Hello,
Injil Minggu 23 November 2008: Hari Raya Kristus Raja (Mat 25:31-46)
19 November 2008 06:00
MENGAPA IA DISEBUT RAJA?
Rekan-rekan yang baik!
Digambarkan dalam Mat 25:31-46 bagaimana pada akhir zaman nanti Anak Manusia
akan datang sebagai raja yang bakal "menghakimi semua bangsa". Diutarakan di
sana bahwa pahala akan diterima oleh mereka yang berbuat baik kepadanya ketika
ia lapar, haus, tak ada kenalan, telanjang, sakit, bahkan dipenjara. Mereka
yang tak punya kepedulian akan tersingkir. Mereka tidak menyadari bahwa
perlakuan kepada salah satu dari saudaranya yang paling hina sama dengan
perbuatan terhadapnya sendiri. Bagaimana memahami ajaran Injil yang dibacakan
pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam tahun A ini? Beberapa hal saya sudah
bicarakan dengan Matt sendiri. Karena akan berguna bagi rekan-rekan, berikut
ini saya kutipkan balasannya. Ia juga ada pesan khusus pada akhir suratnya.
Semoga bermanfaat,
A. Gianto.
=======================================
[...] Gus, pengajaran Yesus ini kutemukan dalam sumber yang tidak dikenal Mark
maupun Luc. Juga Oom Hans tidak menyebutnya. Bahan itu kemudian kutaruh bersama
dengan beberapa pembicaraan lain mengenai akhir zaman dalam bab 24-25 dengan
penyesuaian di sana sini. Juga kusisipkan perumpamaan Anak Manusia memisahkan
bangsa-bangsa ibarat "gembala memisahkan domba dari kambing" (Mat 25:32). Yang
dimaksud di sini, penghakiman itu tidak terjadi dengan semena-mena. Ia mengenal
mereka sebagai gembala mengenal kawanannya satu per satu. Ia tahu siapa yang
membiarkan diri diberkati. Seperti domba-domba, mereka ini akan diberinya
tempat aman di sebelah kanannya. Tetapi yang menyukai kekerasan - seperti
kambing - akan dijauhkannya.
BILA DIA DATANG DALAM KEMULIAANNYA
Apakah ini ramalan? Sama sekali bukan bila yang dimaksud ialah "pengetahuan
gaib tentang masa depan". Yang hendak disoroti ialah keadaan yang sedang
berlangsung kini. Begini, kita biasa memahami masa sekarang sebagai kelanjutan
dan akibat peristiwa-peristiwa di masa lampau. Nah, dalam petikan ini semuanya
digeser ke depan dan dengan demikian dapat menjadi pengarahan dan harapan.
Keadaan sekarang ini dibayangkan sebagai "masa lampaunya" kejadian "kelak".
Namun pengertian kami mengenai jalannya sejarah tidak seperti mesin, bila
begini pasti begitu. Kami justru melihat adanya unsur pokok yang tidak dikuasai
hukum-hukum perjalanan waktu, yakni kehadiran Yang Ilahi. KehadiranNya bisa
memberi arah baru pada sejarah kemanusiaan dengan cara-cara yang tidak kita
duga sama sekali. Baru kita sadari setelah terjadi. Dan yang kalian dengarkan
hari ini ada dalam arah itu. Kehadiran Yang Ilahi itu dibicarakan dengan
memakai gagasan tampilnya "Anak Manusia" dalam kemuliaannya tapi yang tidak
langsung dikenali. Orang bertanya "Kapan kami melihatmu...?
"Anak Manusia" di sini berhubungan erat dengan yang sosok yang digambarkan
dalam Dan 7:13. Di situ Daniel melihat ada sosok yang "seperti anak manusia"
datang mengarah kepada Yang Mahakuasa untuk menerima kuasa atas bumi dan
langit. Lihat, kuasa ini diberikan bukan kepada malaikat, atau makhluk ilahi,
melainkan kepada tokoh yang memiliki ciri-ciri sebagai manusia itu. Dikatakan
bahwa ia "mengarah" ke Yang Mahakuasa. Dia melambangkan kemanusiaan yang
terbuka bagi keilahian, tidak menutup diri atau malah mau menyainginya. Semua
ini ikut disampaikan dalam pengajaran Yesus dalam petikan Injil hari ini. Anak
Manusia tampil sebagai dia yang kini menduduki tahta kemuliaannya tetapi tetap
mengarahkan diri kepada Yang Mahakuasa. Dalam ay. 34 ia malah terang-terangan
menyebutNya sebagai Bapa yang telah menyiapkan tempat bagi mereka yang
diberkati.
