peristiwa itu (Yoh 20:29), "Karena engkau melihat aku maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya."
Walaupun kata-kata itu ditujukan kepada Tomas, isinya diperdengarkan kepada
siapa saja, baik yang ada di situ waktu itu maupun kepada pembaca kisah tadi
sepanjang masa. Dia yang bangkit itu mempercayakan diri kepada manusia agar
dikenali dalam hidup mereka, seperti yang terjadi pada Tomas.

"MELIHAT" MENURUT INJIL YOHANES

Dalam kisah kebangkitan ini penulis Injil memerankan diri sebagai "murid
yang dikasihi" yang ikut mendengar dari Maria Magdalena bahwa Yesus tak
ditemukan di makam. Bersama Petrus ia lari ke makam dan mendahuluinya. Ia
menjenguk ke dalam dan tampaklah kain kafan di tanah. Petrus masuk dan
mendapati kafan terletak di tanah, kain peluh yang tadinya di kepala Yesus
didapatinya terlipat tidak di tanah, tapi di tempat lain. Murid yang tadi
ikut masuk dan melihat yang dilihat Petrus. Saat itulah "ia percaya" (Yoh
20:8), maksudnya percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Dapat dibayangkan betapa
murid yang tak disebut namanya ini kemudian merasa dikuatkan ketika
mendengar kata-kata Yesus kepada Tomas tadi.

Tetapi memang "melihat" itu memiliki makna khusus. Yohanes menggarap
hubungan antara melihat dan percaya dalam kisah pengalaman orang buta sejak
lahir yang disembuhkan Yesus (Yoh 9) dengan cara yang khas. Ketika
orang-orang sibuk menanyai siapa yang membuatnya melek, jawabnya (ay. 11),
"Orang yang bernama Yesus itu" mengutuhkan penglihatannya dengan lumpur dan
menyuruhnya mandi di kolam Siloam. Beberapa waktu kemudian ketika beberapa
orang Farisi menanyainya, jawabnya makin tegas (ay. 18), "Ia itu nabi!"
Tetapi orang-orang Farisi itu malah berusaha mengintimidasi orang tadi.
Ketika bertemu Yesus lagi dan Yesus bertanya apa ia percaya kepadanya -
Yesus menyebut diri "Anak Manusia" - orang itu balik bertanya, mana orangnya
supaya ia bisa menyatakan diri percaya. Yesus mengatakan bukan saja ia
melihat tapi sedang berbicara dengannya. Dan saat itu orang yang tadinya
buta itu berseru (ay. 38), "Aku percaya, Tuhan!"

Pada awalnya orang itu hanya mengenal Yesus sebagai orang yang
menyembuhkannya, kemudian menegaskannya sebagai nabi, tapi akhirnya bersujud
dan percaya kepadanya, maksudnya mengakui keilahian yang ada pada dirinya.
Kisah penampakan Yesus kepada para murid dan kepada Tomas menunjukkan proses
yang amat mirip. Melihat membuat orang berkembang dan mengenali kebenaran.
Tapi bila melihat tidak berkembang, bisa jadi orang malah tidak dapat
mempercayai apapun. Orang Farisi dalam kisah penyembuhan orang buta itu
melihat tapi tak percaya. Mengapa? Karena mereka tidak terbuka untuk
mengakuinya, apalagi mempercayainya. Mereka sebenarnya bukan menolak untuk
percaya, bukan itu yang diminta. Mereka tidak bisa menerima diri dipercaya
agar dapat mengenali apa yang sedang terjadi. Tragis.

Bagaimanapun juga, dalam pertumbuhan iman masih perlu bantuan dari yang
dipercaya atau dari orang yang bisa membantu mempersaksikan kebenaran iman.
Hal ini dapat disimak lewat kisah penampakan Yesus kepada Maria Magdalena
(Yoh 20:11-18). Dikatakan dalam ay. 16 bahwa perempuan itu melihat Yesus
tapi tidak segera mengenalinya. Baru setelah mendengar sapaan "Maria!", ia
bisa mengenali Yesus. Maria Magdalena seperti domba yang mengenal suara
gembalanya (Yoh 10:4). Tapi seandainya Maria Magdalena tidak melihat orang
yang disangkanya sebagai tukang kebun tadi, boleh jadi panggilan "Maria!"
tadi tak segera berarti. Kita ingat dahulu kala Samuel muda berulang kali
mendengar dirinya disapa oleh Tuhan, tapi hanya mengira sedang dibangunkan
oleh Eli. Baru setelah Eli menjelaskan apa yang terjadi, maka Samuel pun
mulai mengerti dan mendengar betul.

