Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Injil Hari Minggu Biasa II C - 17 Januari 2010

Injil Minggu II tahun C tgl. 17 Januari 2010 (Yoh 2:1-11)

MENGENALI KARUNIA ROHANI - PARADIGMA BARU

Pada hari Minggu Biasa II tahun C dibacakan  Yoh 2:1-11 bersama dengan Yes
62:1-5 dan 1Kor 12:4-11. Bacaan-bacaan ini mendorong kita untuk semakin
menyadari bahwa Tuhan berkenan hadir di tengah-tengah manusia dengan
macam-macam karunia yang diberikan-Nya demi kesejahteraan bersama. Itulah
dasar kesatuan dan kegembiraan yang sungguh.

PARADIGMA BARU BERTEOLOGI

Yes 62:1-5 ditulis dengan latar belakang pembangunan kembali kota Yerusalem
yang ditinggalkan sebagai reruntuh an selama masa pembuangan (586/7 hingga
537/8 sebelum Masehi). Upaya membangun kembali kota itu di dasarkan pada
keyakinan bahwa Tuhan kini sudi berdiam kembali di gunung-Nya yang suci,
Sion, di Yerusalem. Syair mengenai Sion dalam bacaan ini menggairahkan
kembali semangat orang. Yang pertama-tama perlu dihidupkan kem bali ialah
reruntuhan batin mereka. Baru dengan demikian, mereka akan dapat
menghidupkan kembali tempat ibadat di kota suci itu. Perhatian besar Tuhan
diibaratkan sebagai kasih sayang kepada mempelai yang dikasihi-Nya. Suasana
kemurungan beralih menjadi kegembiraan pesta pernikahan. Kini umat tidak
usah merasa diri ditinggalkan. Tuhan yang dulu membuat orang gemetar kini
tampil sebagai mempelai yang lemah lembut dan penuh perhatian. Bangsa-bangsa
lain menyaksikan hal ini dan ikut bergembira. Mereka juga tidak lagi perlu
merasa terancam akan direbut harta dan kotanya seperti dulu ketika Tuhan
digambarkan sebagai yang memimpin umat-Nya merebut tanah Kanaan. Teologi
penaklukan seperti itu terasa usang. Ada paradigma baru, yakni teologi yang
menaruh keprihatinan untuk memba ngun ruang hidup bersama, baik di dalam
umat maupun dengan orang-orang lain. Warta seperti ini dapat berbicara
kepada orang-orang yang tidak termasuk umat dan ber laku di mana-mana karena
menyentuh keinginan yang pa ling dasar dalam diri manusia, yakni keinginan
untuk hidup damai dengan orang-orang lain, keinginan untuk tidak me rasa
terancam oleh kehadiran orang lain. Yang lain kini memperkaya, bukan merebut
kekayaan. Juga di bidang hidup ibadat. Umat Perjanjian Lama butuh waktu yang
panjang untuk sampai pada keterbukaan seperti itu. Mereka mengalami banyak
kepahitan sebelum bisa melihat bahwa orang-orang lain juga sama seperti
mereka.

KEGEMBIRAAN TAK TERPUTUS = TANDA?

Suasana gembira menandai pesta pernikahan di Kana. Banyak tamu datang dan
ikut merasakan suasana itu. Tak heran jika persediaan anggur menipis. Akan
tetapi, kegem biraan tetamu berlanjut karena ada anggur yang lebih baik yang
bisa dihidangkan. Kita tahu bagaimana ini terjadi. Yesus menyuruh
pelayan-pelayan mengisi tempayan-tempayan dengan air dan membawanya kepada
pemimpin perjamuan. Pemimpin perjamuan mencicipinya sambil terheran-heran
mengapa tuan rumah masih menyimpan anggur yang lebih baik! Pesta berlangsung
terus dan menjadi semakin meriah. Tentunya makin banyak orang dapat ikut
serta bergembira.
Pada akhir kisah mengenai pesta di Kana itu disebut kan bahwa hal itu
dilakukan Yesus sebagai yang pertama dari tanda-tanda yang dikerjakannya
(Yoh 2:11). Apa yang dimaksud dengan tanda di sini? Air menjadi anggur?
Kendati unsur ini penting, rasa-rasanya maksud Yohanes lain. Baginya, tanda
yang jelas ialah kemeriahan pesta yang berlangsung terus dan kehadiran Yesus
di situ yang me mungkinkan pesta itu tidak terhenti. Inilah yang dirujuk
nya. Kegembiraan yang tak terputus dan malah bertambah besar inilah yang
membuat murid-murid nya percaya kepadanya. Percaya di sini ialah percaya bah
wa ia itu patut diikuti, ia itu memperhatikan orang, ia itu membuat orang
makin mengenali kebaikan Tuhan. Murid-muridnya percaya bukan karena
peristiwa menakjubkan air menjadi anggur. Kehadirannya yang membuat orang
merasa tak kurang suatu apa itulah yang menjadi tanda yang pertama yang
dilakukan Yesus bagi orang banyak.

