Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Paskah VI A - 27 April 2008


Hello,

Injil dan bacaan pertama Minggu Paskah VI/A - 27 April 2008 (Yoh 14:1-14 Kis 8:5-8.14-17)
22 April 2008 13:41

SANG PENOLONG, ROH KEBENARAN DAN PARA MURID

Rekan-rekan yang budiman!
Bacaan Injil Minggu Paskah VI tahun A ini (Yoh 14:15-21) dipetik dari "wejangan-wejangan terakhir" Yesus yang terungkap dalam Injil Yohanes 14. Jenis tulisan seperti ini memuat ringkasan ajaran seorang guru rohani yang digambarkan sedang berkata-kata kepada para murid pada saat-saat terakhir. Minggu lalu telah dibacakan bagian pertama dari tulisan seperti itu (Yoh 14:1-14). Di sana Yesus membesarkan hati para murid. Mereka diajak tetap berteguh pada jalan yang benar yang memberi hidup. Keteguhan inilah yang menumbuhkan iman. Minggu ini dibacakan bagian kedua dari wejangan-wejangan itu. Gagasan pokoknya berkisar pada mengasihi. Memang keteguhan iman baru utuh bila ada kasih. Bacaan ini memberi pendalaman di seputar apa itu "kasih" dalam hubungan dengan keteguhan mempercayai Yesus tadi. Bagian ketiga dari wejangan-wejangan terakhir ini, yakni Yoh 14:22-29 (31), dibacakan pada Minggu Paskah VI tahun C. Akan dibicarakan pula kaitannya dengan bacaan pertama (Kis 8:5-8.14-17).

MENURUTI PERINTAH-PERINTAG

Awal dan akhir petikan ini berbicara mengenai "menuruti perintah-perintahku". Disebutkan dalam ay. 15, "Jikalau kamu mengasihi aku, kamu akan menuruti perintah-perintahku." Tentu saja kita akan bertanya perintah-perintah mana yang dimaksud. Sebelum melangkah lebih jauh, baiklah diteliti dulu pernyataan dalam ayat itu. Kalimat itu janganlah dimengerti sebagai "Kalau kalian betul-betul mengasihiku, maka mestinya kalian menaati perintah-perintahku." Seolah-olah kecintaan terhadap guru perlu dibuktikan dengan melakukan hal-hal yang diperintahkan. Memang gagasan ini memiliki nilai sendiri, tapi bukan itulah maksud kalimat dalam ay. 15. Kalimat ini justru menggarisbawahi kebalikannya. Ringkasnya, mengasihi Yesus itu bakal membuat orang dapat mengenal perintah-perintahnya dan menurutinya. Jadi, mengasihi sang guru menjadi jaminan agar dapat memperhatikan perintah-perintah sang guru. Begitulah pada ay. 21 nanti terungkap bahwa siapa saja yang memegang dan menuruti perintah-perintahnya, dia itulah yang juga nyata-nyata mengasihinya. Oleh karena itu, ia akan dikasihi Bapa dan Yesus sendiri.

Dalam ayat-ayat di atas "mengasihi" Yesus dipakai dalam arti mengakui kebesarannya dan meluangkan tempat bagi dia, setia kepadanya. Ini dari sisi murid. Dari sisi sang guru? Dikasihi oleh guru berarti menerima perlindungan darinya. Latar belakang ungkapan "mengasihi" ini ialah kehidupan umat Perjanjian Lama. Mereka dipilih, dikasihi, dilindungi, dipedulikan Allah, tapi sekaligus mereka diharapkan tetap setia dan memberi tempat padaNya..... Jadi mengasihi dalam pengertian itulah menjadi dasar bagi "menuruti perintah-perintah". Meskipun kata yang dipakai sama, ungkapan itu tidak hanya menunjuk kepada perintah yang pernah diucapkan sang guru. Oleh karena itu pembicaraannya tidak berpusat pada perintah saling mengasihi (Yoh 13:34 15:12). Patut dicamkan, kata "perintah" dalam kedua ayat ini bentuknya tunggal sedangkan dalam Yoh 14:15 dan 21 jamak.

Yang dimaksud dengan "perintah-perintah" di dalam petikan ini ialah kekuatan-kekuatan yang menggerakkan dari dalam dan muncul dari hubungan batin dengan sang guru sendiri. Demikianlah maka tindakan para murid tidak bersumber dari diri dan kemauan mereka sendiri. Tindakan mereka dijiwai oleh kehadiran guru mereka dalam diri mereka. Orang banyak akan melihat bahwa perilaku serta tindakan-tindakan para murid Yesus menghadirkan kembali Yesus sendiri. Hidup mereka seakan-akan menyuratkan perintah dari atas yang dapat dibaca orang banyak. Dalam hal ini hidup mereka menjadi kesaksian. Tapi sebagai kesaksian, tidak selalu berhasil. Bahkan bisa jadi mereka sendiri kehilangan kepekaan akan "perintah-perintah" tadi dan berubah jadi orang yang tidak lagi bisa dikatakan murid, atau orang yang tidak lagi berhubungan dengan Yang Ilahi.