NAFAS KEHIDUPAN

Seperti dalam penciptaan manusia dulu (Kej 2:7), kini para murid menerima
nafas kehidupan dari Yesus yang telah bangkit (Yoh 20:22). Yesus kini
berbagi kehidupan dengan para murid. Dalam perjamuan terakhir disebutkan
bahwa ia sadar betul bahwa dirinya berasal dari Bapa dan akan kembali
kepada-Nya. Semuanya sudah terjadi. Dan kini, dia yang telah kembali bersatu
dengan Bapa itu berbagi nafas dengan para murid. Artinya, kini mereka
sungguh dapat menjadi anak-anak Bapa.

Dalam bagian pembukaan Injil Yohanes disebutkan bahwa sang Sabda datang
kepada miliknya tetapi orang-orang miliknya itu tidak menerimanya (Yoh 1:11)
Dalam ayat berikutnya dikatakan, semua orang yang menerimanya diberinya
kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu orang-orang yang percaya dalam
namanya (ay. 12). Mereka ini orang-orang yang menerima Yesus, menerima sang
Sabda dan mereka telah sering mendengar bahwa Yang Maha Kuasa itu boleh dan
ingin dipanggil Bapa. Mereka ini kumpulan kecil yang bisa menerima kekuatan
menjadi anak-anak Allah. Dan apa kekuatan yang sesungguhnya itu? Kekuatan
itu ialah nafas yang dihembuskan Yesus ketika ia menampakkan diri kepada
mereka di situ. Apa itu anak-anak Allah? Yohanes sendiri memberi penjelasan
dalam Yoh 1:13, yaitu orang-orang yang dilahirkan bukan dari darah atau dari
keinginan jasmani...melainkan dari Allah. Inilah yang berpadanan dengan
hembusan nafas kehidupan dalam Kej 2:7. Dalam peristiwa penampakan kepada
para murid itulah lahirlah kemanusiaan baru.

MAKNA KEBANGKITAN

Apa makna kebangkitan bagi orang zaman sekarang? Pada dasarnya, percaya
bahwa Yesus telah bangkit itu sama bagi murid-murid yang pertama dan bagi
orang sekarang. Setelah mendapat kekuatan Rohnya, para murid diajaknya ikut
serta menjalankan perutusan dari Bapanya. Dalam bahasa yang mudah dipahami
orang waktu itu, mengampuni dosa atau menyatakan dosa tetap ada (Yoh 20:23).
Yang dimaksud dengan dosa ialah sikap menjauhi dan menolak dia yang
membawakan kehidupan dari sumber kehidupan itu sendiri. Murid-murid dulu
ditugasi untuk hidup sesuai dengan semangat kebangkitan, yakni hidup merdeka
sebagai anak-anak Allah sendiri. Iman akan kebangkitan membangun ruang
seluas-luasnya bagi manusia agar semakin menjadi makhluk yang mampu
mengalami Yang Maha Kuasa sebagai yang penuh kerahiman dan berbagi
pengalaman ini dengan sesama.


Salam hangat,
A. Gianto

INJIL MINGGU PASKAH (SORE) - Luk 24:13-35

INJIL MINGGU PASKAH (SORE)  - Luk 24:13-35

Dalam konteks kisah kebangkitan Lukas (Luk 24:1-12), ditekankan pengalaman para perempuan di makam yang kosong yang teringat akan perkataan Yesus dahulu. Juga digambarkan pengalaman Petrus menemukan makna peristiwa ini seperti disinggung di atas. Dua jalan itu membawa mereka sampai pada keyakinan bahwa Yesus telah bangkit.

INJIL MINGGU PASKAH (PAGI) - Yoh 20:1-9

INJIL MINGGU PASKAH (PAGI) - Yoh 20:1-9

Menurut Injil Yohanes, pada hari perama minggu itu, pagi-pagi benar, Maria Magdalena datang ke makam Yesus. Ia melihat batu penutup telah diambil dari kubur. Segera ia berlari mendapatkan Petrus dan murid lain yakni "murid yang dikasihi" Yesus dan menyampaikan berita bahwa Yesus diambil orang dan tak diketahui di mana sekarang. Maka Petrus dan murid yang lain itu berlari ke makam. Murid yang lain tadi sampai terlebih dahulu, menjenguk ke dalam kubur dan melihat kain kafan terletak di tanah. Petrus juga datang, lalu masuk dan mendapati juga kafan terletak di tanah, tapi kain peluh terlihat di tempat lain. Kedua murid ini mendapati makam kosong. Kesimpulan pembaca Injil: dia sudah bangkit. Seandainya janazahnya cuma dipindahkan atau disembunyikan, mestinya kafan dan kain peluh tidak dilepas dan ditinggalkan di makam.

Injil Paskah 7 Apr 2012 (Mrk 16:1-8; Yoh 20:1-9 Luk 24:13-35)

Injil Paskah 7 Apr 2012 (Mrk 16:1-8; Yoh 20:1-9 Luk 24:13-35)


Rekan-rekan!

