Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Injil Minggu Biasa XVI B

Injil Minggu Biasa XVI/B 22 Jul 2012 (Mrk 6:30-34)

Rekan-rekan yang baik!
Kedua belas murid yang diutus dua berdua ke pelbagai tempat untuk menyiapkan
kedatangan Yesus kini kembali berkumpul dengan dia. Injil jelas-jelas
menyebut mereka "rasul", artinya orang yang diutus. Dalam pengutusan itu
mereka dibekali kuasa atas roh jahat sehingga orang-orang yang mereka
datangi dapat mulai mengenal siapa yang mengutus. Orang yang luar biasa. Dan
ia bakal datang sendiri ke tempat kami! Tak mengherankan banyak yang tak
sabar menunggu. Ada yang mengikuti para rasul yang kembali menemui sang
Guru. Orang-orang itu ingin segera melihat sendiri siapa dia yang dikabarkan
para utusannya. Itulah suasana yang melatari Mrk 6:30-34 yang dibacakan pada
hari Minggu Biasa XVI tahun B ini. Para pendengar di zaman ini boleh mencoba
memasuki suasana batin itu dengan ikut merasa-rasakannya.

KESADARAN YANG BERKEMBANG

Terasa betapa besarnya semangat para utusan yang kembali tadi. Kiranya
mereka berhasil dan diterima di mana-mana. Mereka merasa bisa leluasa
berbicara mengenai siapa Yesus yang bakal datang ke tempat itu. Tidak
dirincikan apa yang mereka sampaikan. Tetapi boleh kita simpulkan dari
sebuah peristiwa lain yang dicatat dalam Mrk 8:27-30. Di Kaisarea Filipi,
dalam perjalanan berkeliling dari tempat ke tempat, Yesus menanyai para
murid apa kata orang mengenai siapa dia itu. Ada pelbagai pendapat: Yohanes
Pembaptis, Elia, atau seorang nabi. Begitulah pengertian orang banyak
sebelum mendengar pewartaan para rasul. Kemudian Yesus pun menanyai
murid-muridnya siapa dia menurut mereka sendiri. Mewakili para murid, dalam
Mrk 8:29 Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Inilah keyakinan
mereka. Dan tentunya keyakinan inilah yang mereka bawa kepada orang banyak.
Tetapi ada masalah. Bagaimana dengan larangan keras Yesus agar jangan
memberitahukan tentang dia kepada siapa pun pada akhir peristiwa itu (Mrk
8:20). Tetapi Yesus tidak menyangkal kemesiasan yang diyakini para murid
tadi. Yang tidak dimauinya ialah mengobral sebutan Mesias begitu saja dengan
akibat mudah disangkut-pautkan dengan pergerakan mesianisme politik waktu
itu. Dari peristiwa ini dapat diperkirakan bahwa yang diberitakan para
utusan tadi ialah kemesiasan Yesus yang sejati. Itulah yang mereka sampaikan
dalam ujud ajakan agar orang berpikiran luas ("bertobat") dan menjadi
manusia utuh (tidak dikuasai "setan" dan "penyakit") seperti tertulis dalam
Mrk 6:12-13. Dengan menyampaikan keyakinan ini, para rasul sendiri juga
semakin menyadari siapa Yesus itu. Inilah kiranya yang sekarang dibicarakan
para rasul di hadapan sang Guru.

Sementara itu orang banyak juga berdatangan mengerumuni para rasul yang
sedang berkumpul kembali dengan Yesus. Orang-orang pergi datang menemui
murid-murid dan guru mereka sehingga makan pun mereka tak sempat (Mrk 6:31).
Catatan ringkas Markus itu menunjukkan betapa besarnya harapan orang-orang
itu. Makin terasa bedanya dengan orang-orang yang mempertanyakan wibawa
Yesus dalam Mrk 3:20-30. Di sana, di sebuah rumah, orang banyak
mengerumuninya. Markus menambahkan bahwa "makan pun mereka tidak dapat"
karena tidak mau kehilangan kesempatan mendekat kepadanya. Tapi di tempat
seperti ini, ironinya, sanak dekat Yesus sendiri menganggapnya "tidak waras
lagi", dan ahli-ahli Taurat mengatakan Yesus "kerasukan Beelzebub", nama
setan yang ditakuti. Kini dalam Mrk 6:30-34 komentar-komentar sumbang
seperti itu tidak lagi terdengar. Orang-orang yang berdatangan mengikuti
para rasul menemui Yesus itu penuh antusiasme dan harapan.

MENDALAMI PENGALAMAN

Dalam keadaan itu, Yesus mengajak para murid pergi ke tempat yang terpencil,
Yunaninya "ereemos", untuk sejenak beristirahat. Mereka pun berkayuh ke
seberang danau. Dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai untuk menyebut tempat
terpencil sama dengan kata yang dipakai bagi padang gurun. Tetapi tempat
terpencil kali ini ialah perahu, tempat mereka berada hanya dengan guru
mereka.

Yesus mengajak murid-murid untuk menyepi seperti dia sendiri dulu di padang
gurun. Dulu di padang gurun Yesus semakin menyadari pernyataan dari surga
bahwa ia anak terkasih dan kepadanya Allah berkenan (Mrk 1:11-12). Para
rasul baru saja mengalami keberhasilan dalam berwarta dan menyembuhkan orang
dari kuasa roh jahat dengan kuasa yang dibekalkan Yesus. Mereka perlu
mengendapkan pengalaman ini. Bila tidak, mereka nanti bisa jatuh dalam
tindakan pengusiran setan dan penumpangan tangan serta macam-macam talk show
dan tidak lagi melihat inti pelayanan yang sebenarnya. Mereka mulai
mengalami bagaimana memakai bekal kuasa atas roh jahat. Perkara yang tidak
bisa dilakukan dengan asal saja. Begitulah setapak demi setapak mereka
diikutsertakan dalam pelayanan Yesus kepada orang-orang sezamannya. Di
tangan orang yang keyakinannya kurang lurus dan mendalam, kuasa seperti itu
malah bisa disalahgunakan untuk menunjukkan kebesaran diri, bukan menyiapkan
kedatangan sang Guru. lebih parah lagi, yang mau memakainya secara
asal-asalan bisa celaka. Diceritakan dalam Kis 19:13-20 nasib ketujuh anak
Skewa yang mau mengusir setan atas nama Yesus. Tapi orang yang kerasukan di
Efesus itu malah menertawakan, lalu menubruk ketujuh dukun mogol itu dan
menindih mereka sambil menghajar sampai mereka babak belur dan lari
terbirit-birit telanjang.

Kita tidak mendengar seluk beluk yang terjadi selama para rasul berlayar
bersama Yesus. Boleh jadi sang Guru memberi petunjuk-petunjuk. Boleh jadi
mereka bertanya mengenai macam-macam roh. Bisa jadi tak banyak yang
diperkatakan. Tetapi mereka akan teringat pengalaman pernah ketakutan di
perahu yang diombang-ambingkan angin ribut dan amukan ombak. Ketika itu
Yesus tetap bisa tidur enak. Mereka juga menyaksikan bagaimana Yesus
menghardik diam gelombang dan badai. Masih terngiang kata-kata Yesus:
"Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (Mrk 4:40). Kini,
juga di perahu, dalam suasana tenang mereka akan mengingat kembali kejadian
tadi. Betapa jauhnya ketakutan tadi, betapa jauhnya ketakpercayaan tadi.
Kuasa hebat itu juga sudah bisa dibekalkan kepada kami. Dan bisa kami pakai
menolong orang. Dan tentunya ada banyak hal lagi yang terkilas dalam benak
mereka dan mereka endapkan di saat-saat hening bersama sang Guru ini.

DINAMIKA DI TEPI DANAU

Orang banyak yang tadi berkerumun sempat melihat Yesus dan murid-muridnya
naik perahu menjauh. Orang-orang itu tahu ke mana Yesus dan para murid pergi
dan mendahuluinya lewat jalan darat. Tentunya perahu berhenti di tengah
danau dan di situ para murid diajak sang Guru mendalami pengalaman batin.
Karena itu orang-orang yang mengikuti lewat jalan darat lebih dahulu sampai.
Mereka menunggu Yesus dan murid-muridnya. Ketika turun dari perahu dan
melihat orang banyak sudah di sana maka Yesus tergerak hatinya melihat
mereka seperti domba yang tidak ada gembalanya. Yesus pun mengajarkan banyak
hal kepada mereka. Tersirat kritik kenabian dari pihak Yesus. Para pemimpin
masyarakat Yahudi membiarkan orang banyak tak terurus.

