Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Injil Minggu Biasa 3 C

Minggu Biasa III/B 27 Jan 13 ( Luk 1:1-4; 4:14-21)

Rekan-rekan yang budiman!

Pada hari Minggu Biasa III/B ini dibacakan Luk 1:1-4; 4:14-21, didahului Neh 8:3-5a.6-7.9-11 dan 1 Kor 12:12-30. Berikut ini beberapa pokok yang dapat membantu memahami bacaan-bacaan itu, khususnya Injil.

IBADAT TAURAT DAN MUNCULNYA UMAT TUHAN

Suatu bentuk baru ibadat berkembang dalam masa setelah pembuangan. Unsur utamanya ialah pembacaan Taurat beserta penjelasannya. Ibadat ini lain dari ibadat kurban yang cenderung dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Pada zaman pembuangan sulit meneruskan ibadat kurban karena Bait Allah runtuh dijarah. Selama masa itu lambat laun berkembanglah ibadat sabda. Ketika Bait Allah dibangun kembali dan ibadat kurban dapat dilakukan lagi, ibadat sabda tetap diteruskan dan bahkan menjadi ibadat yang makin penting dalam masyarakat Yahudi. Bacaan yang dipakai dalam ibadat itu berupa hukum-hukum adat dan agama, cerita-cerita mengenai para leluhur, peraturan-peraturan hidup bersama. Semuanya ini kemudian disusun kembali di kalangan para imam (seperti tokoh Ezra dalam bacaan pertama) dalam ujud Taurat atau kelima Kitab Musa yang memuat serangkai kisah para Bapa Bangsa (Abraham, Ishak, Yakub dan keturunannya), kisah keluaran dari Mesir, kumpulan hukum Sinai, dan perjalanan di padang gurun sebelum memasuki tanah terjanji. Petikan-petikan dari Taurat dibacakan dan dijelaskan di dalam ibadat. Oleh karenanya Taurat akhirnya menjadi kitab yang dikeramatkan. Dikisahkan dalam Neh 8:10-11 bagaimana para pemimpin mengajak umat bersuka cita merayakan pembacaan Taurat. Ibadat seperti ini kemudian dilakukan tiap hari Sabat di sinagoga atau rumah ibadat di mana saja. Setelah bacaan dan penjelasan Taurat menyusul uraian berdasarkan tulisan-tulisan lain yang lambat laun juga diterima sebagai bacaan keramat seperti halnya kitab para nabi. Luk 4:14-21 mencerminkan ibadat Sabat seperti ini. Lukas menceritakan bagian ibadat sehabis petikan dari Taurat dibacakan dan dijelaskan. Dalam kesempatan itu salah seorang dari umat, yakni Yesus, maju untuk membacakan Yes 61:1-2 dan menerapkan nubuat itu kepada dirinya.

Dapat dikatakan, orang Yahudi baru mulai menjadi umat Tuhan setelah mengalami pembuangan. Sebelumnya orang lebih menyadari diri sebagai warga "bangsa terpilih". Semua unsur kehidupan dibawahkan pada keyakinan ini. Kesadaran religius mereka juga bertumpu pada hal itu. Pukulan sejarah meruntuhkan gagasan ini. Selama pembuangan tokoh-tokoh mereka makin menyadari bahwa gagasan sebagai "bangsa terpilih" perlu ditafsirkan kembali secara rohani sebagai "umat terpilih". Pengalaman hidup di tengah-tengah bangsa-bangsa lain membuat gagasan itu berkembang menjadi "umat yang dikasihi", umat yang dikhususkan berkat Taurat. Dalam inspirasinya yang asli, Taurat mengungkapkan pengalaman meniti jalan untuk membangun hidup bersama atas dasar pelbagai kesetujuan ("hukum-hukum") yang direstui Tuhan. Bagi orang Yahudi Taurat bukanlah sekumpulan hukum dan aturan semata-mata, melainkan ajaran kehidupan. Memang ada kelompok-kelompok yang cenderung menafsirkannya secara ketat sebagai aturan-aturan belaka. Tafsiran itu membuat Taurat menjadi layu dan tidak membuahkan kehidupan batin. Dalam Perjanjian Baru, kaum Farisi digambarkan sebagai satu kelompok seperti itu. Acap kali mereka berhadapan dengan Yesus dan murid-muridnya yang mau menghayati Taurat sebagai ajaran kehidupan.

KABAR GEMBIRA DARI RUMAH IBADAT DI NAZARET Injil hari Minggu ini menggabungkan pengantar Injil Lukas (Luk 1:1-4) dengan peristiwa Yesus mengajar di sinagoga di Nazaret (Luk 4:14-21). Dari bagian pengantar, jelaslah Injil Lukas ditulis bagi orang yang sudah pernah mendengar mengenai Yesus dan berminat mengenalnya lebih jauh walaupun belum amat yakin akan keistimewaan tokoh ini. Lukas memeriksa dengan seksama bahan-bahan yang diperoleh dari para saksi mata dan para pekabar pertama dan kemudian menyusunnya kembali secara runtut agar pembacanya - Teofilus - sampai kepada kebenaran. Nama itu berarti "yang penuh minat akan hal-hal yang Ilahi", maksudnya, orang yang ingin mengenali kehadiran Tuhan. Teofilus ialah kita-kita ini juga.