Berikut ini ulasan tiga petikan Injil Hari Paskah. Kisah-kisah kebangkitan
itu disampaikan sebagai kesaksian orang yang percaya bahwa Tuhan telah
bangkit. Bukan laporan mengenai bagaimana persisnya kebangkitan itu terjadi,
dengan cara apa, kapan saatnya dan siapa-siapa yang pertama melihat
peristiwa itu. Jalannya peristiwa akan tetap tersembunyi, hanya jejak-jejak
peristiwa itu sajalah yang dapat dikenali. Namun demikian, ada pokok yang
mendasari kepercayaan bahwa Yesus telah bangkit. Yang pertama ialah makam
yang kosong - badannya tidak ada lagi di situ -  dan yang kedua ialah
keyakinan orang-orang yang terdekat bahwa ia tidak lagi berada di antara
orang mati. Amat besar peran kesaksian orang-orang yang datang mencari dia
yang tadinya wafat dan dimakamkan seperti disampaikan dalam Mrk 16:1-8
(Malam Paskah); Yoh 20:1-9 (Minggu Paskah pagi ); dan Luk 24:13-35 (Minggu
Paskah sore).

INJIL MALAM PASKAH  - Mrk 16:1-8

Pagi-pagi benar pada hari pertama setelah hari Sabat lewat, beberapa
perempuan datang ke makam Yesus membawa wewangian. Mereka bertanya-tanya
siapa akan membukakan batu penutup kubur agar mereka bisa masuk merawat
jenazahnya. Tetapi sesampai di sana, mereka menemukan batu penutup makam
sudah tergolek. Mereka tidak mendapati jenazah Yesus. Mereka hanya melihat
"seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan" (Mrk 16:5).

Sebelum melangkah lebih jauh, baiklah ditengok kesaksian Injil-Injil lain.
Lukas menyebutkan "dua sosok" (Luk 24:1-4) yang pakaiannya berkilau-kilauan
yang menyapa para perempuan itu, "Mengapa kalian mencari dia yang hidup di
tempat orang mati. Ia tidak ada di sini, ia telah bangkit!" (Luk 24:5-6).
Mat 28:2-6 berbicara mengenai "seorang malaikat" yang juga mengatakan bahwa
Yesus telah bangkit. Injil Yohanes samasekali tidak menyebutkannya. Juga ada
perbedaan tentang siapa yang datang ke kubur. Yoh 20:1 hanya menyebutkan
Maria Magdalena. Lukas mencatat bahwa mereka itu ialah Maria dari Magdala,
Yohana, dan Maria ibu Yakobus (Luk 24:10). Matius hanya menyebutkan dua
perempuan, yaitu Maria Magdalena dan Maria "yang lain" (Mat 28:1). Markus
yang kita dengarkan hari ini menyebut tiga perempuan, yakni Maria Magdalena,
Maria ibu Yakobus, serta Salome ( Mrk 16:1).

Berapa sosok yang ditemui di makam, berapa orang perempuan pergi ke makam,
dan siapa mereka? Pembaca atau pendengar Injil tidak usah mencoba
merekonstruksi jalannya peristiwa seperti seorang detektif. Injil tidak
menyajikan laporan pandangan mata. Yang disampaikan ialah pengalaman batin
yang diturun temurunkan. Perbedaan yang ada di antara Injil tadi timbul dari
kekayaan pengalaman di pagi hari itu. Pengalaman tak selalu jelas
(menyangkut berapa orang melihat makam kosong, siapa, dst.), tetapi menentu
(bahwa makam memang kosong). Kita juga bisa ikut merasakan dan mendalami
pengalaman mereka.

