Injil Minggu Biasa XXIII/B - 13 September 2009 (Mrk 8:27-35)
08 September 2009 07:06
ENGKAU ITULAH MESIAS!
Judul di atas dipetik dari jawaban Petrus terhadap pertanyaan Yesus kepada
para murid mengenai siapa dirinya menurut mereka sendiri. Kedengarannya
sederhana, apa adanya, muncul dari kesadaran mereka sendiri. Akan tetapi
belum jelas apa sesungguhnya yang hendak disampaikan Mrk 8:27-35 (Injil
Minggu Biasa XXIV tahun B) dengan peristiwa tanya jawab seperti ini. Belum
lama ini Mark mampir ke sini. Kami berbincang-bincang mengenai tokoh Yesus
dalam hubungan dengan peristiwa di atas.
SOSOK YESUS DI MATA ORANG
GUS: Kejadian ini bertempat di Kaisarea Filipi - apa ada penjelasannya? Kota
itu kan letaknya amat di utara, di kaki gunung Hermon, di Libanon, sekitar
45 km sebelah timur kota Tirus.
MARK: Ada teologinya. Sampai sekarang Injil Markus mengisahkan macam-macam
kegiatan dan pengajaran Yesus. Ia makin dikenal orang banyak. Juga makin
diawasi oleh orang Farisi dan ahli Taurat yang mengira ia mengajarkan yang
bukan-bukan. Pada titik ini perlu ditunjukkan bagaimana lingkungan terdekat
Yesus memahaminya. Dipilih sebuah tempat yang bukan di Galilea, tempat asal
Yesus sendiri, bukan di Yudea yaitu wilayah keyahudian yang resmi, tidak
pula di Samaria yang tidak menerima keyahudian resmi, melainkan di luar
semua itu, di daerah yang netral. Di situ akan lebih jelas siapa sosok dia
itu sesungguhnya.
GUS: Baru dengar kali ini ilmu bumi Injil ada maknanya juga!
MARK: Asal jangan dimengerti sebagai ilmu bumi sekolah, sehingga teologinya
tak muncul.
GUS: Kalau benar tangkapanku, di Kaisarea Filipi yang netral itu kelompok
Yesus dan murid-muridnya memperbincangkan tiga macam pandangan mengenai
Yesus, yaitu: (1) anggapan orang banyak, dan (2) anggapan dari lingkup lebih
khusus, orang Farisi dan ahli Taurat di satu pihak dan (3) para murid
terdekat di pihak lain.
MARK: Benar, kalau kauikuti kisah-kisah Injil, akan jelas makin besarnya
pelbagai harapan, keinginan, dan cara membayangkan sosok Yesus di pelbagai
kalangan. Ada yang mengira Yesus kayak Yohanes Pembaptis karena seruan
gerakan rohaninya mengajak orang mengarahkan diri kembali ke hidup lurus, eh
kalian sebut bertobat. Atau seperti Nabi Elia yang kembali ke dunia
menyampaikan sabda dari atas sana guna mengatasi kekersangan batin. Atau
seperti seorang nabi lain, yakni orang yang berani menyuarakan kehadiran
Tuhan yang kerap terbungkam oleh ketamakan manusia. Itulah macam-macam
pendapat orang tentang Yesus.
GUS: Dalam pembicaraan di Kaisarea Filipi itu kok tak jelas-jelas
ditampilkan pendapat orang Farisi dan ahli Taurat?
MARK: Injil diharap bicara tentang apa-apa saja? Huh, maunya kayak database
siap pakai tapi bikin pandir, tanpa mikir?
GUS: Mari kita berandai-andai. Kaum Farisi dan ahli Taurat agaknya
beranggapan bahwa Yesus itu, seperti mereka sendiri, ialah seorang guru
agama yang mestinya mengajarkan hal-hal yang sudah digariskan, seperti yang
mereka jalankan?
