Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam C - 21 November 2010

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam 21 November 2010 (Luk 23:35-43)

RAJA MACAM APA DIA ITU?

Rekan-rekan peminat Injil!
Pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam 25 November 2007 ini untuk
penghabisan kalinya Injil Minggu diambil dari "Injil menurut Lukas". Romo
kalian yang menulis ulasan mingguan meminta saya membicarakannya di sini.
Ringkasnya, Luk 23:35-43, mengisahkan bagaimana Yesus yang bergantung di
salib diolok-olok tiga macam orang, yakni pertama para pemimpin (ayat 35),
lalu para serdadu (ayat 36), dan akhirnya bahkan salah seorang penjahat yang
ikut disalibkan bersama dia (ayat 39). Cemoohan mereka intinya begini: kalau
memang benar dipilih Allah jadi "Mesias", "Raja", dan "Kristus", coba
selamatkan diri sendiri dulu! Maksudnya, apa dasar klaim sebesar seperti
itu!

CEMOOH DAN GODAAN

Kalian masih ingat kan, peristiwa itu juga pernah disampaikan oleh Mark (Mrk
15:29-32) yang jadi sumber Matt (Mat 27:39-44). Tapi dua rekan kita itu
hanya menyebut hujatan dari dua kelompok orang, yakni mereka yang lewat
dekat tempat itu dan para imam kepala bersama ahli Taurat. Sumber khusus
saya memuat cercaan yang diucapkan seorang dari dua penjahat yang disalibkan
bersama Yesus. Juga saya temukan catatan berharga mengenai penjahat lain
yang menegur kawannya yang menghina Yesus tadi. Katanya, apa tak takut
kepada Yang Mahakuasa? Kita memang pantas dihukum, tapi orang ini -
maksudnya Yesus - tak bersalah (ayat 40-41). Kemudian ia malah minta Yesus
mengingatnya apabila nanti datang sebagai Raja (ayat  42). Dan Yesus pun
berjanji, hari itu juga orang itu akan ada bersama dia di dalam Firdaus
(ayat 43).

Ketiga macam orang tadi sesungguhnya tidak mau percaya bahwa Yesus datang
untuk menyelamatkan dan melepaskan manusia dari marabahaya sehingga bisa
terus hidup sampai akhir perjalanan. Dengan begitu mereka menyangkal semua
upaya penyelamatan yang dilakukan Yesus sepanjang hidupnya: menyembuhkan,
memberitakan Kerajaan Allah, mengusir setan, mengajar tentang Bapanya,
memilih murid-murid untuk meneruskan kegiatannya. Tetapi Yesus tidak
menuruti godaan untuk turun dari salib menyelamatkan diri. Sama seperti di
padang gurun dulu, ia tidak membiarkan godaan menyeretnya ke tempat lain
(Luk 4:1-13). Dari mana dia punya kekuatan bertahan ini? Saya kira karena ia
sadar bahwa tujuan perjalanannya ialah mencarikan keselamatan bagi orang
lain, bukan bagi diri sendiri. Juga sudah terlalu banyak orang yang
mengikutinya, kan tidak fair bila tinggal gelanggang. Dan siapa yang akan
menanggung orang yang disalibkan di sampingnya yang sedemikian mempercayakan
diri kepadanya itu? Ah, tak satu domba pun akan ditinggalkan di jalan
kehancuran, tak satu mata uang yang terselip pun akan dilupakan, setakpantas
apapun anak yang kembali akan menggembirakan (Luk 15:1-32). Tapi siapa yang
akan mengurus mereka kalau ia berhenti? Para pemangsa yang tak kelihatan
sudah siap di sekitar, dan mereka semakin menjadi-jadi. Yesus itu lifeline
dari atas sana bagi manusia yang terancam. Kalau putus bagaimana?