Siapa "orang muda" yang berjubah putih yang disebutkan dalam Mrk 16:5?
Pembaca Markus boleh teringat akan kisah mengenai seorang muda yang dalam
Mrk 14:51-52 mengikuti peristiwa penangkapan Yesus dan malah ikut diringkus
tetapi berhasil lolos dengan melepaskan pakaiannya yang hanya sehelai itu.
Kembali ke kisah pengalaman ketiga perempuan di kubur Yesus. Mereka
mendapati juga "orang muda", kata Yunaninya ialah "neaniskos", sama seperti
yang ada dalam kisah sebelumnya. Mengapa disebut orang muda? Berarti
penginjil mau mengatakan tidak hanya ada orang. Tapi tahu ciri-cirinya. Ia
muda. Dalam kisah penangkapan, orang muda itu berpakaian "sehelai kain" yang
kemudian dilepaskannya, tapi kini orang muda di makam ini berpakaian "jubah
putih" yang tetap dikenakannya. Bagi orang Semit, pakaian membuat orang
dapat dikenali, dapat kelihatan. (Kalau lepas pakaian, maka tak terlihat dan
tak boleh dilihat.) Yang tadi ialah yang tak kelihatan lagi karena telah
melepaskan pakaiannya dan tak diketahui lagi pergi ke mana, tapi tetap
membuat pembaca berpikir. Ini cara Injil Markus berkata: tak penting lagi
siapa yang menceritakan kejadian-kejadian hingga di situ. Mulai saat itu
ikutilah sendiri Yesus yang barusan ditangkap dan perhatikan apa yang
terjadi padanya. Begitulah kita diajak mengikuti kisah sengsara Markus. Yang
kini tampak kepada para perempuan di makam itu tak terduga-duga dan
mengejutkan. Orang muda yang ini berjubah putih. Pakaian seperti ini
panjangnya dari leher sampai tumit, jadi seluruh sosoknya kelihatan serba
putih. Dan ia berkata agar mereka tidak usah takut, lalu menjelaskan bahwa
Yesus dari Nazaret itu telah bangkit. Para perempuan itu selanjutnya disuruh
mengabarkan kepada para murid lain, khususnya Petrus, bahwa Yesus telah
mendahului mereka ke Galilea. Di sanalah mereka akan melihat dia. Tokoh
"orang muda" ini, seperti orang muda pada malam penangkapan, tetap diliputi
rahasia dan semakin menggugah rasa ingin tahu. Itulah pengalaman mereka yang
ada di ambang pertemuan dengan Yang Keramat. Tetapi yang dikatakannya jelas,
yakni Yesus telah bangkit. Yesus tidak ada di antara orang mati lagi, ia
sudah bangkit! Dan itulah yang mereka wartakan kepada murid-murid lain.

Injil menghubungkan kesaksian paling awal tentang kebangkitan tadi dengan
penampakan Yesus kepada murid-muridnya nanti di Galilea. Kita tahu, di
wilayah utara itulah Yesus dari Nazaret mulai dikenal orang. Murid-murid
diminta ke sana untuk "melacak kembali" perkenalan mereka dengan dia yang
dahulu memanggil mereka di pinggir danau. Dia itu sama dengan yang kini
telah bangkit. Begitulah mereka akan menyadari bagaimana mereka dapat
menimba kembali kekayaan dari pengalaman dari hari ke hari bersama dengannya
dulu. Juga bagi kita, menemui dia yang bangkit itu sama dengan membaca
kembali dan mendalami pengalaman mengenal dia yang tersembunyi dalam
kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Inilah warta utama iman kebangkitan:
pergilah ke tempat kalian mulai berjumpa dengan dia dan di sana kalian akan
melihat siapa dia sesungguhnya.

Jumat Agung 6 April 2012

Jumat Agung 6 April 2012

KISAH SENGSARA MENURUT YOHANES

Rekan-rekan yang baik!

Tiga pokok dalam Kisah Sengsara yang dibacakan Jumat Agung ini (Yoh 18:1-19:42) saya bicarakan dengan sang empunya tulisan itu. 
1. Korespondensi pertama berkisar pada hubungan antara kata-kata terakhir Yesus di salib, yakni "sudah selesai" (Yoh 19:30, Yunaninya "tetelestai") dan catatan Yohanes mengenai mengasihi "sampai pada kesudahannya" (Yoh 13:1, "eis telos").
2. Kemudian saya mintakan penjelasan mengenai jubah Yesus yang diundi para serdadu (Yoh 19:23-24).
3. Selanjutnya pembicaraan berpusat pada makna "darah dan air" yang keluar dari lambung Yesus (Yoh 19:34). 
Beliau tak berkeberatan surat-menyurat ini diteruskan ke milis ini. Malah senang, begitulah pesannya pagi ini.

KAMIS PEKAN SUCI - April 2012

KAMIS PEKAN SUCI - April 2012 (Yoh 13:1-15)

Rekan-rekan yang baik!

Hanya Injil Yohanes sajalah yang menyampaikan kisah pembasuhan kaki para murid (Yoh 13:1-15) Petikan ini dibacakan pada Pesta Perjamuan Tuhan pada hari Kamis dalam Pekan Suci. Memang dahulu lazim orang membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan agar masuk dengan kaki bersih. Hanya tamu yang amat dihormati sajalah, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya. Tapi ini dilakukan sebelum perjamuan mulai. Dalam Injil Yohanes peran-peran tadi dibalik. Yesus sang guru kini membasuh kaki para muridnya. Lagi pula pembasuhan ini terjadi selama perjamuan sendiri, bukan sebelumnya seperti biasa dilakukan orang waktu itu. Kiranya hendak disampaikan hal yang tidak biasa. Pembasuhan kaki di sini tidak ditampilkan semata-mata sebagai tanda memasuki perjamuan dengan bersih, tetapi untuk menandai hal lain. Apa itu? Baiklah didekati kekhususan Yohanes dalam menyampaikan kejadian-kejadian terakhir dalam hidup Yesus.