MARK: Memang mereka sebetulnya menganggap Yesus rekan seprofesi dan sering
mengajaknya diskusi. Hanya mereka merasa dirugikan karena orang banyak lebih
tertarik olehnya. Tapi mereka tidak memfitnah-fitnah Yesus. Nanti kaum imam
di Yerusalemlah yang frontal memusuhinya serta mendakwanya di mahkamah
mereka dan memintakan hukuman mati baginya dari Pilatus.
GUS: Kembali ke kaum Farisi dan ahli Taurat. Jadi mereka itu menganggap
Yesus guru agama, teolog, pembimbing rohani seperti mereka. Apa ini tidak
penting?
MARK: Para murid Yesus dari generasi awal sampai kini memang menghadapi
masalah itu. Mengikuti Yesus atau mengikuti pendapat-pendapat mengenai dia.
Batas-batasnya sering tampak kabur. Tapi ingat, sosok Yesus yang ditampilkan
Injil terutama bukanlah guru atau pembimbing rohani, atau pengajar
kebijaksanaan. Bukan seperti anggapan kaum saleh Farisi dan ahli kitab
Taurat. Yesus lebih dari itu.
GUS: Kalau begitu sekarang pun masih relevan soal ini. Banyak orang
melihatnya sebagai tokoh kebijaksanaan dan guru rohani. Kurang cocok?
MARK: Itulah pemikiran orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Pindahkan saja ke
budaya lain, dan kalian akan melihat soal yang dialami murid-muridnya.
GUS: Mulai menuduh kami ya?
MARK: Gini lho, bila kamu orang melihat sosok Yesus terutama sebagai guru
kebijaksanaan, nanti akan cepat kalian merasa tak perlu digurui lagi, malah
akan mempersoalkan kelakuan Yesus. Atau bisa jadi kalian akan ngotot
mempertahankan pendapat sendiri mengenai dia dan menolak sisi-sisi lain. Ini
soal orang Farisi dan ahli hukum agama dulu. Dan sekarang juga!
SIAPAKAH YESUS ITU BAGI MURID-MURIDNYA?
Sejenak saya lacak kembali pembicaraan dengan Mark ini. Jadi ada pendapat
orang banyak tentang Yesus, yaitu sebagai nabi yang dengan wibawa besar
mengajak orang kembali ke Yang Maha Kuasa, ada pula pendapat kalangan
intelektual mengenai Yesus sebagai tokoh kebijaksanaan yang diandaikan dapat
ditangkap pembaca Injil meski tidak terang-terangan dikatakan dalam
peristiwa di Kaisarea Filipi itu. Mark mengajak saya bereksegese secara
kontekstual, menengarai duduk cerita serta arahnya, tidak hanya baca lalu
membuat tafsir dari bahan yang tercetak. Pembaca diharap bertanya manakah
pendapat kalangan Farisi dan ahli Taurat yang rupanya dengan sengaja tidak
ikut disebutkan di Kaisarea Filipi. Bukan karena dianggap tak penting, tapi
karena pendapat itu tidak bakal membawa orang kepada diri Yesus
sesungguhnya. Lha lalu siapa ya dia itu?
GUS: Nerusin lagi nih. Pendapat yang ketiga ialah yang ada di kalangan para
murid Yesus dan yang terucap lewat Petrus, begitu kan? Ia menjawab
pertanyaan Yesus mengenai siapa dirinya bagi mereka dengan pernyataan bahwa
ia itu Mesias, artinya yang terurapi, yang mendapat pengutusan dan perutusan
resmi dari Yang Maha Kuasa sana untuk menjalankan urusanNya di dunia.
MARK: Itu pendapat yang mesti kalian pandangi dengan latar kedua pandangan
lain yang kita bicarakan tadi: pandangan orang banyak dan pandangan kaum
intelek Yahudi waktu itu, yakni orang Farisi dan ahli Taurat. Begitu maka
akan lebih jelas sosok Yesus.
GUS: Apa kekhususan pandangan bahwa Yesus itu Mesias?