NOBLESSE OBLIGE

Harapan, kecemasan, dan penderitaan manusia,  itulah yang membuat Yesus maju
terus. Penderitaan tidak hanya menyakitkan tapi bisa menebalkan integritas
siapa saja yang menaruh diri menjadi sesama bagi yang menderita (bdk. Luk
10:25-37 tentang orang Samaria yang jadi sesama bagi orang yang malang).
Jalan terus sampai akhir,  itulah mahkota menjadi sesama bagi manusia. Ia
itu Raja yang tak membiarkan orang sendirian di tengah bahaya. Tindakan
Yesus itu pernyataan teologis yang amat berani: Tuhan dimuliakan karena
peduli dan berhasil jadi sesama bagi manusia! Inkarnasi bukanlah Yang Ilahi
"nitis" dalam diri manusia pilihan, melainkan menjadi orang yang mengerti
kelemahan manusia, yang peduli akan keadaan manusia.

Di antara orang-orang yang melihat kejadian di Golgota itu tentunya ada juga
yang ikut mengelu-elukannya sebagai raja ketika datang memasuki Yerusalem
(Luk 19:28-38 Mat 21:1-11 Mrk 11:1-10 Yoh 12:12). Matt bicara mengenai
orang-orang bijak tahu bahwa seorang raja baru lahir dan mau menyatakan
hormat kepadanya (Mat 2:2 dan 11). Itu kebahagiaan orang yang bijak. Namun
kehadirannya langsung menjadi ancaman bagi orang yang lalim - Herodes. Kini
di Golgota ia dikitari kelaliman yang sampai tiga kali menguaknya. Dan orang
banyak melihat semua itu. Tetapi mereka belum siap mengambil sikap.

Satu-satunya tokoh yang berbicara, baik dengan pencemooh maupun dengan
Yesus, ialah penjahat yang sadar tadi. Begitulah ia bisa menjadi tuntunan
suara hati orang. Tidak ikut-ikutan. Bahkan ia menegur kawannya. Ia mengakui
patut dihukum. Kemudian ia minta kepada Yesus, agar mengingatnya nanti bila
datang sebagai Raja. Orang itu sudah bisa berdamai dengan diri sendiri.
Karena itu ia juga bisa melihat dan mengakui siapa sebenarnya Yesus itu.
Para pemimpin tak bisa, juga para serdadu tak mampu. Mereka belum dapat
berekonsiliasi dengan diri sendiri. Apalagi penjahat yang ikut-ikutan
mengumpat tadi. Ia tak bisa menerima dirinya sendiri, maka tidak melihat
siapa yang ada di sampingnya itu. Omong-omong, menurut Oom Hans, Pilatus
mendengar dari Yesus sendiri penjelasan mengenai kedudukannya sebagai Raja,
tetapi ia tidak menangkap (Yoh 18:33-38a). Mungkin itu cara Oom Hans
menyampaikan bahwa untuk memahami Yesus sang Raja orang perlu bimbingan dari
kebenaran sendiri. Tapi ah, Oom kita itu orang mistik. Saya menempuh jalan
lain. Saya mau bilang, sejahat-jahatnya orang, kalau sudah bisa berdamai
dengan diri sendiri, akan menemukan kebenaran. Karena itulah saya anggap
penting memasukkan perkara itu dalam tulisan saya.