Bacaan Injil hari ini ditempatkan Lukas langsung sesudah peristiwa Yesus dicobai di padang gurun. Di sana ia menangkal pengaruh Iblis dengan kata-kata keramat dari Taurat (Luk 4:4 [=Ul 8:3]; ayat 8 [=Ul 6:3]). Juga ketika Iblis mau menyalahgunakan sabda ilahi (ayat 10-11 [=Mzm 91:11-12]), Yesus membungkamnya dengan firman ilahi dari Taurat (ayat 12 [=Ul 6:16]). Setelah peristiwa ini Lukas meneruskan kisahnya dengan mengatakan bahwa "dalam kuasa Roh" Yesus kembali ke Galilea (Luk 4:14). Di wilayah itu kemudian tersiar kabar mengenai dia yang mengajar di sinagoga-sinagoga. Ini buah pertama dari keteguhannya mempercayai sabda ilahi.

Pada suatu hari Sabat Yesus mengikuti ibadat di sinagoga di Nazaret. Sesudah bagian upacara pembacaan Taurat dan penjelasannya selesai, Yesus tampil dengan memperkenalkan diri sebagai yang dinubuatkan nabi Yesaya (Yes 61:1-2), yakni Mesias membawakan kabar baik kepada orang-orang "miskin" (ay. 18-19). Dalam bahasa Lukas, "orang-orang miskin" ialah mereka yang menderita kekurangan dalam hidup ini, terutama kekurangan material yang juga mengakibatkan kemelaratan batin. Dan sering mereka tidak menyadarinya.

Apa isi kabar baik kepada orang-orang ini? Baiklah ditilik terlebih dahulu suasana setelah nubuat Yesaya itu dibacakan (ayat 20). Lukas menyebut semua seluk beluknya. Yesus menutup gulungan, memberikannya kembali kepada petugas, duduk, sementara itu mata semua orang mengikuti setiap gerak-geriknya dan ketika perhatian orang-orang terpaku, mulailah Yesus memberikan pengajaran. Ia berkata (ayat 21), "Pada hari ini, sewaktu kalian dengarkan, ayat-ayat Kitab Suci ini tergenapi!" Ia menjelaskan siapa dirinya (Yang Diurapi, Mesias), kepada siapa ia datang ("kaum miskin", yakni orang-orang yang butuh kabar gembira), tiga tugas utamanya: membuat orang dapat kembali kepada Tuhan (tadinya "tawanan" sekarang bebas) sehingga dapat memandangi kehadiranNya (tadinya "buta") dan membuat hati dan pikiran orang lega (tadinya "tertindas"). Dia itu pembawa berita gembira bahwa "tahun rahmat sudah datang". Dalam tahun rahmat inilah ia hidup di tengah-tengah orang banyak, memberitakan Kerajaan Allah, menghidupkan harapan, menyembuhkan, mengusir setan, memilih murid-murid agar makin banyak orang dapat dilayani. Kehadiran Yesus di antara orang-orang zamannya membuat orang melihat bahwa Tuhan bersedia berada di tengah-tengah manusia. Inilah kabar gembira yang disampaikan kepada orang banyak. Kehadiran orang yang berhasil mengalahkan pengaruh yang jahat, kehadiran orang yang direstui Roh Tuhan sendiri, kehadiran yang memperkaya hidup kita.

MENEMUKAN PEGANGAN HIDUP

Bacaan Injil menunjukkan bagaimana setelah mengalahkan cobaan, Yesus menemukan dirinya makin mampu membawakan Tuhan kepada orang banyak. Juga dalam bacaan pertama terlihat bagaimana umat menemukan diri dekat dengan Tuhan setelah mengalami cobaan besar selama pembuangan. Menemukan diri memberi kegembiraan dan kekuatan. Bukan berarti semuanya akan serba beres. Umat Perjanjian Lama masih akan menghadapi macam-macam persoalan. Masih ada ketegangan dan perpecahan. Tetapi mereka kini memiliki pegangan, yakni Taurat. Juga Yesus segera akan menghadapi ketidakpercayaan orang-orang, bahkan dari orang-orang yang paling dekat dengannya. Tetapi ia mempunyai pegangan. Ia sadar ia diutus Tuhan menghadirkan rahmat. Dan ia hidup untuk itu.

Dalam mengikuti Yesus Kristus, kaum beriman juga dapat makin menemukan diri, baik sebagai orang perorangan maupun sebagai umat. Mengikuti Yesus berarti ikut serta di dalam kehidupannya. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap orang memperoleh karunia Roh. Dengan mengikuti cara bicara Paulus dalam bacaan kedua (1 Kor 12:12-30), karunia-karunia dari Roh yang satu itu membangun satu tubuh. Dalam bagian sebelumnya yang dibacakan hari Minggu yang lalu ditegaskan bahwa karunia sejati membangun kesejahteraan bersama, bukan kebesaran orang-perorangan. Pada bagian awal bacaan hari ini ditekankan bahwa karunia ini memungkinkan orang melampaui batas-batas alamiah, seperti kelompok etnik (Yahudi atau Yunani) atau batas-batas sosial (budak atau merdeka), dan seperti diutarakan selanjutnya, perbedaan itu malah mengurangi kecenderungan orang untuk merasa paling penting, paling dibutuhkan dan menonjol-nonjolkan diri. Bila orang dengki dan curiga karena kelompok lain bukan dari "golongan kami", orang boleh mulai bertanya-tanya, mungkin karunia Roh Kristus belum diterima dengan baik. Warta Paulus tadi dapat membuat orang makin menghargai keragaman yang asalnya dari Roh yang satu. Keyakinan serta kegembiraan diajak hidup dalam Roh ini membekali orang untuk menghadirkan rahmat di tengah-tengah umat manusia, seperti Yesus sang Mesias sendiri. Inilah kekayaan yang menyatukan semua pengikut Kristus.