Dalam bahasa yang dipakai Yesus, bahasa Aram, ungkapan "anak manusia" itu
ungkapan sehari-hari dan artinya sama dengan "manusia", tapi dengan penekanan
pada sifatnya sebagai makhluk di hadapan Pencipta. Dalam alam pikiran kami,
seluruh umat manusia itu makhluknya Yang Mahakuasa. Yesus beberapa kali merujuk
pada dirinya sendiri sebagai "Anak Manusia". Ia hendak mengatakan, ia tahu
tempatnya sebagai manusia di hadapan Pencipta. Hidupnya berasal dari Dia.
Karena itu, Yesus mengajarkan bahwa Sang Pencipta dapat dipanggil sebagai Bapa.
Coba ucapkan doa Bapa Kami - di situ terpeta siapa Dia yang dapat dipanggil Bapa
tadi.
Ingat kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias - Yang Terurapi - Anak
Allah yang hidup (Mat 16:16)? Tetapi kemudian Yesus melarang murid-muridnya
memberitahukan kepada siapa pun bahwa ia Mesias (16:20). Ia malah berbicara
mengenai penderitaannya; ia bakal ditolak, dibunuh, tetapi akan dibangkitkan
pada hari ketiga (16:21). Kata "ia" yang kupakai di situ menjelaskan makna
ungkapan aslinya, yakni "Anak Manusia", yang ada dalam tulisan Mark yang
menjadi sumberku (Mrk 8:31). Luc malah menampilkannya jelas-jelas dalam ujud
kutipan langsung (Luk 9:22). Yesus ingin agar murid-muridnya mengerti terlebih
dahulu bahwa ke-Mesias-annya itu hanya berarti bila disertai pengakuan diri
sebagai makhluk di hadapan Pencipta. Juga baru dengan demikian ia dapat tampil
sebagai Mesias yang senasib sepenanggungan dengan manusia.
BAGI SIAPA SAJA
Kau bertanya apakah "semua bangsa" dalam Mat 25:32 merujuk kepada seluruh umat
manusia, seperti kerap ditafsirkan. Terus terang bukan itulah yang kupikirkan.
Kau tahu kan, istilah ini berasal dari tradisi Perjanjian Lama. Di situ
"bangsa-bangsa" ialah mereka yang tidak termasuk "umat Allah", yakni yang bukan
orang Yahudi. (Bdk. Mat 24:14, juga 28:19 yang kaubicarakan bagi Pesta Kenaikan
Tuhan.) Tetapi di kalangan kami juga timbul pertanyaan yang mengusik batin.
Dapatkah "bangsa-bangsa" itu ikut masuk hidup abadi? Atau mereka tak masuk
hitungan? Memang kami beruntung karena jadi bangsa terpilih, tapi kami kan tak
boleh melupakan orang lain.
Menurut Yesus, keselamatan "bangsa-bangsa" itu bergantung pada perlakuan mereka
kepada sang raja ketika ia lapar, haus, tak ada tumpangan, telanjang, sakit,
dipenjara. Tapi ketika mereka bertanya kapan mereka ada kesempatan berbuat
demikian terhadap dia, sang raja menjawab, yang kalian perbuat terhadap "salah
seorang (saudaraku) yang paling hina ini" (ay. 39 dan 45) sama dengan yang
kauperbuat terhadapku. Maksudnya orang yang termasuk kaumnya sang raja,
termasuk bangsa terpilih. Yesus tidak menghapus tradisi mengenai bangsa
terpilih, tetapi malah mengembangkannya. Jawaban ini genial. Mereka yang di
luar lingkungan bangsa terpilih dapat ikut menikmati keselamatan bila mereka
menghargai yang paling kecil dari bangsa terpilih tadi.
