Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Hari Minggu Biasa II-A 2014 - Homili Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

Sumber: arsip dari www.imankatolik.or.id

HARI MINGGU BIASA II/A/2014

Yes 49:3.5-6 1 Kor 1:1-3 Yoh 1:29-34


PENGANTAR

Dalam Injil Johannes Hari Minggu ini Johannes Pemandi memperkenalkan Yesus kepada kita dengan seruan ini: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia!” Yohanes menggunakan bahasa alkitabiah menurut kebudayaan bangsa Israel, yang mengibaratkan manusia sebagai domba. Domba ditampilkan sebagai simbol binatang atau manusia yang lembut dan tidak bersalah. Meskipun tidak bersalah atau berbuat jahat, namun harus menderita. Seruan Yohanes Pemandi tentang Kristus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia itu sekarang pun ditujukan kepada kita yang hidup di zaman modern kita dewasa ini.

HOMILI 

Petrus juga menyebut Kristus sebagai “anak domba yang tak bernoda dan bercatat” (1 Ptr 1:19), dan dengan lebih keras lagi “Ketika dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan kepada Dia,yang menghakimi dengan adil” (2:23). Dengan kata-katanya itu Petrus sebagai Wakil Kristus atau Paus Pertama menegaskan, bahwa hakim atau pembela orang tak bersalah adalah Allah!

Bila demikian, apa arti kata-kata itu bagi kita? Pertama-tama kita semua ini tanpa perbedaan harus rendah hati! Mengapa? Apabila kita ini orang beriman, tetapi iman kita pun tidak mampu memahami atau menerangkan arti adanya penderitaan, apalagi sejauh mana budi atau daya otak kita dapat memahaminya. Pikiran kita tidak pernah akan puas! Penderitaan yang harus dipikul orang yang tak bercela atau tak bersalah, sungguh merupakan suatu “rahasia” yang tidak akan dapat kita terangkan apalagi kita pahami!

Yesus sendiri bagaimana? Yesus pun, yang jelas secara mutlak mengatasi kemampuan manusia manapun lainnya, ketika Ia menghadapi penderitaan janda dari Nain, yang anaknya mati; atau ketika melihat kesedihan Marta dan Maria saudari-saudari Lasarus yang mati, Ia tidak tahu harus berbuat apa selain tergerak hati, berbelaskasih dan menangis.

Bagi kita sebagai orang beriman, keterangan atau jawaban yang dapat mengatasi masalah penderitaan orang yang tak bersalah ialah: pribadi Yesus Kristus! Baik dalam ajaran maupun dalam perbuatan-Nya Yesus tidak memberi keterangan tentang penderitaan. Ia datang menghadapi suatu penderitaan bukan dengan memberi keterangan, melainkan dengan mengambil alih penderitaan orang lain itu menjadi penderitaan diri-Nya. Mengambil alih penderitaan orang itu bukan hanya lahiriah, melainkan juga rohaniah. Yang dilakukan Yesus bukan hanya menyembuhkan badan atau tubuh orang, melainkan juga mengambil alih atau menghilangkan kutukan atau dosa-dosa orang yang disembuhkan-Nya. Dengan kata lain, Ia menebus, menyelamatkan orang itu. Penyembuhan lahiriah itu merupakan sarana atau alat untuk menyembuhkan batin atau rohani manusia.

Apa artinya? Betapa besar makna atau arti penderitaan bagi orang yang percaya kepada Kristus? Di dalam diri Kristus sebagai Penyelamat keadaan tidak bersalah (atau tidak berdosa) dan penderitaan merupakan dua kenyataan, yang tidak terpisahkan. Jadi menurut iman kita, penderitaan yang tidak kita cari sendiri, tetapi kita alami, justru makin mendekatkan kita kepada Allah. Allah sendirilah sebenarnya yang harus menderita sebagai orang tak bersalah dalam arti sepenuhnya!

Namun, Yesus bukan hanya memberi makna kepada penderitaan tanpa alas an, melainkan juga memberikan daya kekuatan baru bagaikan buah atau anugerah misterius. Lihatlah hasil atau buah yang timbul atau mengalir dari penderitaan Kristus: yakni kebangkitan sebagai sumber harapan manusia! Bukan hanya itu! Lihatlah di sekeliling kita: misalnya jiwa agung dan daya tahan mental orang tua, yang anaknya dilahirkan bercacat, tetapi justru diperlakukan dengan kasih luar biasa. Betapa banyak timbul rasa solider dan belas kasih banyak orang justru berkat adanya penderitaan. Bila penderitaan tidak ada, akan makin banyak dan makin hangatkah perhatian dan kepekaan kasih kita kepada sesama?

Bila kita berbicara tentang penderitaan, yang terpenting bukanlah untuk menerangkannya, melainkan lebih berusaha secara nyata mengurangi penderitaan orang-orang yang tak bersalah! Misalnya bila kita melihat orang miskin, orang menderita, orang tak punya pekerjaan atau kekurangan makan. Memang ada seseorang, yang ketika melihat ada orang menderita kelaparan dan sakit berat berdoa: “Ya, Tuhan, di manakah Engkau? Mengapa Engkau tidak menolong dan menyelamatkan orang yang sangat sakit dan lapar itu?” Jawab Allah: “Aku sudah telah menolong orang itu: Aku telah menciptakan engkau untuk menolong dia!”


Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

No comments:

Post a Comment