Salam hangat,
A. Gianto

Injil Minggu Biasa 2C

Injil Minggu II/C 20 Jan 2013 (Yoh 2:1-11)

PARADIGMA BARU BERTEOLOGI

Rekan-rekan!

Pada hari Minggu Biasa II tahun C dibacakan  Yoh 2:1-11 bersama dengan Yes 62:1-5 dan 1Kor 12:4-11. Bacaan-bacaan ini mendorong kita untuk semakin menyadari bahwa Tuhan berkenan hadir di tengah-tengah manusia dengan macam-macam karunia yang diberikan-Nya demi kesejahteraan bersama. Itulah dasar kesatuan dan kegembiraan yang sungguh.

PARADIGMA BARU BERTEOLOGI

Yes 62:1-5 ditulis dengan latar belakang pembangunan kembali kota Yerusalem yang ditinggalkan sebagai reruntuh­an selama masa pembuangan (586/7 hingga 537/8 sebelum Masehi). Upaya membangun kembali kota itu di­dasarkan pada keyakinan bahwa Tuhan kini sudi berdiam kembali di gunung-Nya yang suci, Sion, di Yerusalem. Syair mengenai Sion dalam bacaan ini menggairahkan kembali semangat orang. Yang pertama-tama perlu dihidupkan kem­bali ialah reruntuhan batin mereka. Baru dengan demikian, mereka akan dapat menghidupkan kembali tempat ibadat di kota suci itu. Perhatian besar Tuhan diibaratkan sebagai kasih sayang kepada mempelai yang dikasihi-Nya. Suasana kemurungan beralih menjadi kegembiraan pesta pernikahan. Kini umat tidak usah merasa diri ditinggalkan. Tuhan yang dulu membuat orang gemetar kini tampil sebagai mempelai yang lemah lembut dan penuh perhatian. Bangsa-bangsa lain menyaksikan hal ini dan ikut bergembira. Mereka juga tidak lagi perlu merasa terancam akan direbut harta dan kotanya seperti dulu ketika Tuhan digambarkan sebagai yang mempimpin umat-Nya merebut tanah Kanaan. Teologi penaklukan seperti itu terasa usang. Ada paradigma baru, yakni teologi yang menaruh keprihatinan untuk memba­ngun ruang hidup bersama, baik di dalam umat maupun dengan orang-orang lain. Warta seperti ini dapat berbicara kepada orang-orang yang tidak termasuk umat dan ber­laku di mana-mana karena menyentuh keinginan yang pa­ling dasar dalam diri manusia, yakni keinginan untuk hidup damai dengan orang-orang lain, keinginan untuk tidak me­rasa terancam oleh kehadiran orang lain. Yang lain kini memperkaya, bukan merebut kekayaan. Juga di bidang hidup ibadat. Umat Perjanjian Lama butuh waktu yang panjang untuk sampai pada keterbukaan seperti itu. Mereka mengalami banyak kepahitan sebelum bisa melihat bahwa orang-orang lain juga sama seperti mereka.

KEGEMBIRAAN TAK TERPUTUS = TANDA?

Suasana gembira menandai pesta pernikahan di Kana. Banyak tamu datang dan ikut merasakan suasana itu. Tak heran jika persediaan anggur menipis. Akan tetapi, kegem­biraan tetamu berlanjut karena ada anggur yang lebih baik yang bisa dihidangkan. Kita tahu bagaimana ini terjadi. Yesus menyuruh pelayan-pelayan mengisi tempayan-tempa­yan dengan air dan membawanya kepada pemimpin per­jamuan. Pemimpin perjamuan mencicipinya sambil terheran-heran mengapa tuan rumah masih menyimpan anggur yang lebih baik! Pesta berlangsung terus dan menjadi makin me­riah. Tentunya makin banyak orang dapat ikut serta bergembira.

Pada akhir kisah mengenai pesta di Kana itu disebut­kan bahwa inilah "tanda" pertama yang dibuat oleh Yesus (Yoh 2:11). Apa yang dimaksud dengan "tanda" di sini? Air menjadi anggur? Meski­pun unsur ini penting, rasa-rasanya maksud Yohanes lain. Baginya, tanda yang jelas ialah kemeriahan pesta yang berlangsung terus dan kehadiran Yesus di situ yang me­mungkinkan pesta itu tidak terhenti. Inilah yang dirujuk­nya sebagai hal itu. Kegembiraan yang tak terputus dan malah bertambah besar inilah yang membuat murid-murid­nya percaya kepadanya. Percaya di sini ialah percaya bah­wa ia itu patut diikuti, ia itu memperhatikan orang, ia itu membuat orang makin mengenali kebaikan Tuhan. Murid-muridnya percaya bukan karena peristiwa menakjubkan air menjadi anggur. Kehadirannya yang membuat orang merasa tak kurang satu apa itulah yang menjadi tanda yang pertama yang dilakukan Yesus bagi orang banyak.

BELAJAR DARI MARIA

Pada awal kisah di Kana itu disebutkan ... ada perka­winan di Kana dan ibu Yesus ada di situ (Yoh 2:1). Baru setelah itu dikatakan bahwa Yesus dan murid-muridnya diundang juga. Dapat diduga bahwa Maria mengajak Yesus dan Yesus mengajak murid-muridnya. Ini dilakukan orang di mana-mana. Bila diperhatikan, akan tampak betapa besar­n­ya peran Maria dalam peristiwa ini. Dia-lah yang mengatakan kepada Yesus bahwa orang kehabisan anggur. Maria jugalah yang berkata kepada pelayan-pelayan agar menuruti semua yang dikatakan Yesus. Tidak keliru bila dikatakan Maria mengantar kedatangan Yesus sang Peng­hadir Tuhan kepada orang banyak dan mempertemukan mereka dengan Tuhan sendiri.