SANG PENOLONG DAN DAYA-DAYA BATIN

Dalam ay. 16 disebutkan Yesus akan minta kepada Bapa agar memberi Penolong yang lain yang menyertai murid-murid selamanya. Dalam bahasa Yunani Injil Yohanes, Penolong itu disebut "parakleetos", yakni dia yang selalu siap dipanggil datang membantu, memberi uluran tangan di saat-saat gelap, menuntun di jalan yang licin. Dialah yang akan dikirim dari atas sana menyertai murid-murid. Ia akan menunjukkan jalan ke pegangan yang sesungguhnya, yang bisa dipercaya, yang bukan tipuan dan mencelakakan. Maka ia disebut Roh Kebenaran. Jadi para murid boleh merasa aman? Ya.

Bagaimana kehadiran Roh Kebenaran dapat dirasakan? Bagaimana Penolong itu bertindak? Tentu dalam diri murid-murid sendiri, dalam batin mereka, dalam ujud kepekaan hati nurani mereka. Di situlah mereka membedakan yang benar dari yang keliru. Jadi semacam "discernment" yang membeda-bedakan pelbagai gerakan dalam batin. Dalam bahasa Injil Yohanes hari ini, gerakan-gerakan batin yang datang dari atas sana itu disebut "perintah-perintah". Jelas mengikat dan membawa orang bertindak. Sekali lagi perlu diingat bahwa dasarnya ialah "bila kalian mengasihi aku". Tanpa ini, gerakan-gerakan itu malah akan mengacaukan dan membuat hidup rohani mandul. Perintah-perintah yang datangnya bukan dari sana akan mengurangi kemerdekaan batin, dan bisa-bisa malah mencekik.

PENGUTUSAN DAN PERUTUSAN KE "DUNIA"

Dalam Yoh 14:17 dikatakan bahwa "dunia" tidak dapat menerima Roh Kebenaran karena tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Ditegaskan selanjutnya bahwa para murid mengenal Dia sebab ia menyertai mereka dan akan tinggal di dalam diri mereka. Ayat ini sarat dengan muatan rohani.

Pertama-tama hendak disoroti bahwa menjadi murid Yesus itu berarti hidup mewaspadai gerak gerik kekuatan-kekuatan jahat, yakni "dunia". Dalam Injil Yohanes kata "dunia" (kosmos) dipakai dalam arti seperti itu. (Di dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya kata itu memiliki arti netral, yakni tempat manusia hidup.) Bagi Yohanes, tempat manusia hidup itu, dunia, sudah dikuasai kegelapan. Dunia tidak mengenal Sang Sabda lagi walaupun tadinya diciptakan olehNya. Jadi dunia menyangkal asal usulnya sendiri dan dengan demikian mengubah diri menjadi tempat kegelapan, bukan tempat terang yang diciptakan oleh Sabda pada hari pertama itu. Karena itulah dalam Yoh 14:17 dikatakan, dunia tidak bisa menerima Roh Kebenaran. Dunia seperti itu tidak memiliki kepekaan akan kehadiranNya. Lebih buruk lagi, dunia tidak mengenali lagi asal usulnya sendiri. Ini penderitaan terbesar. Akan tetapi, rupa-rupanya dunia yang demikian ini bahkan tidak tahu bahwa  menderita kehilangan persepsi dari mana datang dan ke mana berjalan.

Semua ini disodorkan kepada murid bukan untuk mengecam dunia dan menghukumnya, melainkan agar mengasihaninya dan mencarikan jalan bagi yang masih ada dalam kegelapan. Murid-murid akan dikuatkan oleh dampingan Roh Kebenaran dan bimbingan sang Penolong sendiri. Jadi pengetahuan bahwa sang Penolong akan datang bukan untuk ditimang-timang belaka dan dijadikan jaminan rasa aman bagi diri sendiri, melainkan agar diamalkan agar dunia memperoleh terang. Jadi ada pengutusan dan perutusan yang besar bagi para murid. (Pengutusan = perihal mengutus; perutusan = bersangkutan dengan pengalaman diutus.)