Jawaban Yesus (ayat 43) itu saya dapati dalam himpunan perkataannya yang
beredar pada waktu saya mulai menulis. Dag-dig-dug, rasanya ia sedang
berbicara kepada saya juga meskipun saya belum sepasrah orang yang
disalibkan di samping Yesus itu. Kata pembimbing rohani, masih ada beban
yang perlu dibenahi dulu. Tetapi kata-kata Yesus itu menyapa terus dan
serasa ada daya luarbiasa yang mendorong menuliskan semuanya sampai plong.
Berada kembali di Firdaus! Byaar! Seperti ketika manusia diciptakan dalam
gambar dan rupa Pencipta sendiri (Kej 1:26-27). Pernah dengar cerita orang
bijak mengenai Yang Mahakuasa ketika mengusir manusia dari Firdaus karena
melanggar perintahnya (Kej 3:23)? Sebelum mengeluarkan mereka, ia membuatkan
mereka pakaian dan mengenakannya sendiri pada mereka (Kej 3:21). Kiranya ini
caraNya mengatakan bahwa Ia tidak membenci manusia walau mereka dikenaiNya
hukuman. Ia menunggu mereka selesai menjalani hukuman dan kembali ke
Firdaus. Diam-diam Ia tetap menyertai manusia dalam ujud suara hati yang
bisa didengarkan dan yang menuntun di jalan setapak kembali ke Firdaus lewat
jalan lain yang tidak dihadang penjaga berpedang api. Ini bukan hasil
anganan. Lihat yang terjadi di Golgota! Apa yang dilakukan suara hati si
terhukum yang berdamai dengan diri sendiri itu? Si terhukum itu menemukan
jalan kembali ke Firdaus, dan bukan sendirian, melainkan bersama dengan Yang
Punya Kuasa - dengan Raja itu! Yang Mahakuasa itu punya seribu satu cara
menggapai manusia yang kehilangan arah. Dan taruh kata manusia putus asa,
menyerah dan Tuhan sendiri sudah hendak mutung kehabisan akal, masih ada
"pengurus kebun" yang tak takut memintakan kelonggaran. Perumpamaan ini
pernah saya sampaikan dalam Luk 13:1-9. Kalian yang mendampingi orang
percaya akan mendapat kekuatan luar biasa bila belajar dari ketekunan serta
keberanian pengurus kebun itu.

INRI

Mungkin ada yang ingin tahu tentang tulisan di kayu salib yang disuruh
pasang oleh Pilatus. Memang dari kami berempat hanya Oom Hans sajalah yang
pernah melihatnya sendiri. Tapi karena bukunya baru terbit lama sesudah kami
bertiga selesai menulis, kesaksiannya tidak sempat kami kutip. Ia mencatat
begini (Yoh 19:19) "Yesus orang Nazaret, raja orang Yahudi" yang katanya
"...ditulis dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani" (ayat 20). Latinnya
sering kalian lihat: "Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum", disingkat jadi INRI.
Sumber Mark hanya memuat "Raja orang Yahudi" (Mrk 15:26). Tapi Mark juga
menegaskan, Yesus disalibkan karena ia Raja orang Yahudi. Matt mengikuti
Mark dan membuat kalimatnya lebih terang dengan menyebut nama Yesus: "Inilah
Yesus, raja orang Yahudi" (Mat 27:37). Semaksud dengan mereka, saya
menyampaikannya sebagai "Inilah raja orang Yahudi" (Luk 23:38). Catatan kami
bertiga pada dasarnya cocok dengan yang dilihat dan diingat oleh Oom Hans.
Jadi kami berempat melaporkan bahwa tulisan yang disuruh pasang oleh Pilatus
itu menandai siapa yang disalib di situ, yakni raja orang Yahudi, dan itulah
alasannya ia disalibkan. Tulisan itu bukan dimaksud untuk menghina orang
Yahudi, bukan pula untuk melecehkan Yesus seperti disangka beberapa
penafsir. Pilatus tak butuh mengolok-olok. Ia mau menandaskan bahwa ia punya
wewenang mensahkan hukuman bagi raja orang Yahudi, bukan orang yang
diaku-akukan demikian. Pilatus tetap pada putusannya itu ketika imam-imam
kepala Yahudi, seperti diingat Oom Hans, sia-sia mendesak agar rumusan
tulisan itu diubah menjadi "Ia mengatakan: Akulah Raja orang Yahudi" (Yoh
19:21). Pilatus tegas,  "Yang sudah kutulis tetap tertulis!"

