Injil Minggu Biasa V/C - 7 Februari 2010 (Luk 5:1-11)
02 Februari 2010 08:46
"MENJALA MANUSIA" - maksudnya?
Rekan-rekan yang budiman!
Nabi Yesaya terpukau oleh para makhluk surgawi yang khidmat memuji kebesaran
Tuhan yang Maha Kudus. Saat itu juga ia merasa segera akan luluh binasa
karena mendapati diri "kotor". Ayat-ayat dari Yes 6:1-2a.3-8 itu
diperdengarkan dalam bacaan pertama bagi Minggu Biasa V tahun C. Kemudian
Injil Luk 5:1-11 diceritakan bagaimana Simon menyaksikan keajaiban yang
terjadi serta-merta kata-kata Yesus diturutinya. Tetapi ia saat itu juga
merasa diri pendosa dan mohon agar Yesus - yang disapanya sebagai Tuhan -
menjauhinya. Tidak tahan ia berdekatan dengan Yang Ilahi. Yesaya dan Simon
sama-sama dilanda kekuatan sabda ilahi dan merasa tak pantas.
Bagaimanapun juga pada saat-saat itu juga mereka dikuatkan. Bibir Yesaya
dibersihkan. Yang kotor di-"bakar" habis, kesalahannya dihapus. Kepada Simon
berkatalah Yesus, "Jangan takut!" Sapaan ini menghibur dan memberi kekuatan.
Mereka boleh merasa lega di hadapan Yang Ilahi tanpa dirundung rasa gentar.
Kini mereka mampu berbuat sesuatu. Yesaya bersedia diutus untuk menghadirkan
Tuhan. Simon meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus sepenuhnya.
Pengalaman batin berjumpa dengan Tuhan dapat betul-betul menggerakkan orang
dan membukakan lembaran baru dalam kehidupan. Orang tidak berhenti pada rasa
terpukau atau gentar yang pasif melulu.
Ada tiga tahap pokok dalam mengalami kehadiran ilahi. Pertama-tama orang
mendapati diri dipenuhi kehadiran itu, kemudian orang akan langsung merasa
tak pantas, namun akhirnya tertolong sehingga dapat menerima kehadiran itu
dengan ikhlas, tanpa takut-takut. Orang juga terdorong berbuat sesuatu yang
cocok. Pengalaman ini menjadi inti panggilan menjadi orang suruhan Tuhan
yang bakal membawa orang-orang kepadaNya, bukan hanya membawakanNya kepada
manusia. Injil hari ini menggambarkannya sebagai panggilan untuk menjala
manusia. Marilah kita teliti maknanya lebih jauh.
PANGGILAN UNTUK "MENJALA MANUSIA"
Dalam teks Yunani Luk 5:10, kata-kata Yesus "(kau akan) menjala manusia"
berbunyi "anthropous (esee) zoogroon" dan sarat dengan pengertian "(kau
akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan".
Bila dipikirkan lebih lanjut, kata-kata Yesus itu berisi suruhan kepada
Simon agar merenggut umat manusia dari kuasa maut. Penugasan seperti ini
berarti pula ajakan ikut serta menjalankan karya Sang Juru Selamat sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat dicatat bersangkutan dengan panggilan ini dalam
Injil-Injil. Dalam Injil Markus, panggilan Simon, Andreas, Yakobus dan
Yohanes (Mrk 1:16-20) dikisahkan setelah Yesus mengumumkan kedatangan
Kerajaan Allah (Mrk 1:15). Matius mengambil alih Markus, juga dalam hal
menaruh peristiwa panggilan keempat murid pertama (Mat 4:18-22) setelah
kedatangan Kerajaan Surga diumumkan (Mat 4:17; Matius memakai istilah
Kerajaan Surga bagi Kerajaan Allah). Markus dan Matius hendak menunjukkan
bahwa murid-murid dipanggil agar ikut mewartakan Kerajaan Allah kepada orang
banyak. Injil Lukas mengolah bahan ini lebih jauh:
- Pertama-tama pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah dibedakan dengan
panggilan para murid pertama. Panggilan mereka diceritakan terjadi baru
setelah Yesus mengajar orang banyak, mengusir setan, menyembuhkan orang
sakit (Luk 4:14-44). Lukas rupa-rupanya ingin menunjukkan bahwa murid-murid
pertama itu sebetulnya sudah mendengar tentang Yesus sebelum terpanggil
mengikutinya secara penuh. Perjalanan menjadi pengikut Yesus dikisahkannya
setapak demi setapak.