MARK: Ya, dia itulah yang sejak lama dinantikan orang banyak. Mereka
menginginkan Yang Maha Kuasa berbuat sesuatu bagi mereka. Dan kehadiran
Yesus itulah jawaban dari atas sana.
GUS: Wah, wah, bisa berat nih konsekuensinya. Kan Mesias itu juga gelar raja
di kalangan umat Perjanjian Lama dulu, seperti Saul, Daud, dan raja-raja
lain yang diurapi oleh kuasa ilahi demi kelangsungan hidup umat.
MARK: Benar. Gagasan Mesias memang mudah diplesetkan. Ingat kan, menurut
catatan Oom Hans, orang-orang yang dipuaskan Yesus dengan makanan pernah
ingin menjadikannya raja.
GUS: Dan karena itu ia menyingkir.
MARK: Bukan hanya menyingkir secara fisik, tapi juga secara teologis.
GUS: Apa? [Rada heran.] Belum pernah dengar apa itu menyingkir secara
teologis!
MARK: Baru tiga detik lalu kau dengar kok lupa. Apa ingin jadi si tuli yang
disembuhkan dalam Injil hari Minggu lalu?
YESUS TENTANG DIRINYA SENDIRI
GUS: Kepegang nih! Iya bener. Setelah Petrus menegaskan Yesus itu Mesias,
anehnya Yesus melarang dia menyebarluaskan pengertian itu dan kemudian dalam
bagian selanjutnya Yesus malah membicarakan diri dengan ungkapan "Anak
Manusia" dan tidak pernah menyuarakan diri dengan kata "Mesias" Inikah yang
kausebut menyingkir secara teologis?
MARK: Itu cara Yesus merombak wacana yang Mesias-sentrik dengan wacana kalem
yang berpusat pada figur Anak Manusia yang juga cukup dikenal orang pada
zaman itu. Lebih membawa ke Yang Maha Kuasa.
GUS: Teringat Dan 7:13 dengan sosok yang seperti Anak Manusia yang datang
dengan awan-awan menghadap ke Yang Maha Usia untuk mendapat kuasa.
MARK: Persis! Tapi boleh kutambah? Anak Manusia dalam Kitab Daniel itu
datang dari kalangan manusia untuk menerima kuasa dari atas sana. Ini
penting. Mesias berkebalikan arahnya, ia membawa kuasa dari atas sana ke
sini. Sudah makin melihat maksud Yesus ketika berbicara mengenai dirinya
sendiri sebagai Anak Manusia?
GUS: Bukan karena teologi Mesias tidak cocok, hanya teologi ini sudah
terlalu sering dipakai dengan maksud berlain-lainan, malah tidak membantu,
itu kan maksudnya?
MARK: Katakan saja begitu. Teologi Anak Manusia lebih cocok, lebih aktual,
dan lebih membuat orang memahami Yesus itu tokoh yang menghadap Dia yang ada
di atas sana, bukan tokoh yang mau menjalankan kuasa di sini, juga kuasa
batin terhadap pengikut-pengikutnya. Ia baru punya bobot seperti itu nanti
setelah wafat di kayu salib. Dan pada saat itulah sosok Anak Manusia yang
tadi datang menghadap Allah itu sampai ke tujuannya dan menerima
kemuliaannya sebagai Anak Allah, seperti diucapkan oleh kepala pasukan yang
menunggui dia di salib, "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (Mrk 15:39).
GUS: Jadi gambaran sebagai Anak Manusia malah menegaskan bahwa anugerah dari
Yang Maha Kuasa yang diterimanya itu bukannya untuk mempertontonkan kuasa,
melainkan pemberian kekuatan untuk menanggung penderitaan nanti, sampai
dinaikkan di salib. Tapi juga kekuatan yang bakal membuatnya bangkit.
MARK: Gitu baru bisa dikatakan berteologi cara baru tentang Yesus sang Anak
Manusia. Kayak dia sendiri.
Salam hangat,
A. Gianto
No comments:
Post a Comment