Bisa kita bayangkan Maria dapat juga berusaha mencari bantuan ke tempat lain. Tetapi ia meminta kepada Yesus. Maria percaya bahwa Yesus bisa berbuat sesuatu meskipun belum pernah menyaksikannya sendiri. Yohanes yang men­ceritakan peristiwa ini mungkin mau menyarankan agar kita juga percaya bahwa kehadiran Yesus itu pasti memberi sesuatu.

Bagaimana penjelasan reaksi Yesus Mau apa engkau dariku, Bu? Saatku belum tiba! terhadap kata-kata ibunya? Dalam bahasa Yunani Kitab Suci, tetapi asalnya dari bahasa Ibrani, ungkapan itu harfiahnya berbunyi Apa bagiku dan bagimu? yang sudah menjadi ungkapan klise untuk meng­ungkapkan macam-macam reaksi terhadap perbuatan  orang lain, dari sekadar basa basi untuk mengatakan agar tak usah repot-repot sampai ungkapan rasa kurang enak. Nadanya bisa halus, netral, atau ketus. Dengan memakai sebutan Bu, ungkapan itu jadi bernada halus dan dimak­sudkan agar Maria tidak perlu merepotkan diri lagi dengan perkara ini karena saatku belum tiba. Artinya, Yesus mem­punyai perhitungan sendiri. Tidak perlu ungkapan ini dikait-kaitkan dengan saat penebusan di salib nanti atau saat apa lagi dalam kehidupan Yesus.

Sekali lagi, kita dapat belajar dari Maria. Ia tidak men­desak-desak. Ia percaya Yesus mempunyai perhitungan sendiri. Sering dalam doa kita merasa semuanya penting dan mendesak serta menjadi gelisah karena merasa tak ada jawaban. Amat boleh jadi Tuhan berkata kepada kita, Mau apa kalian dariku? Saatku belum tiba! seperti kepada Maria, ibunya, orang yang paling dekat kepadanya. Dan sikap Maria yang menghormati perhitungan Tuhan dapat membantu kita. Maria tidak diam saja. Ia mempersiapkan jalan Tuhan: ia menyuruh orang melakukan apa yang nanti dikatakan Yesus. Inilah cara menantikan saat Tuhan bertindak dalam perhitungan-Nya sendiri.

KARUNIA ROH DEMI KESEJAHTERAAN BERSAMA

Dalam bacaan liturgi hari Minggu, bacaan kedua sering tidak mudah dikaitkan dengan kedua bacaan yang lain. Namun demikian, sering dapat membantu bila didalami sikap iman mana yang dianjurkan dalam bacaan kedua itu. Dalam 1Kor 12:4-11, Paulus mengajak orang memahami bahwa Roh yang sama berkarya di tengah-tengah manusia dalam berbagai bentuk karunia dan macam-macam pelayan­an serta perbuatan-perbuatan yang menakjubkan. Dalam cara bicara Paulus, ungkapan "karunia Roh" sebetulnya berarti "pemberian rohani". Jadi lebih berpusat pada pemberian sendiri dan sifat pemberian itu, bukan pada gagasan mengenai kekuatan yang tiba-tiba menghinggapi orang.  Begitulah, dalam ay. 7, Paulus menegaskan bahwa semua pemberian rohani itu bagi kepentingan bersama. Bila unsur ini tak ada, orang boleh mempertanyakan apa asalnya betul-betul dari Roh, apa sungguh rohani sifatnya. Mukjizat spekta­kuler, sukses besar bukan jaminan bila arahnya bukan demi kebahagian bersama. Kerap istilah "karunia Roh" dipahami sebagai kekuatan atau kekhususan yang menakjubkan yang berasal dari Roh. Seperti di Kana tadi, air berubah jadi anggur melulu tidak akan banyak artinya bila tidak membuat orang-orang yang hadir bisa terus bergembira.

MUKJIZAT DAN TANDA

Dalam Injil-Injil, kisah mukjizat Yesus sebenarnya dimaksudkan sebagai tanda agar kehadiran Yang Ilahi di tengah-tengah manusia terlihat orang banyak. Kehadiran inilah yang membuka mata orang buta, yang membuat orang tuli mendengar, yang membuat orang gagu bicara, yang membuat orang lumpuh bisa berjalan kembali, yang mem­buat orang berdosa merasakan pengampunan. Bila di­me­ngerti sebagai mukjizat belaka, malah akan kurang tam­pak­lah kehadiran Yang Ilahi yang sesungguhnya. Maklum­lah, di hadapan mukjizat orang akan tidak bisa berbuat banyak selain tunduk dan boleh jadi tidak lagi merdeka. Akan tetapi, berhadapan dengan tanda, orang dapat men­cari maknanya dan menghidupi kenyataan yang ditandakan. Dulu umat Perjanjian Lama butuh waktu panjang sebelum menginsafi betapa tidak lestarinya keyakinan yang dibangun semata-mata atas dasar tindakan-tindakan mukjizat Tuhan yang menjadi unsur pokok teologi penaklukan tanah Kanaan. Baru kemudian mereka sadar bahwa teologi mem­bangun ruang hidup bersama lebih memungkinkan hidup damai.

Dalam masyarakat yang majemuk, teologi seperti ini dapat menyumbang banyak dengan mengajak orang menghargai perbedaan dan membuat orang peka akan cara-cara Tuhan hadir di tengah umat manusia. Teologi pe­naklukan malah bisa berakibat kekerasan dan permusuhan.