- Kemudian digarisbawahi satu arti "menjala manusia" , yakni agar manusia
menemukan sumber kehidupan - yakni Tuhan sendiri. Markus dan Matius memakai
ungkapan Yunani "halieis anthropou" yang harfiahnya "nelayan/penjala
manusia", tanpa penjelasan lebih jauh mengenai tujuannya.
- Akhirnya disoroti tokoh Simon Petrus secara khusus. Dan dalam hal ini ia
memakai kisah penangkapan ikan secara menakjubkan yang tidak ada dalam Injil
Markus dan Matius, tetapi yang muncul dalam bagian belakang Injil Yohanes
(Yoh 21:4-14). Dalam Injil Yohanes kisah penangkapan ikan yang
berlimpah-limpah itu dikaitkan langsung dengan penugasan Simon Petrus untuk
memelihara domba-domba Yesus serta mengusahakan tempat hidup bagi mereka
(Yoh 21:15-17). Ia tidak diangkat menjadi gembala mereka; Yesus sendirilah
gembala mereka dari awal sampai akhir!
Peran khusus Simon Petrus itu ditampilkan Matius dalam hubungan dengan kisah
pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias. Di situ Matius menambahkan Simon
disebut Yesus sebagai batu karang dasar Gereja dibangun, tak bakal
terkalahkan oleh maut, dan pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan
seperti ini tidak didapati dalam Injil lain.
Jelas bahwa Matius, Lukas dan Yohanes sama-sama mengetengahkan peran utama
Simon Petrus, tetapi dengan cara yang berbeda-beda. Markus tidak mengolahnya
secara khusus. Maklum ketika Injil Markus selesai ditulis, yaitu pada paruh
kedua tahun 60-an, peran utama Simon Petrus dalam Gereja Perdana diterima
tanpa perlu diceritakan asal usulnya. Selang sepuluhan tahun kemudian ada
upaya untuk menjelaskan bahwa peran ini memang berasal dari penugasan oleh
Yesus sendiri. Upaya ini tercermin dalam Injil Matius, Lukas dan Yohanes.
Penjelasan historis ini terasa lebih bermanfaat daripada pembicaraan yang
beranjak dari hal penerusan peran apostolik Petrus kepada uskup Roma.
AKTUALISASI
HAR: Uraian tentang "menjala manusia" menarik. Tapi Injil-Injil tidak sama
dalam menyebutkan pelakunya. Bagaimana menjernihkan hal ini?
GUS: Sabar. Justru dengan menyebut macam-macam orang itu mau diisyaratkan
bahwa sebetulnya yang mengemban tugas itu bukan orang perorangan melainkan
kelompok orang yang mempercayai Yesus dan bersedia mengikutinya.
HAR: Maksudnya kelompok murid-murid yang pertama-tama dipanggil?
GUS: Betul. Dan kemudian Gereja sampai zaman kita ini. Tugas "merenggut umat
manusia dari maut" itu tugas Gereja.
HAR: Dijalankan dengan membaptis? Mewartakan sabda?
GUS: Antara lain. Tetapi kita jangan hanya berpikir mengenai Gereja dengan
ukuran-ukuran ritual tok. Membaptis juga berarti mengubah wajah kemanusiaan
dari yang bisa dikungkung kuasa-kuasa jahat menjadi yang merdeka untuk
mengenal Yang Baik dan mengikutiNya. Banyak macam bentuk mewartakan Injilnya
Kerajaan Allah. Gereja perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah
yang menjawab kebutuhan zaman sekarang.
HAR: Termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam
masyarakat?
GUS: Tentu. Lihat tuh terobosan di dalam program kerja Gereja Indonesia yang
tentunya terdorong oleh kepedulian sosial yang makin peka. Ini satu bentuk
"merenggut umat manusia dari kuasa maut" tadi.
HAR: Dan kita para pemerhati sabda ilahi ini jangan membiarkan sorot sabda
itu pudar. Kepada orang di sekitar jangan hanya kita berikan lip service
alias, Jawané "mung kelangan abab".
GUS: Kembali ke "menjala manusia" dalam pengertian "merenggut umat manusia
dari kuasa maut". Kenyataan "maut" itu panjang: kemelaratan, kebodohan,
ketakadilan, penindasan, perpecahan, tak adanya damai dan banyak lagi, you
name it.