Penting kalian ketahui, pembicaraan tadi ditujukan terutama kepada kami, yakni
para pengikut Yesus yang berasal dari lingkungan Yahudi, yang merasa lebih
beruntung daripada "bangsa-bangsa". Mereka sendiri bukanlah pendengar yang
dimaksud. Karena itu janganlah petikan ini ditafsirkan sebagai imbauan kepada
mereka agar berbuat baik kepada orang seperti kami, berikut janji pahala dan
ancaman hukuman. Yesus bukan guru yang naif. Sapaannya itu sebenarnya diarahkan
kepada kami yang merasa sudah mengikuti dia. Ia mau berkata, bangsa-bangsa itu
akan ikut selamat bila kalian membiarkan diri menjadi jalan bagi mereka.
Hiduplah menurut kehendak Bapa, jadilah "saudaraku" yang sungguh, sehingga
orang luar - "bangsa-bangsa" itu - dapat melihat integritas kalian dan
memperlakukan kalian dengan baik.
Terlihat betapa manusiawinya ajaran Yesus itu tapi juga betapa luhurnya Anak
Manusia yang mengajarkan semua ini. Tak heran ia disebut Raja semesta alam!
Inilah corak universal ajarannya. Seperti dikisahkan teman kita Luc, komunitas
pengikut Yesus diperkaya dengan ikut sertanya "bangsa-bangsa", yakni
orang-orang seperti Kornelius dan orang-orang yang mendengarkan pewartaan Paul
di mana-mana.
SARAN DAN PESAN
Bukan maksudku mengajak kalian memandangi zaman lampau melulu. Aku tahu kalian
memahami diri sebagai umat Allah yang baru. Begitu kan teologi Gereja kalian?
Konsekuensinya, kalian diharapkan berani menjadi "saudara"-nya Yesus, sekecil
apapun, sehina manapun Bisakah kalian menerima kenyataan Sabda Bahagia? Kalau
ya, teruskan, dan kalian akan menjadi jembatan emas bagi "bangsa-bangsa" di
zaman kalian. Terus terang sampai hari ini aku masih gelisah memikirkan apa
nanti akan ada yang terpaksa perlu ditempatkan di sebelah kiri dan dienyahkan.
Bila ya, artinya kami gagal membuat pihak-pihak lain melihat bahwa kepercayaan
yang kami hayati itu patut mereka tanggapi baik-baik. Kami juga akan merasa
kurang mampu menunjukkan diri betul-betul saudara raja tadi. Gus, mintakan
pertolongan rekan-rekan, tutuplah kekurangan kami di masa lampau dengan yang
bisa kalian buat sekarang. Dan kami akan lebih tenang. Kalian itu sambungan
hidup kami!
Ini juga penghabisan kalinya Injil Matius kalian bacakan pada hari Minggu. Gus,
terima kasih telah berusaha menguraikan kisah-kisahku tentang Yesus bagi orang
zaman kini. Tidak perlu kita selalu sekata mengenai semua hal. Bila begitu
nanti khazanah Injil malah tidak tertimba. Bila dua ahli Kitab saling
mengulang, apa yang bisa dituai pendengar? Itu itu juga! Kita kan dididik agar
berani memasuki liku-liku teks agar semakin diperkaya dalam berinteraksi
dengannya. Dan teksnya sendiri akan mekar jadi indah. Bila begitu peneliti teks
boleh berkata, dalam bahasa Yunani, "matheeteutheis" (Mat 13:52), artinya,
"telah memperoleh hikmat pengajaran". Ah, tak usah menduga-duga apa bunyi kata
itu mau mengingatkan nama resmiku, "Maththaios".
Mulai Minggu depan kalian akan lebih sering mendengarkan Mark. Juga Oom Hans
akan datang. Mark itu hemat kata. Ia mengikhtisarkan ceramah-ceramah Petrus di
Roma bagi pendengar yang ingin tahu siapa Yesus Kristus itu. Luc dan aku
sendiri berhutang banyak kepada Mark. Dan juga Oom Hans, meski beliau baru
menerbitkan bukunya setelah kami semua selesai menulis! Kalian pasti akan
belajar banyak dari mereka berdua. Dan engkau sendiri masih akan menulis
tentang mereka kan?
Selamat tinggal! Sampaikan salam kepada rekan-rekan di Internos!