Salam hangat,
A. Gianto

Injil Hari Raya Pembaptisan Tuhan

Injil Minggu 13 Jan 2013 (Luk 3:15-16. 21-22)
Injil Hari Raya Pembaptisan Tuhan Tahun C

Rekan-rekan yang budiman!

Pada hari Minggu tgl. 13 Januari 2013 ini dibacakan kisah Yesus dibaptis menurut Injil Luk 3:15-16. 21-22. Makna peristiwa ini akan menjadi lebih jelas bila dibaca dengan latar kehidupan umat Perjanjian Lama, khususnya yang tercermin dalam bacaan pertama (Yes 40:1-5.9-11) dan kehidupan orang kristen awal yang bergema di dalam bacaan kedua (Tit 2:11-14; 3:4-7).

KEKUATAN ILAHI MENYERTAI UMATNYA

Pengalaman terpaksa tinggal di negeri Babilonia membuat umat Israel tidak lagi dapat membanggakan diri sebagai umat pilihan, apalagi sebagai bangsa yang jaya. Mereka menyadari betapa terpuruknya negeri mereka tanpa bisa berbuat banyak. Namun pengalaman itu juga memurnikan kepercayaan mereka. Perlahan-lahan muncul kesadaran bahwa Tuhan yang dulu memerdekakan mereka dari Mesir kini juga akan memimpin mereka keluar dari kesesakan batin. Yes 40:1-5 menyampaikan firman Tuhan yang menitahkan kekuatan-kekuatan ilahi untuk menghibur umat. Dalam ungkapan Ibraninya, firman Tuhan itu berbunyi "Ubahlah cara berpikir umat-Ku! Ya, ubahlah!". Kekuatan-kekuatan ilahi diminta agar membesarkan hati umat yang merasa terhukum itu dan menolong mereka sehingga dapat mulai meniti jalan ke kemerdekaan batin dan mengenali kembali betapa Tuhan masih tetap dekat. Dalam ayat 9-11 bahkan ada seruan kepada Sion/Yerusalem untuk menyampaikan kabar gembira tadi juga kepada semua penghuni Yehuda. Pada akhir ayat 11 muncul gambaran Tuhan sebagai gembala yang penuh perhatian dan menyayangi umat-Nya. Bacaan pertama ini mengajak orang agar mengambil haluan baru. Dan orang pasti mampu karena kekuatan-kekuatan ilahi sendiri menyertai mereka. Apa hubungan warta seperti ini dengan peristiwa Yesus dibaptis? Marilah kita dalami peristiwa ini.

YESUS DIBAPTIS

Injil Markus, Lukas dan Matius sama-sama memberitakan peristiwa Yesus dibaptis. Dalam Yoh 1:32-33 peristiwa itu dapat disimpulkan dari kata-kata Yohanes Pembaptis. Mari kita simak sejenak.

1. Kisah yang paling ringkas dan paling awal didapati dalam Injil Markus (Mrk 1:9-11) yang memuat tiga hal berikut: (i) Yesus dibaptis oleh Yohanes di Yordan, (ii) sewaktu keluar dari air ia melihat langit terbelah dan Roh turun kepadanya seperti burung merpati, maksudnya kekuatan surga yang dahsyat tampil dalam ujud yang lembut, (ii) saat itu juga ada suara dari langit mengatakan "Engkau anak-Ku yang terkasih, kepadamulah Aku berkenan". Dalam peristiwa ini diperkenalkan siapa Yesus itu kepada umat manusia. Dalam diri Yesus hadir kekuatan-kekuatan surgawi. Injil Matius dan Lukas menyampaikan kembali bahan Markus ini dan menerapkannya bagi pendengar mereka masing-masing.

2. Di samping mengutarakan kembali ketiga hal yang dilaporkan Markus tadi, Matius (Mat 3:13-17)  menambahkan percakapan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (ayat 14-15). Yohanes mengatakan ia sendirilah yang perlu dibaptis oleh Yesus. Tetapi Yesus menjawab semua ini terjadi untuk menggenapkan kehendak Allah. Percakapan ini dimaksud untuk menjernihkan pertanyaan apakah Yohanes lebih besar daripada Yesus. Hal serupa sebetulnya sudah diungkapkan dalam kata-kata Yohanes sebelumnya dalam Mat 3:11-12 (Mrk 1:7-8 Luk 3:15-17 bdk. Yoh 1:29-34), yakni bahwa yang akan datang itu lebih besar dari pada Yohanes sendiri.

3. Lukas (Luk 3:21-22) juga menceritakan kembali ketiga hal yang disampaikan Markus tetapi juga menambahkan bahwa Yesus dibaptis setelah semua orang lain menerima baptisan. Dengan ini Lukas hendak menanggapi persoalan di kalangan umatnya yang bertanya-tanya apakah Yesus sama seperti orang-orang yang datang minta dibaptis. Dengan mengatakan peristiwa itu terjadi setelah orang-orang lain dibaptis, Lukas hendak menyarankan bahwa baptisan Yesus lain. Kedatangan Roh dan terdengarnya sabda ilahi membuat peristiwa ini berbeda. Selain itu Lukas juga menyebutkan bahwa Yesus sedang berdoa ketika langit terbuka.

Dalam generasi selanjutnya pertanyaan yang dihadapi Matius dan Lukas itu tidak lagi hangat dan orang mulai melihat baptisan Yesus sebagai ungkapan rasa sepenanggungan dengan orang-orang yang hati nuraninya tersentuh oleh ajakan Yohanes Pembaptis. Lebih tajam lagi, orang mulai paham bahwa kini Tuhan sendiri datang menyertai umat-Nya dengan kekuatan-kekuatannya, seperti diserukan dalam Yes 40:1-5 tadi.