MINTA DIRI

Rekan-rekan yang baik, dengan tulisan ini saya juga ingin minta pamit.
Setahun genap saya bertamu di ruang Alkitab kalian. Tahun ini menyenangkan,
antara lain karena sering diundang ke Roma. Teringat kembali tahun-tahun
menunggui Paul keluar masuk bui kena perkara politik, juga sampai saat-saat
terakhir hidupnya. Apartemen saya dahulu bagian rumah Linus yang pernah
dipakai Simon Petrus bersama asistennya, Mark, yang pindah ke Roma dari
Yerusalem. Sepeninggal Simon Petrus, Mark membuat diktat ringkas yang
beredar awal tahun 70-an di kalangan mereka yang penasaran ingin kenal siapa
Yesus.  Dalam jangka 10 tahun setelah itu bermunculan beberapa bahan lain.
Oleh karena itu saya membuat survei baru, menganalisisnya dengan teliti,
lalu mengolahnya menjadi narasi supaya gampang ditangkap, sambil tetap
memanfaatkan teks Mark yang cekak aos itu. Garis besarnya sudah saya
singgung dalam surat perkenalan beberapa waktu yang lalu. Beberapa tahun
sebelum saya, hal serupa dikerjakan pula oleh Matt. Tapi ia lebih banyak
menyusun kembali catatan Mark serta meluaskannya, biasanya dengan
menyertakan bahan-bahan baru sambil menunjukkan hubungannya dengan Kitab
Suci orang Yahudi. Gus akan menjelaskan selebihnya nanti. Hari-hari ini ia
pergi ke Italia utara dan katanya akan ikut pertemuan di Venezia sambil
tengok Mark di sana dan pulangnya mau mampir Padua menziarahi ke relikui
saya! Kata orang, saya ada juga di Praha. Malah tanpa mengajak bicara saya
sendiri, satu tim ahli kedokteran, sejarah, dan teolog (!) memutuskan bahwa
berdasarkan penelitian dari th. 1998 hingga awal th. 2004,  kepala yang ada
di Praha itu cocok bila dipasangkan di badan yang ada di Padua dan
diperkirakan berasal individu yang sama, namanya "Loukas" seperti tertera di
petinya, usia sekitar 84 tahun, jarang sakit kecuali encok tulang punggung
di usia tua. Siapa itu ya? Jangan-jangan memang saya! Tapi mengapa mereka
samasekali tidak bicara mengenai Luculius, kawan setia yang selalu digambar
bersama saya?

Luculius itu lembu yang bertahun-tahun menarik gerobak saya. Dia pensiun
ketika tidak kuat lagi naik tanjakan dan mesti didorong beramai-ramai
bersama anak-anak di jalanan. Sehabis ngos-ngosan begitu, kami istirahat dan
anak-anak itu minta upah diceritain tentang zaman dulu. Sebagian dari
cerita-cerita itu kemudian jadi Kisah Para Rasul. Anak-anak itu senang
dengar Paulus menang sihir-sihiran melawan Elimas dan malah bisa
membutakannya (Kis 13:6-12), mereka menikmati cerita mengenai tujuh dukun
mogol yang dihajar dan ditelanjangi orang kerasukan setan (19:13-20), dan
terharu oleh kisah tentang Eutikhus, remaja yang jatuh dari lantai ketiga
karena tertidur sewaktu Paulus berkhotbah, tapi syukur Paulus
menghidupkannya kembali (20:7-12). Luculius tua kemudian lebih suka duduk
seharian memamah biak dan menemani saya menulis. Ada yang tanya apa Luculius
membisiki tentang orok yang terbungkus kain lampin dan dibaringkan di
palungan (Luk 2:7) milik turun temurun keluarganya! Agak berlebihan juga
fantasi beberapa pelukis bahwa Luculius punya sayap dan dulu suka
menerbangkan saya pulang pergi Roma-Yerusalem riset buat jilid satu saya.
Ah, Luculius, lembu tuaku itu! Selama saya bepergian, ia tinggal bersama
anak cucunya di ranch milik sponsor kami, Sir Theophilus, yang mengira di
Roma sini saya naik kodok sampai Luculius terpingkal-pingkal.

Rekan saya Matt sudah berjanji menyertai kalian mulai Adven nanti. Ia itu
kayak guru kalau menjelaskan, serba teratur, terencana jauh-jauh. Pasti ia
akan tuntas mengutarakan hal-hal yang belum sempat saya jelaskan.
Mudah-mudahan Gus masih bisa membantu. Dan kalian akan tetap saya ingat
dalam pembicaraan dengan Oom Hans, Oma Miryam, dan Mbak-mbak Martha dan
Maria serta kawan-kawan lain. Mudah-mudahan bagi kalian kami juga bukan
hanya serangkaian huruf yang tercetak dalam Alkitab.

Selamat tinggal,
Luc

No comments:

Post a Comment