Dariku,
Matt
Injil Minggu 23 November 2008: Hari Raya Kristus Raja (Mat 25:31-46)
19 November 2008 06:00
MENGAPA IA DISEBUT RAJA?
Rekan-rekan yang baik!
Digambarkan dalam Mat 25:31-46 bagaimana pada akhir zaman nanti Anak Manusia
akan datang sebagai raja yang bakal "menghakimi semua bangsa". Diutarakan di
sana bahwa pahala akan diterima oleh mereka yang berbuat baik kepadanya ketika
ia lapar, haus, tak ada kenalan, telanjang, sakit, bahkan dipenjara. Mereka
yang tak punya kepedulian akan tersingkir. Mereka tidak menyadari bahwa
perlakuan kepada salah satu dari saudaranya yang paling hina sama dengan
perbuatan terhadapnya sendiri. Bagaimana memahami ajaran Injil yang dibacakan
pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam tahun A ini? Beberapa hal saya sudah
bicarakan dengan Matt sendiri. Karena akan berguna bagi rekan-rekan, berikut
ini saya kutipkan balasannya. Ia juga ada pesan khusus pada akhir suratnya.
Semoga bermanfaat,
A. Gianto.
=======================================
[...] Gus, pengajaran Yesus ini kutemukan dalam sumber yang tidak dikenal Mark
maupun Luc. Juga Oom Hans tidak menyebutnya. Bahan itu kemudian kutaruh bersama
dengan beberapa pembicaraan lain mengenai akhir zaman dalam bab 24-25 dengan
penyesuaian di sana sini. Juga kusisipkan perumpamaan Anak Manusia memisahkan
bangsa-bangsa ibarat "gembala memisahkan domba dari kambing" (Mat 25:32). Yang
dimaksud di sini, penghakiman itu tidak terjadi dengan semena-mena. Ia mengenal
mereka sebagai gembala mengenal kawanannya satu per satu. Ia tahu siapa yang
membiarkan diri diberkati. Seperti domba-domba, mereka ini akan diberinya
tempat aman di sebelah kanannya. Tetapi yang menyukai kekerasan - seperti
kambing - akan dijauhkannya.
BILA DIA DATANG DALAM KEMULIAANNYA
Apakah ini ramalan? Sama sekali bukan bila yang dimaksud ialah "pengetahuan
gaib tentang masa depan". Yang hendak disoroti ialah keadaan yang sedang
berlangsung kini. Begini, kita biasa memahami masa sekarang sebagai kelanjutan
dan akibat peristiwa-peristiwa di masa lampau. Nah, dalam petikan ini semuanya
digeser ke depan dan dengan demikian dapat menjadi pengarahan dan harapan.
Keadaan sekarang ini dibayangkan sebagai "masa lampaunya" kejadian "kelak".
Namun pengertian kami mengenai jalannya sejarah tidak seperti mesin, bila
begini pasti begitu. Kami justru melihat adanya unsur pokok yang tidak dikuasai
hukum-hukum perjalanan waktu, yakni kehadiran Yang Ilahi. KehadiranNya bisa
memberi arah baru pada sejarah kemanusiaan dengan cara-cara yang tidak kita
duga sama sekali. Baru kita sadari setelah terjadi. Dan yang kalian dengarkan
hari ini ada dalam arah itu. Kehadiran Yang Ilahi itu dibicarakan dengan
memakai gagasan tampilnya "Anak Manusia" dalam kemuliaannya tapi yang tidak
langsung dikenali. Orang bertanya "Kapan kami melihatmu...?
"Anak Manusia" di sini berhubungan erat dengan yang sosok yang digambarkan
dalam Dan 7:13. Di situ Daniel melihat ada sosok yang "seperti anak manusia"
datang mengarah kepada Yang Mahakuasa untuk menerima kuasa atas bumi dan
langit. Lihat, kuasa ini diberikan bukan kepada malaikat, atau makhluk ilahi,
melainkan kepada tokoh yang memiliki ciri-ciri sebagai manusia itu. Dikatakan
bahwa ia "mengarah" ke Yang Mahakuasa. Dia melambangkan kemanusiaan yang
terbuka bagi keilahian, tidak menutup diri atau malah mau menyainginya. Semua
ini ikut disampaikan dalam pengajaran Yesus dalam petikan Injil hari ini. Anak
Manusia tampil sebagai dia yang kini menduduki tahta kemuliaannya tetapi tetap
mengarahkan diri kepada Yang Mahakuasa. Dalam ay. 34 ia malah terang-terangan
menyebutNya sebagai Bapa yang telah menyiapkan tempat bagi mereka yang
diberkati.