Dalam cara berpikir Yohanes, para murid itu menjadi tempat Roh Kebenaran tinggal. Sekali lagi, gambaran ini membuat murid-murid berani menolong orang-orang yang terancam kekuatan-kekuatan gelap "dunia" yang menolak kehadiran ilahi tadi.

PENERAPAN BAGI GEREJA

Bila "Pesan-pesan terakhir" Yesus yang disampaikan Yohanes itu berisikan pengutusan dan perutusan sebesar itu, bagaimana penerapannya bagi orang biasa yang hidup di zaman ini? Kan sudah lama kita sadar wahana kehidupan kita tidak intrinsik buruk, malah jadi kalangan yang bisa makin memanusiakan - eh - mensosialisasikan Gereja, kalau kata itu belum terlalu menggelembung kena inflasi di Indonesia. (Atau malah sudah gembos?)

Peneliti teks dan pengintip makna seperti saya tidak bisa bicara mengenai kenyataan sehari-hari seperti orang lapangan. Namun demikian saya melihat pengutusan dan perutusan murid-murid bukan sebagai panggilan agar menjauhi dunia, seburuk apapun, melainkan untuk mencarinya dan mengajaknya bicara. Lambat laun nanti dunia yang macam apapun itu akan mulai samar-samar mendengar suara Penolong yang tinggal dalam diri murid-murid atau siapa saja yang merasa jadi murid Yesus. Banyak dari mereka saya lihat jadi pendidik, entah di ruang kelas atau di masyarakat. Pendidik seperti ini bahkan akan belajar banyak dari keanekaragaman masyarakat yang diterjuni. Dan dalam dialog seperti itu akan tercipta keadaan yang baru yang dapat menjadi alternatif "dunia" lama yang dikacau kegelapan. Gereja akan mengubah diri menjadi kumpulan orang yang bisa berbicara dengan kekuatan-kekuatan segelap apapun dan mengajaknya berjalan ke terang.

KAITAN DENGAN BACAAN PERTAMA

Bacaan pertama (Kis 8:5-8.14-17) boleh dipandang sebagai sebuah gambaran pemenuhan janji yang disampaikan Yesus kepada para muridnya dalam petikan Injil Yohanes di atas. Datangnya kekuatan penolong dalam kehidupan itu bukan terbatas pada generasi para rasul, melainkan kepada para pengikut mereka pula. Dikisahkan dalam petikan Kisah Para Rasul ini bagaimana Filipus mewartakan Mesias di Samaria, Filipus ini tokoh yang telah disapa dan diajak Yesus mengikutinya dan karena itu ia dapat melantarkan orang lain kepada Yesus (lihat Yoh 1:43-47; 12:21-22). Orang-orang Samaria menyaksikan bagaimana Filipus mengerjakan tanda-tanda hebat, mengeluarkan roh jahat, serta menyembuhkan orang lumpuh dan timpang. Di tempat itulah orang-orang tadi menerima baptisan atas nama Tuhan Yesus. Ketika mendengar terbentuk komunitas pengikut Yesus di tempat itu, para rasul mengutus Petrus dan Yohanes ke sana untuk mendoakan agar Roh Kudus turun ke atas mereka. Kedua rasul itu pun menumpangkan tangan ke atas orang-orang Samaria itu. Begitulah mereka dapat berbagi kehadiran Roh ada dalam diri para rasul. Kehadiran "penolong" dan "roh kebenaran" yang disebut dalam petikan Injil Yohanes tadi kini mulai menjadi kenyataan dalam komunitas orang beriman. Gereja dapat diharapkan dapat menjadi penerus iman komunitas pertama ini.

Satu catatan lagi. Bila kita ikuti cara berpikir Injil dan bacaan pertama tadi, maka hubungan dengan roh kebenaran itu terjadi bukan dengan mengukuhi kebenaran atau mempersaksikan diri memegang kebenaran. Ini malah sering berakhir dengan silang pendapat. Yohanes berbicara mengenai mengasihi kebenaran, artinya membiarkan diri dengan ikhlas dirasuki kebenaran. Murid yang sampai pada taraf ini akan menikmati hadirnya sang Penolong dan memperoleh hikmat dari Roh Kebenaran. Begitu pula dalam bacaan pertama, kehadiran Roh Kudus dalam diri para rasul justru menjadi kenyataan bila dapat dibagikan kepada kaum beriman yang lain. Namun sekali lagi, berbagi kekuatan Roh ini terjadi karena kedua rasul tadi diutus kumpulan para rasul untuk itu, bukan karena mereka pergi ke mana begitu saja membagi-bagikan roh! Bukan prakarsa perorangan, melainkan pengutusan dan perutusan dalam kebersamaan.

Salam hangat,
A. Gianto

--



No comments:

Post a Comment