Apa kiranya "banyak hal" yang disebut Markus diajarkan Yesus kepada
orang-orang itu (Mrk 6:34)? Injil Matius tidak menyebutkannya. Boleh jadi
Matius mengandaikan pembacanya sudah tahu. Tetapi dari Injil Lukas dapat
sedikit didengar apa yang dimaksud Markus dengan "banyak hal" itu. Dalam Luk
9:11 disebutkan Yesus menerima orang banyak yang sudah menantikan di luar
tempat ia berada dan "berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah".
Dan kiranya banyak hal yang diajarkan kepada orang-orang tadi ialah mengenai
Kerajaan Allah.. Mereka seperti domba tanpa gembala. Kini gembala yang
mereka temukan ialah yang membawa mereka ke dalam Kerajaan Allah. Dan hari
itu banyaklah yang mereka peroleh dari pengajaran dari Yesus. Mereka
mendapat makanan batin. Dan sebentar lagi mereka akan mendapat makanan
berlimpah juga.

Kumpulan orang tidak akan bergerak bila tidak digerakkan. Cukup bila ada
orang yang berinisiatif dan yang lain-lain akan ikut. Bisa dilihat dalam
tiap kerumunan. Dan biasanya terjadi bila ditargetkan ke satu hal. Misalnya
arena tontonan pemusik rock, pertokoan dan rumah yang dijarah dalam amuk
masa, atau seperti di sini, kelompok Yesus dan murid-muridnya. Apa yang
dapat kita simpulkan? Di antara orang yang berduyun-duyun datang tadi pasti
ada murid para rasul yang menyemangati dan menggerakkan orang berjalan ke
tepi lain danau mendahului Yesus dan murid-muridnya. Para penggerak itu
tidak disebutkan secara khusus. Tetapi kehadiran mereka tak diragukan. Dan
mereka itulah nanti yang akan menghidupkan kelompok ini. Mereka inilah yang
mendengar dan mencatat "banyak hal" yang diajarkan Yesus.

Bacaan dari Mrk 6:30-34 ini boleh jadi membuat kita ingin menjadi
tokoh-tokoh yang ada di sana. Akan kurang realistis bila kita tempatkan diri
kita sebagai Yesus atau para rasul. Sebaiknya mereka ini diamat-amati,
didengarkan, dikenali. Kita akan belajar banyak dari mereka. Tapi ada dua
peran lain yang dapat diikuti, yakni orang banyak yang antusias dan penuh
harapan dan para penggerak mereka yang tak disebut, tapi hadir dan bekerja
di antara mereka. Banyak yang dapat terjadi. Mereka saling menguatkan.
Mengusahakan perbaikan. Membaca keadaan dan menghadapi dengan kekuatan
harapan dan kepercayaan. Dan masih banyak lagi yang bakal muncul dalam
kehidupan nyata. Dan semuanya ini boleh terjadi di sana, di tempat ia sudah
ditunggu.

Salam,
A. Gianto

Injil Minggu Biasa XV B 2012

Injil Minggu Biasa XV/B Juli 2012 (Mrk 6:7-13)

Rekan-rekan!
Seperti diutarakan dalam Mrk 6:7-13 (Injil Minggu Biasa XV tahun B), bagi kedua belas murid, diutus berarti siap berangkat mewartakan tobat, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit. Juga para utusan diminta agar berani pergi tanpa membawa kelengkapan. Hanya yang paling dibutuhkan boleh dipakai: tongkat dan alas kaki saja. Mereka juga tak boleh takut tidak diterima dengan baik. Itukah syarat-syarat agar dapat memakai kuasa yang dipercayakan Yesus kepada mereka? Begitulah perasaan kedua belas murid pada waktu itu. Ay. 12-13 memberi kesan bahwa mereka sanggup menjalankan pengutusan ini dengan gairah. Bagaimana dengan kita para pendengar dan pembaca Injil pada zaman ini? Apakah kita diharapkan menjadi seperti mereka? Marilah kita dalami terlebih dahulu kisah pengutusan ini.