HAR: Gereja bisa mengajak orang-orang yang berkehendak baik untuk
bersama-sama merenggut manusia dari serentetan ujud "maut" itu kan?
GUS: Bila bisa mengentas orang dari situ, integritas Gereja akan makin
besar.
HAR: Setuju. Dan orang-orang yang kita layani akan menjadi pribadi yang
merasa tak dilupakan Tuhan.
GUS: Dan tentunya juga tidak memperlakukan mereka sebagai komoditi bagi
kerasulan. Begitulah tanggapan orang beriman terhadap Kristus yang bangkit
yang dibicarakan Paulus dalam 1Kor 15:1-11. Bila tidak bisa mewujudkan
keselamatan yang dapat dialami secara nyata, maka kata Paulus, kita ini
"sia-sia saja menjadi percaya" (ayat 2).
DARI BACAAN KEDUA
Dari bacaan kedua, yakni 1Kor 15:1-15, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi
Paulus kebangkitan Kristus ialah anugerah ilahi. Allah membangkitkan
Kristus, Mesias utusan resminya, dari maut yang benar-benar telah
mencengkeramnya. Inilah yang diwartakan di kalangan umat pertama. Ada
gambaran bahwa Yang Mahakuasa merenggut Mesiasnya dari dari kuasa maut dan
memberinya kemuliaan. Yang terjadi pada Yesus Kristus ini akan terjadi pula
pada semua yang percaya padanya: tidak akan lagi dikuasai maut
selama-lamanya. Yang Maha Kuasa akan membuat mereka terenggut dari wilayah
itu.
Bagaimana?
Ada titik temu warta Injil dengan pokok kepercayaan mengenai kebangkitan.
Bila kebangkitan itu benar-benar pengalaman manusiawi, maka bisa dijalani
oleh semua orang. Tentu tidak selalu terjamin pasti demikianlah yang
terjadi. Ada yang terikut ada yang tertinggal. Apa yang mengerti ini diam
saja? Injil hari ini justru mengajarkan kepada mereka yang sudah paham agar
ikut serta mengusahakan makin banyak orang terenggut dari kuasa jahat dan
berbagi kehidupan baru. Inilah makna menjala manusia.
Salam hangat,
A. Gianto
02 Februari 2010 08:46
"MENJALA MANUSIA" - maksudnya?
Rekan-rekan yang budiman!
Nabi Yesaya terpukau oleh para makhluk surgawi yang khidmat memuji kebesaran
Tuhan yang Maha Kudus. Saat itu juga ia merasa segera akan luluh binasa
karena mendapati diri "kotor". Ayat-ayat dari Yes 6:1-2a.3-8 itu
diperdengarkan dalam bacaan pertama bagi Minggu Biasa V tahun C. Kemudian
Injil Luk 5:1-11 diceritakan bagaimana Simon menyaksikan keajaiban yang
terjadi serta-merta kata-kata Yesus diturutinya. Tetapi ia saat itu juga
merasa diri pendosa dan mohon agar Yesus - yang disapanya sebagai Tuhan -
menjauhinya. Tidak tahan ia berdekatan dengan Yang Ilahi. Yesaya dan Simon
sama-sama dilanda kekuatan sabda ilahi dan merasa tak pantas.
Bagaimanapun juga pada saat-saat itu juga mereka dikuatkan. Bibir Yesaya
dibersihkan. Yang kotor di-"bakar" habis, kesalahannya dihapus. Kepada Simon
berkatalah Yesus, "Jangan takut!" Sapaan ini menghibur dan memberi kekuatan.
Mereka boleh merasa lega di hadapan Yang Ilahi tanpa dirundung rasa gentar.
Kini mereka mampu berbuat sesuatu. Yesaya bersedia diutus untuk menghadirkan
Tuhan. Simon meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus sepenuhnya.
Pengalaman batin berjumpa dengan Tuhan dapat betul-betul menggerakkan orang
dan membukakan lembaran baru dalam kehidupan. Orang tidak berhenti pada rasa
terpukau atau gentar yang pasif melulu.
Ada tiga tahap pokok dalam mengalami kehadiran ilahi. Pertama-tama orang
mendapati diri dipenuhi kehadiran itu, kemudian orang akan langsung merasa
tak pantas, namun akhirnya tertolong sehingga dapat menerima kehadiran itu
dengan ikhlas, tanpa takut-takut. Orang juga terdorong berbuat sesuatu yang
cocok. Pengalaman ini menjadi inti panggilan menjadi orang suruhan Tuhan
yang bakal membawa orang-orang kepadaNya, bukan hanya membawakanNya kepada
manusia. Injil hari ini menggambarkannya sebagai panggilan untuk menjala
manusia. Marilah kita teliti maknanya lebih jauh.