Konteks kisah Yesus dibaptis ini ialah ajakan Yohanes Pemandi kepada orang banyak untuk bertobat, untuk berganti haluan hidup, sehingga mendapat penghapusan dosa. Penghapusan dosa di sini berarti memperoleh kembali kemerdekaan batin yang bakal membuat orang bisa berbesar hati. Banyak orang yang mengikuti seruan Yohanes itu. Suatu saat datang pula Yesus dan ikut dibaptis. Dalam peristiwa itu langit terbelah, Roh Kudus turun, dan terdengar sabda ilahi mengatakan Yesus itu putra terkasih, ia mendapat perkenan dari atas. Bila dibaca dalam konteks peristiwa pembaptisan orang banyak, peristiwa pembaptisan Yesus ini memperlihatkan datangnya kekuatan-kekuatan ilahi bersama sang putra terkasih untuk menyertai perjalanan umat yang telah menyatakan kesediaan untuk berganti haluan tadi. Inilah yang dimaksud dengan "agar kehendak Allah digenapkan" (Mat 3:15). Yesus ini orang yang sedemikian dekat dengan kehadiran ilahi sendiri sehingga menurut kata-kata Markus, "Ia melihat" langit terbuka dan Roh Allah turun.

"SEDANG BERDOA"

Lukas mengatakan semua ini terjadi ketika Yesus "sedang berdoa" (Luk 3:21), artinya, ketika ia membiarkan kekuatan-kekuatan ilahi datang merasuki kehidupannya. Bila kita dapat bertanya kepada Yesus apa ia betul-betul melihat dengan mata kepala sendiri bahwa langit terbuka seperti dilaporkan Markus dan Matius, amat boleh jadi ia akan tersenyum penuh pengertian dan mengajak kita mendengarkan Lukas. Di situ "melihat" diungkapkan kembali oleh Lukas sebagai "berdoa". Dan terbelahnya langit, turunnya Roh, dan terdengarnya suara dari langit semuanya ditaruh dalam rangka "berdoa" tadi. Bagi Lukas berdoa menjadi indra rohani yang memungkinkan orang mencerap hal-hal yang tak kasat mata yang datang dari dunia ilahi.

DIBAPTIS MENJADI PENGIKUT KRISTUS

Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia membaptis dengan air, sedangkan yang akan datang nanti akan membaptis dengan Roh dan api. Air membersihkan. Tetapi air hanya membersihkan bagian luar, air menandai. Bukan mengubah seluruhnya. Api memurnikan luar dalam. Api dapat mengubah secara utuh. Ini bahasa kiasan. Namun bahasa seperti ini menolong kita mengerti dan membicarakan hal-hal yang dengan cara lain sulit dipahami, apalagi dikomunikasikan.  Baptisan dengan Roh artinya baptisan yang memberi kekuatan menempuh hidup baru yang diniatkan orang dipermandikan.

Pada zaman Yesus baptisan yang dikenal ialah baptisan Yohanes Pembaptis. Baptisan yang diumumkan Yohanes ini sebetulnya bukan barang baru lagi pada waktu itu. Para petapa di Qumran sudah menjalankannya. Juga kelompok-kelompok orang saleh waktu itu menyatakan niat pembaharuan hidup mereka dengan baptisan. Nanti bila Yesus membaptis, ia tentunya juga membaptis orang seperti Yohanes seperti dapat disimpulkan dari Yoh 3:22-23. Dan sewaktu masih ada bersama Yesus, murid-muridnya pun membaptis (lihat Yoh 4:2), tentunya menurut baptisan Yohanes juga. Baru setelah peristiwa kebangkitan, baptisan di kalangan pengikut Yesus menjadi lebih khas. Ini tercermin dalam ajakan agar murid-murid membaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19). Dalam tradisi Kisah Para Rasul, baptisan dijalankan dalam nama Yesus (Kis 8:16; 10:48; 19:5) dalam arti orang menggabungkan diri dengan pengikut-pengikut Yesus. Karena Yesus tidak lagi ada bersama mereka secara fisik, maka baptisan ini disebut baptisan dalam Rohnya, yakni Roh Kudus (Kis 1:5; 11:16) yang membawakan hidup baru. Paulus menjelaskan bahwa menjadi pengikut Kristus dengan ikut dibaptis karena tindakan ini melambangkan keikutsertaan di dalam penderitaan, kematian, dan kebangkitannya. Dalam surat kepada Titus yang dibacakan hari ini (khususnya Tit 3:5) Paulus menegaskan bahwa dibaptis berarti lahir kembali, mendapat pembaharuan hidup dalam Kristus.

Salam hangat,
A. Gianto

Injil Hari Raya Penampakan Tuhan 6 Jan 2013

Epifani 6 Jan 2013

Rekan-rekan yang baik!

Mat 2:1-12 dibacakan pada Hari Raya Penampakan Tuhan yang juga biasa disebut
Hari Raya Epifania. Dikisahkan kedatangan orang-orang bijak dari jauh untuk
menyatakan penghormatan mereka kepada raja yang baru dilahirkan. Siapakah
mereka ini? Dahulu kala, di wilayah Babilonia dan Persia (Irak & Iran utara)
ada orang-orang bijak yang mahir dalam ilmu perbintangan. Mereka biasanya
juga berperan sebagai ulama agama setempat. Matius menyebut mereka sebagai
"orang-orang majus". Dalam kisah ini mereka mewakili orang-orang bukan
Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati dia yang lahir di Betlehem
yang bakal menjadi pemimpin umat manusia. Kebijaksanaan para majus ini
membawa mereka ke sana. Para ulama Yahudi sendiri sebenarnya juga
mengetahuinya lewat nubuat Nabi Mikha (Mat 2:6, kutipan dari Mikha 5:1).