Dalam bahasa yang dipakai Yesus, bahasa Aram, ungkapan "anak manusia" itu
ungkapan sehari-hari dan artinya sama dengan "manusia", tapi dengan penekanan
pada sifatnya sebagai makhluk di hadapan Pencipta. Dalam alam pikiran kami,
seluruh umat manusia itu makhluknya Yang Mahakuasa. Yesus beberapa kali merujuk
pada dirinya sendiri sebagai "Anak Manusia". Ia hendak mengatakan, ia tahu
tempatnya sebagai manusia di hadapan Pencipta. Hidupnya berasal dari Dia.
Karena itu, Yesus mengajarkan bahwa Sang Pencipta dapat dipanggil sebagai Bapa.
Coba ucapkan doa Bapa Kami - di situ terpeta siapa Dia yang dapat dipanggil Bapa
tadi.
Ingat kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias - Yang Terurapi - Anak
Allah yang hidup (Mat 16:16)? Tetapi kemudian Yesus melarang murid-muridnya
memberitahukan kepada siapa pun bahwa ia Mesias (16:20). Ia malah berbicara
mengenai penderitaannya; ia bakal ditolak, dibunuh, tetapi akan dibangkitkan
pada hari ketiga (16:21). Kata "ia" yang kupakai di situ menjelaskan makna
ungkapan aslinya, yakni "Anak Manusia", yang ada dalam tulisan Mark yang
menjadi sumberku (Mrk 8:31). Luc malah menampilkannya jelas-jelas dalam ujud
kutipan langsung (Luk 9:22). Yesus ingin agar murid-muridnya mengerti terlebih
dahulu bahwa ke-Mesias-annya itu hanya berarti bila disertai pengakuan diri
sebagai makhluk di hadapan Pencipta. Juga baru dengan demikian ia dapat tampil
sebagai Mesias yang senasib sepenanggungan dengan manusia.
BAGI SIAPA SAJA
Kau bertanya apakah "semua bangsa" dalam Mat 25:32 merujuk kepada seluruh umat
manusia, seperti kerap ditafsirkan. Terus terang bukan itulah yang kupikirkan.
Kau tahu kan, istilah ini berasal dari tradisi Perjanjian Lama. Di situ
"bangsa-bangsa" ialah mereka yang tidak termasuk "umat Allah", yakni yang bukan
orang Yahudi. (Bdk. Mat 24:14, juga 28:19 yang kaubicarakan bagi Pesta Kenaikan
Tuhan.) Tetapi di kalangan kami juga timbul pertanyaan yang mengusik batin.
Dapatkah "bangsa-bangsa" itu ikut masuk hidup abadi? Atau mereka tak masuk
hitungan? Memang kami beruntung karena jadi bangsa terpilih, tapi kami kan tak
boleh melupakan orang lain.
Menurut Yesus, keselamatan "bangsa-bangsa" itu bergantung pada perlakuan mereka
kepada sang raja ketika ia lapar, haus, tak ada tumpangan, telanjang, sakit,
dipenjara. Tapi ketika mereka bertanya kapan mereka ada kesempatan berbuat
demikian terhadap dia, sang raja menjawab, yang kalian perbuat terhadap "salah
seorang (saudaraku) yang paling hina ini" (ay. 39 dan 45) sama dengan yang
kauperbuat terhadapku. Maksudnya orang yang termasuk kaumnya sang raja,
termasuk bangsa terpilih. Yesus tidak menghapus tradisi mengenai bangsa
terpilih, tetapi malah mengembangkannya. Jawaban ini genial. Mereka yang di
luar lingkungan bangsa terpilih dapat ikut menikmati keselamatan bila mereka
menghargai yang paling kecil dari bangsa terpilih tadi.