PANGGILAN UNTUK "MENJALA MANUSIA"
Dalam teks Yunani Luk 5:10, kata-kata Yesus "(kau akan) menjala manusia"
berbunyi "anthropous (esee) zoogroon" dan sarat dengan pengertian "(kau
akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan".
Bila dipikirkan lebih lanjut, kata-kata Yesus itu berisi suruhan kepada
Simon agar merenggut umat manusia dari kuasa maut. Penugasan seperti ini
berarti pula ajakan ikut serta menjalankan karya Sang Juru Selamat sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat dicatat bersangkutan dengan panggilan ini dalam
Injil-Injil. Dalam Injil Markus, panggilan Simon, Andreas, Yakobus dan
Yohanes (Mrk 1:16-20) dikisahkan setelah Yesus mengumumkan kedatangan
Kerajaan Allah (Mrk 1:15). Matius mengambil alih Markus, juga dalam hal
menaruh peristiwa panggilan keempat murid pertama (Mat 4:18-22) setelah
kedatangan Kerajaan Surga diumumkan (Mat 4:17; Matius memakai istilah
Kerajaan Surga bagi Kerajaan Allah). Markus dan Matius hendak menunjukkan
bahwa murid-murid dipanggil agar ikut mewartakan Kerajaan Allah kepada orang
banyak. Injil Lukas mengolah bahan ini lebih jauh:
- Pertama-tama pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah dibedakan dengan
panggilan para murid pertama. Panggilan mereka diceritakan terjadi baru
setelah Yesus mengajar orang banyak, mengusir setan, menyembuhkan orang
sakit (Luk 4:14-44). Lukas rupa-rupanya ingin menunjukkan bahwa murid-murid
pertama itu sebetulnya sudah mendengar tentang Yesus sebelum terpanggil
mengikutinya secara penuh. Perjalanan menjadi pengikut Yesus dikisahkannya
setapak demi setapak.
- Kemudian digarisbawahi satu arti "menjala manusia" , yakni agar manusia
menemukan sumber kehidupan - yakni Tuhan sendiri. Markus dan Matius memakai
ungkapan Yunani "halieis anthropou" yang harfiahnya "nelayan/penjala
manusia", tanpa penjelasan lebih jauh mengenai tujuannya.
- Akhirnya disoroti tokoh Simon Petrus secara khusus. Dan dalam hal ini ia
memakai kisah penangkapan ikan secara menakjubkan yang tidak ada dalam Injil
Markus dan Matius, tetapi yang muncul dalam bagian belakang Injil Yohanes
(Yoh 21:4-14). Dalam Injil Yohanes kisah penangkapan ikan yang
berlimpah-limpah itu dikaitkan langsung dengan penugasan Simon Petrus untuk
memelihara domba-domba Yesus serta mengusahakan tempat hidup bagi mereka
(Yoh 21:15-17). Ia tidak diangkat menjadi gembala mereka; Yesus sendirilah
gembala mereka dari awal sampai akhir!
Peran khusus Simon Petrus itu ditampilkan Matius dalam hubungan dengan kisah
pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias. Di situ Matius menambahkan Simon
disebut Yesus sebagai batu karang dasar Gereja dibangun, tak bakal
terkalahkan oleh maut, dan pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan
seperti ini tidak didapati dalam Injil lain.
Jelas bahwa Matius, Lukas dan Yohanes sama-sama mengetengahkan peran utama
Simon Petrus, tetapi dengan cara yang berbeda-beda. Markus tidak mengolahnya
secara khusus. Maklum ketika Injil Markus selesai ditulis, yaitu pada paruh
kedua tahun 60-an, peran utama Simon Petrus dalam Gereja Perdana diterima
tanpa perlu diceritakan asal usulnya. Selang sepuluhan tahun kemudian ada
upaya untuk menjelaskan bahwa peran ini memang berasal dari penugasan oleh
Yesus sendiri. Upaya ini tercermin dalam Injil Matius, Lukas dan Yohanes.
Penjelasan historis ini terasa lebih bermanfaat daripada pembicaraan yang
beranjak dari hal penerusan peran apostolik Petrus kepada uskup Roma.