ORANG-ORANG BIJAK

TANYA: Cerita mengenai orang majus ini menarik. Dapatkah dikatakan bahwa
Tuhan berbicara kepada umat manusia tidak hanya lewat wahyu Alkitab saja?
Seperti di sini, lewat kebijaksanaan manusiawi juga?

JAWAB: Ya! Memang itulah yang diungkapkan Matius dengan kisah ini. Ia
menunjukkan bagaimana kebijaksanaan dapat juga menuntun orang mengenali
kehadiran Tuhan.

TANYA: Bila begitu, luas benar pandangan Matius.

JAWAB: Malah dengan kisah ini Matius juga bermaksud mengatakan bahwa Tuhan
justru berbicara kepada umat-Nya lewat orang-orang bukan dari kalangan itu
sendiri! Orang-orang di Yerusalem mendengar tentang kelahiran Yesus dari
orang-orang bijak itu. Setelah itu barulah mereka mulai sibuk mencari dalam
khazanah teks keramat mereka sendiri. Matius mau membangunkan orang
sekaumnya yang kurang mendalami tradisi keramat mereka sendiri.

TANYA: Wah, keberanian berpikir seperti Matius itu langka, juga pada zaman
ini. Orang biasanya merasa aman dengan apa-apa yang sudah biasa, yang dapat
diperhitungkan. Akan tetapi jalan Tuhan tidak terbatas. Apakah Matius juga
bermaksud agar orang-orang Yahudi sadar bahwa mereka bukan satu-satunya umat
yang diperhatikan Tuhan?

JAWAB: Beberapa bagian dalam Perjanjian Lama sebenarnya sudah mengatakan hal
ini walaupun caranya agak berbeda. Misalnya, Yes 60:1-6 (bacaan pertama pada
Hari Raya Penampakan Tuhan ini) menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi
akan berduyun-duyun ke Sion, yakni tempat Tuhan bertakhta, tempat Ia
menyinarkan terang-Nya (terutama ay. 3). Maksudnya, kini Tuhan bukan hanya
bagi orang Yahudi.

TANYA: Jadi juga cocok dengan yang diutarakan dalam bacaan kedua (Ef 3:6),
yaitu berkat "Injil" orang-orang bukan Yahudi dapat turut menikmati janji
Tuhan yang kini diberikan dalam ujud manusia, yaitu Yesus.

JAWAB: Benar. Dalam surat Efesus itu "Injil" ialah Kabar Gembira yang sama
bagi semua orang, berarti juga bagi orang bukan Yahudi dan orang-orang yang
bukan termasuk umat Perjanjian Lama.



MEMBAWA BINGKISAN

TANYA: Sering kita dengar  mengenai "Tiga Raja", Gaspar, Baltasar, dan
Melkhior. Tapi dalam Injil Matius ini jumlah serta nama-nama mereka kok juga
tidak disebutkan? Juga tidak dikatakan mereka itu raja.

JAWAB: Memang Matius hanya menyebut "orang-orang majus dari Timur" dan tiga
macam persembahan, yakni "emas, dupa, dan mur". Tiga persembahan itu
kemudian menumbuhkan gagasan adanya tiga orang. Bahwasanya mereka kemudian
dianggap raja boleh jadi didasarkan pada tradisi umat Yahudi sendiri seperti
ada dalam Mzm 72:10 ("Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa
persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba membawa upeti").
Nama-nama Gaspar, Baltasar, dan Melkhior itu dikenal di wilayah kekaisaran
Romawi sebelah Barat. Di wilayah lain nama mereka berlainan, juga jumlah
mereka berbeda-beda, dari dua hingga dua belas orang.

TANYA: Bisakah diterangkan sedikir mengenai persembahan yang dibawa para
majus itu?

JAWAB: Matius boleh jadi teringat akan Yes 60:6 ("... mereka semua akan
datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan
perbuatan masyhur Tuhan"). Dalam tradisi Gereja awal, emas dihubungkan
dengan kedudukan mulia Yesus sebagai raja, dupa dengan martabat ilahinya,
dan mur dengan wafatnya sebagai manusia nanti. (Mur dipakai dalam merawat
jenazah sebelum dikuburkan).

TANYA: Apa ada makna yang lebih dalam?

JAWAB: Persembahan itu menandai terjalinnya hubungan antara orang-orang yang
bukan dari kalangan Yahudi dengan pemimpin umat Tuhan yang baru lahir ini.
Iman dan berkatnya mengatasi ikatan-ikatan bangsa dan kedaerahan.

BERSUKA CITA

TANYA: Dapatkah dijelaskan perihal bintang yang dilihat para majus (Mat 2:2)
dan yang berhenti di tempat Yesus lahir (Mat 2:9)?

JAWAB: Pembaca akan teringat pada bintang yang disebutkan dalam Bil 24:17.
Balaam, seorang ahli nujum bangsa Aram, menubuatkan bahwa sebuah bintang
akan muncul dari keturunan Yakub. Selain itu, di kalangan Yahudi ada juga
nubuat mengenai kelahiran seorang pemimpin di Betlehem, seperti terdengar
dalam Mikha 5:1 dst. yang bahkan dikutip dalam Mat 2:6. Matius menerapkan
kedua nubuat tadi pada kelahiran Yesus.