Penting kalian ketahui, pembicaraan tadi ditujukan terutama kepada kami, yakni
para pengikut Yesus yang berasal dari lingkungan Yahudi, yang merasa lebih
beruntung daripada "bangsa-bangsa". Mereka sendiri bukanlah pendengar yang
dimaksud. Karena itu janganlah petikan ini ditafsirkan sebagai imbauan kepada
mereka agar berbuat baik kepada orang seperti kami, berikut janji pahala dan
ancaman hukuman. Yesus bukan guru yang naif. Sapaannya itu sebenarnya diarahkan
kepada kami yang merasa sudah mengikuti dia. Ia mau berkata, bangsa-bangsa itu
akan ikut selamat bila kalian membiarkan diri menjadi jalan bagi mereka.
Hiduplah menurut kehendak Bapa, jadilah "saudaraku" yang sungguh, sehingga
orang luar - "bangsa-bangsa" itu - dapat melihat integritas kalian dan
memperlakukan kalian dengan baik.
Terlihat betapa manusiawinya ajaran Yesus itu tapi juga betapa luhurnya Anak
Manusia yang mengajarkan semua ini. Tak heran ia disebut Raja semesta alam!
Inilah corak universal ajarannya. Seperti dikisahkan teman kita Luc, komunitas
pengikut Yesus diperkaya dengan ikut sertanya "bangsa-bangsa", yakni
orang-orang seperti Kornelius dan orang-orang yang mendengarkan pewartaan Paul
di mana-mana.
SARAN DAN PESAN
Bukan maksudku mengajak kalian memandangi zaman lampau melulu. Aku tahu kalian
memahami diri sebagai umat Allah yang baru. Begitu kan teologi Gereja kalian?
Konsekuensinya, kalian diharapkan berani menjadi "saudara"-nya Yesus, sekecil
apapun, sehina manapun Bisakah kalian menerima kenyataan Sabda Bahagia? Kalau
ya, teruskan, dan kalian akan menjadi jembatan emas bagi "bangsa-bangsa" di
zaman kalian. Terus terang sampai hari ini aku masih gelisah memikirkan apa
nanti akan ada yang terpaksa perlu ditempatkan di sebelah kiri dan dienyahkan.
Bila ya, artinya kami gagal membuat pihak-pihak lain melihat bahwa kepercayaan
yang kami hayati itu patut mereka tanggapi baik-baik. Kami juga akan merasa
kurang mampu menunjukkan diri betul-betul saudara raja tadi. Gus, mintakan
pertolongan rekan-rekan, tutuplah kekurangan kami di masa lampau dengan yang
bisa kalian buat sekarang. Dan kami akan lebih tenang. Kalian itu sambungan
hidup kami!
Ini juga penghabisan kalinya Injil Matius kalian bacakan pada hari Minggu. Gus,
terima kasih telah berusaha menguraikan kisah-kisahku tentang Yesus bagi orang
zaman kini. Tidak perlu kita selalu sekata mengenai semua hal. Bila begitu
nanti khazanah Injil malah tidak tertimba. Bila dua ahli Kitab saling
mengulang, apa yang bisa dituai pendengar? Itu itu juga! Kita kan dididik agar
berani memasuki liku-liku teks agar semakin diperkaya dalam berinteraksi
dengannya. Dan teksnya sendiri akan mekar jadi indah. Bila begitu peneliti teks
boleh berkata, dalam bahasa Yunani, "matheeteutheis" (Mat 13:52), artinya,
"telah memperoleh hikmat pengajaran". Ah, tak usah menduga-duga apa bunyi kata
itu mau mengingatkan nama resmiku, "Maththaios".
Mulai Minggu depan kalian akan lebih sering mendengarkan Mark. Juga Oom Hans
akan datang. Mark itu hemat kata. Ia mengikhtisarkan ceramah-ceramah Petrus di
Roma bagi pendengar yang ingin tahu siapa Yesus Kristus itu. Luc dan aku
sendiri berhutang banyak kepada Mark. Dan juga Oom Hans, meski beliau baru
menerbitkan bukunya setelah kami semua selesai menulis! Kalian pasti akan
belajar banyak dari mereka berdua. Dan engkau sendiri masih akan menulis
tentang mereka kan?
Selamat tinggal! Sampaikan salam kepada rekan-rekan di Internos!
Dariku,
Matt
No comments:
Post a Comment