AKTUALISASI
HAR: Uraian tentang "menjala manusia" menarik. Tapi Injil-Injil tidak sama
dalam menyebutkan pelakunya. Bagaimana menjernihkan hal ini?
GUS: Sabar. Justru dengan menyebut macam-macam orang itu mau diisyaratkan
bahwa sebetulnya yang mengemban tugas itu bukan orang perorangan melainkan
kelompok orang yang mempercayai Yesus dan bersedia mengikutinya.
HAR: Maksudnya kelompok murid-murid yang pertama-tama dipanggil?
GUS: Betul. Dan kemudian Gereja sampai zaman kita ini. Tugas "merenggut umat
manusia dari maut" itu tugas Gereja.
HAR: Dijalankan dengan membaptis? Mewartakan sabda?
GUS: Antara lain. Tetapi kita jangan hanya berpikir mengenai Gereja dengan
ukuran-ukuran ritual tok. Membaptis juga berarti mengubah wajah kemanusiaan
dari yang bisa dikungkung kuasa-kuasa jahat menjadi yang merdeka untuk
mengenal Yang Baik dan mengikutiNya. Banyak macam bentuk mewartakan Injilnya
Kerajaan Allah. Gereja perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah
yang menjawab kebutuhan zaman sekarang.
HAR: Termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam
masyarakat?
GUS: Tentu. Lihat tuh terobosan di dalam program kerja Gereja Indonesia yang
tentunya terdorong oleh kepedulian sosial yang makin peka. Ini satu bentuk
"merenggut umat manusia dari kuasa maut" tadi.
HAR: Dan kita para pemerhati sabda ilahi ini jangan membiarkan sorot sabda
itu pudar. Kepada orang di sekitar jangan hanya kita berikan lip service
alias, Jawané "mung kelangan abab".
GUS: Kembali ke "menjala manusia" dalam pengertian "merenggut umat manusia
dari kuasa maut". Kenyataan "maut" itu panjang: kemelaratan, kebodohan,
ketakadilan, penindasan, perpecahan, tak adanya damai dan banyak lagi, you
name it.
HAR: Gereja bisa mengajak orang-orang yang berkehendak baik untuk
bersama-sama merenggut manusia dari serentetan ujud "maut" itu kan?
GUS: Bila bisa mengentas orang dari situ, integritas Gereja akan makin
besar.
HAR: Setuju. Dan orang-orang yang kita layani akan menjadi pribadi yang
merasa tak dilupakan Tuhan.
GUS: Dan tentunya juga tidak memperlakukan mereka sebagai komoditi bagi
kerasulan. Begitulah tanggapan orang beriman terhadap Kristus yang bangkit
yang dibicarakan Paulus dalam 1Kor 15:1-11. Bila tidak bisa mewujudkan
keselamatan yang dapat dialami secara nyata, maka kata Paulus, kita ini
"sia-sia saja menjadi percaya" (ayat 2).
DARI BACAAN KEDUA
Dari bacaan kedua, yakni 1Kor 15:1-15, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi
Paulus kebangkitan Kristus ialah anugerah ilahi. Allah membangkitkan
Kristus, Mesias utusan resminya, dari maut yang benar-benar telah
mencengkeramnya. Inilah yang diwartakan di kalangan umat pertama. Ada
gambaran bahwa Yang Mahakuasa merenggut Mesiasnya dari dari kuasa maut dan
memberinya kemuliaan. Yang terjadi pada Yesus Kristus ini akan terjadi pula
pada semua yang percaya padanya: tidak akan lagi dikuasai maut
selama-lamanya. Yang Maha Kuasa akan membuat mereka terenggut dari wilayah
itu.
Bagaimana?
Ada titik temu warta Injil dengan pokok kepercayaan mengenai kebangkitan.
Bila kebangkitan itu benar-benar pengalaman manusiawi, maka bisa dijalani
oleh semua orang. Tentu tidak selalu terjamin pasti demikianlah yang
terjadi. Ada yang terikut ada yang tertinggal. Apa yang mengerti ini diam
saja? Injil hari ini justru mengajarkan kepada mereka yang sudah paham agar
ikut serta mengusahakan makin banyak orang terenggut dari kuasa jahat dan
berbagi kehidupan baru. Inilah makna menjala manusia.
Salam hangat,
A. Gianto
No comments:
Post a Comment