TANYA: Masih mengenai bintang. Setelah mereka berangkat dari tempat Herodes,
para majus tadi melihat kembali bintang yang mereka lihat di Timur. Dan
dikatakan bahwa mereka "sangat bersuka cita" (Mat 2:10). Bagaimana
penjelasannya?

JAWAB: Mereka mengikuti petunjuk yang diungkapkan para ulama Yerusalem
kepada Herodes mengenai raja yang baru lahir itu. Herodes kemudian meminta
para majus agar mencarinya di Betlehem. Isyarat bintang yang mereka lihat di
Timur cocok dengan pemahaman para ulama di negeri yang mereka datangi.
Mereka bersuka cita karena mendapatkan jalan yang benar-benar akan membawa
mereka kepada dia yang mereka cari.

CARA TUHAN BERBICARA

Dalam Injil Lukas, orang-orang pertama yang menyadari makna peristiwa
kelahiran Yesus ialah para gembala (Injil Misa Fajar hari Natal.)  Dalam
Injil Matius, peran yang sama dijalankan orang-orang majus tadi. Baik para
gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan langsung dari langit
tetapi dengan "bahasa" yang sesuai dengan cara berpikir masing-masing.
Kepada para gembala, Tuhan berbicara lewat penampakan malaikat dan bala
tentara surgawi. Kepada para ulama yang ahli ilmu pengetahuan itu, Ia
berbicara lewat isyarat bintang dan pemikiran. Ia bahkan dapat berbicara
kepada mereka lewat orang yang memiliki niat yang kurang lurus seperti
Herodes yang meminta mereka agar ke Betlehem.

Baik para gembala maupun orang-orang majus itu sama-sama mencari dia yang
baru lahir. Mereka membuat orang-orang yang mereka jumpai tidak dapat
tinggal diam. Menurut Luk 2:18, orang-orang pada "keheranan" ketika
mendengar para gembala bercerita mengenai kata-kata malaikat mengenai anak
yang baru lahir itu. Dalam Mat 2:3, dikisahkan bahwa Herodes dan seluruh isi
Yerusalem "terkejut" ketika mendengar kata-kata para majus. Ironisnya,
mereka yang heran dan yang terkejut itu adalah orang-orang yang sebenarnya
sudah berada di dekat dengan dia yang baru lahir. Dalam Injil Lukas, mereka
itu sudah ada di tempat Maria baru saja melahirkan. Ahli-ahli Taurat di
Yerusalem dan Herodes yang disebut Matius sudah dekat dengan kelahiran Yesus
lewat kitab-kitab keramat mereka. Namun mereka tidak menginsafi apa yang
sedang terjadi di dekat mereka.

Seperti jelas dari Mat 2:5, para ulama di Yerusalem itu sebenarnya juga
dapat mengetahui peristiwa itu. Tetapi mereka tidak memahami maknanya. Juga
di antara orang-orang yang mendengar kata-kata para gembala, hanyalah Maria
sajalah yang berusaha mengerti. Disebutkan dalam Luk 2:18 bahwa Maria
"menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan memikir-mikirkannya."
Artinya, ia bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya.
Orang-orang lain tetap terheran-heran saja.

Nanti para majus diperingatkan "dalam mimpi" supaya jangan kembali ke
Herodes. Para majus kini sudah akrab dengan isyarat-isyarat dari atas.
Mereka kini sudah berada di pihak raja yang baru lahir. Karena itu mereka
juga menyadari muslihat Herodes yang ingin melacak di mana persisnya tokoh
yang dianggapnya bakal menjadi saingannya itu. Kebijaksanaan kini menuntun
para majus kembali ke negeri mereka. Mereka pulang membawa kegembiraan yang
akan mereka bagikan kepada orang-orang lain. Bagaimana dengan mereka yang
ada di Yerusalem, yaitu Herodes dan orang-orang seperti dia? Mereka akan
tetap "terkejut" dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka
kehilangan kepekaan akan cara-cara Tuhan berbicara kepada manusia, malah
menganggapnya sebagai ancaman!

IKUT BERGEMBIRA

Pada perayaan Hari Raya Penampakan Tuhan kita mensyukuri saat-saat Dia
membiarkan diri terlihat oleh orang-orang yang tidak atau belum melihat-Nya.
Dalam Mat 2:11, dikatakan bahwa para majus melihat Yesus bersama Maria dan
baru setelah itu mereka menyembahnya. Dia yang ilahi itu membiarkan diri
dipandangi oleh orang yang tidak biasa melihatnya. Dan bukan hanya dalam
panganan belaka melainkan ada bersama dengan manusia lain, bersama dengan
dia yang melahirkannya. Para majus bersuka cita karena dapat melihat Tuhan
sungguh ada di dalam kehidupan manusia. Dan sukacita seperti ini boleh juga
kita alami.


Salam hangat,
A. Gianto

Injil Hari Raya Keluarga Kudus 2012

Selamat Natal dan Tahun Baru.

Injil Minggu Dec 2012: Keluarga Kudus Tahun C (Luk 2:41-52)

BERADA DI BAIT ALLAH, DEMI DIA!

Injil bagi Pesta Keluarga Kudus kali ialah Luk 2:41-52. Dikisahkan bagaimana Yesus yang sudah berumur 12 tahun diajak orang tuanya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Ketika mereka kembali ke Nazaret, Yesus tertinggal. Mereka kembali ke Yerusalem mencarinya. Pada hari ketiga mereka menemukannya sedang duduk di tengah-tengah para ahli agama di Bait Allah.