BELAJAR DARI MARIA

Pada awal kisah di Kana itu disebutkan ... ada perka winan di Kana dan ibu
Yesus ada di situ (Yoh 2:1). Baru setelah itu dikatakan bahwa Yesus dan
murid-muridnya diundang juga. Dapat diduga bahwa Maria mengajak Yesus dan
Yesus mengajak murid-muridnya. Ini dilakukan orang di mana-mana. Bila
diperhatikan, akan tampak betapa besar n ya peran Maria dalam peristiwa ini.
Dia-lah yang mengatakan kepada Yesus bahwa orang kehabisan anggur. Maria
jugalah yang berkata kepada pelayan-pelayan agar menuruti semua yang
dikatakan Yesus. Tidak keliru bila dikatakan Maria mengantar kedatangan
Yesus sang Peng hadir Tuhan kepada orang banyak dan mempertemukan mereka
dengan Tuhan sendiri.
Bisa kita bayangkan Maria dapat juga berusaha mencari bantuan ke tempat
lain. Tetapi ia meminta kepada Yesus. Maria percaya bahwa Yesus bisa berbuat
sesuatu meskipun belum pernah menyaksikannya sendiri. Yohanes yang men
ceritakan peristiwa ini mungkin mau menyarankan agar kita juga percaya bahwa
kehadiran Yesus itu pasti memberi sesuatu.
Bagaimana penjelasan reaksi Yesus Mau apa engkau dariku, Bu? Saatku belum
tiba! terhadap kata-kata ibunya? Dalam bahasa Yunani Kitab Suci, tetapi
asalnya dari bahasa Ibrani, ungkapan itu harfiahnya berbunyi Apa bagiku dan
bagimu? yang sudah menjadi ungkapan klise untuk meng ungkapkan macam-macam
reaksi terhadap perbuatan  orang lain, dari sekadar basa basi untuk
mengatakan agar tak usah repot-repot sampai ungkapan rasa kurang enak.
Nadanya bisa halus, netral, atau ketus. Dengan memakai sebutan Bu, ungkapan
itu jadi bernada halus dan dimak sudkan agar Maria tidak perlu merepotkan
diri lagi dengan perkara ini karena saatku belum tiba. Artinya, Yesus
mempunyai perhitungan sendiri. Tidak perlu ungkapan ini dikait-kaitkan
dengan saat penebusan di salib nanti atau saat apa lagi dalam kehidupan
Yesus.
Sekali lagi, kita dapat belajar dari Maria. Ia tidak men desak-desak. Ia
percaya Yesus mempunyai perhitungan sendiri. Sering dalam doa kita merasa
semuanya penting dan mendesak serta menjadi gelisah karena merasa tak ada
jawaban. Amat boleh jadi Tuhan berkata kepada kita, Mau apa kalian dariku?
Saatku belum tiba! seperti kepada Maria, ibunya, orang yang paling dekat
kepadanya. Dan sikap Maria yang menghormati perhitungan Tuhan dapat membantu
kita. Maria tidak diam saja. Ia mempersiapkan jalan Tuhan: ia menyuruh orang
melakukan apa yang nanti dikatakan Yesus. Inilah cara menantikan saat Tuhan
bertindak dalam perhitungan-Nya sendiri.

KARUNIA ROHANI DEMI KESEJAHTERAAN BERSAMA

Dalam bacaan liturgi hari Minggu, bacaan kedua sering tidak mudah dikaitkan
dengan kedua bacaan yang lain. Namun demikian, sering dapat membantu bila
didalami sikap iman mana yang dianjurkan dalam bacaan kedua itu. Dalam 1Kor
12:4-11, Paulus mengajak orang memahami bahwa Roh yang sama berkarya di
tengah-tengah manusia dalam berbagai bentuk karunia dan macam-macam pelayan
an serta perbuatan-perbuatan yang menakjubkan. Dalam cara bicara Paulus,
ungkapan "karunia Roh" sebetulnya berarti "pemberian rohani". Jadi lebih
berpusat pada pemberian sendiri dan sifat pemberian itu, bukan pada gagasan
mengenai kekuatan yang tiba-tiba menghinggapi orang.  Begitulah, dalam ay.
7, Paulus menegaskan bahwa semua pemberian rohani itu bagi kepentingan
bersama. Bila unsur ini tak ada, orang boleh mempertanyakan apa asalnya
betul-betul dari Roh, apa sungguh rohani sifatnya. Mukjizat spekta kuler,
sukses besar bukan jaminan bila arahnya bukan demi kebahagiaan bersama.
Kerap istilah "karunia Roh" dipahami sebagai kekuatan atau kekhususan yang
menakjubkan yang berasal dari Roh. Seperti di Kana tadi, air berubah jadi
anggur melulu tidak akan banyak artinya bila tidak membuat orang-orang yang
hadir bisa terus bergembira.

MUKJIZAT DAN TANDA

Dalam Injil-Injil, kisah mukjizat Yesus sebenarnya dimaksudkan sebagai tanda
agar kehadiran Yang Ilahi di tengah-tengah manusia terlihat orang banyak.
Kehadiran inilah yang membuka mata orang buta, yang membuat orang tuli
mendengar, yang membuat orang gagu bicara, yang membuat orang lumpuh bisa
berjalan kembali, yang mem buat orang berdosa merasakan pengampunan. Bila
dimengerti sebagai mukjizat belaka, malah akan kurang tampaklah kehadiran
Yang Ilahi yang sesungguhnya. Maklumlah, di hadapan mukjizat orang akan
tidak bisa berbuat banyak selain tunduk dan boleh jadi tidak lagi merdeka.
Akan tetapi, berhadapan dengan tanda, orang dapat mencari maknanya dan
menghidupi kenyataan yang ditandakan. Dulu umat Perjanjian Lama butuh waktu
panjang sebelum menginsafi betapa tidak lestarinya keyakinan yang dibangun
semata-mata atas dasar tindakan-tindakan mukjizat Tuhan yang menjadi unsur
pokok teologi penaklukan tanah Kanaan. Baru kemudian mereka sadar bahwa
teologi mem bangun ruang hidup bersama lebih memungkinkan hidup damai.
Dalam masyarakat yang majemuk, teologi seperti ini dapat menyumbang banyak
dengan mengajak orang menghargai perbedaan dan membuat orang peka akan
cara-cara Tuhan hadir di tengah umat manusia. Teologi pe naklukan malah bisa
berakibat kekerasan dan permusuhan.

Salam hangat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment