Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Biasa XXXII A - 6 November 2011

Minggu Biasa XXXII tahun A - 6 November 2011 Mat 25:1-13

YANG SIGAP DAN YANG KURANG WASPADA

Injil Minggu Biasa XXXII tahun A ini (Mat 25:1-13) menampilkan perumpamaan
sepuluh gadis yang bermaksud  mengiringkan pengantin lelaki menjemput
mempelai perempuan dan ikut pesta pernikahan. Lima dari kesepuluh gadis tadi
siap tetapi lima lainnya tidak. Mereka tidak membawa persediaan minyak bagi
pelita mereka sehingga harus pergi membelinya. Tapi pada saat itu mempelai
lelaki yang ditunggu-tunggu akhirnya datang dan kelima gadis yang pergi
membeli minyak tadi tertinggal dan tak bisa ikut dalam pesta pernikahan.

Perumpamaan ini termasuk rangkaian pengajaran yang sama-sama bermuatkan
pokok-pokok gagasan berikut:

- Ada dua kelompok orang yang menanti-nantikan: Mat 24:37-41 (yang satu
terbawa, yang lain tertinggal); 45-51 (hamba setia, hamba jahat); 25:14-46
(domba di kanan, kambing di kiri).

- Tertundanya kedatangan orang  yang dinantikan: Mat 24:48 (majikan para
hamba); 25:14.19 (pemberi talenta).

- Saat kedatangannya tak terduga-duga: Mat 24:29-36; 50-51.

- Bisa diamati gelagatnya: Mat 24:29-36.43 (nasihat berjaga-jaga; inti
pewartaan Mat 24-25).

- Perlu kewaspadaan dan usaha: Mat 24:45-51 (hamba yang berjaga-jaga) ;
25:14-30 (menjalankan talenta).

Marilah kita lihat dari dekat beberapa unsur di dalam perumpamaan sepuluh
gadis ini.

"PADA WAKTU ITU..."

Petikan hari ini mulai dengan ungkapan "Pada waktu itu hal Kerajaan Surga
seumpama...". Dibicarakan di sini saat pemisahan siapa yang akan masuk siapa
yang akan tertinggal di luar, seperti juga sudah disebutkan dalam Mat 24:40
("Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan
yang lain akan ditinggalkan") dan nanti dalam Mat 25:32 ("Lalu semua bangsa
akan dikumpulkan di hadapan [Anak Manusia yang datang dalam kemuliaannya]
dan ia akan memisahkan mereka seorang dari yang lain, sama seperti gembala
memisahkan domba dari kambing.").Yang dimaksud dengan "Hal Kerajaan Surga"
ialah keadaan pada akhir zaman itu nanti.

Apakah ini ramalan? Banyak pembaca Injil Matius pada zaman itu berpikir
demikian. Maklum mereka mengira bahwa akhir zaman akan segera datang. Namun
perkiraan ini mau tak mau semakin disesuaikan dengan kenyataan bahwa akhir
zaman yang ditandai dengan macam-macam kekalutan dan kekacauan tak kunjung
tiba walau tanda-tanda yang disebutkan dalam Mat 24:4-18 sudah hadir.
Nyatanya dunia masih terus berlangsung. Orang-orang juga terus hidup. Injil
Matius menjelaskan bahwa akhir jagat tetap akan datang tidak lama lagi,
tetapi kapan persisnya tidak diketahui. Tak ada yang tahu, malaikat tidak
tahu, bahkan anak (manusia) sendiri yang akan datang dengan kemuliaan tidak
mengetahuinya. Hanya Bapa di surga yang tahu. Diajarkan kepada komunitas
orang percaya pada waktu itu agar tetap waspada dan sigap. Itulah sebabnya
perumpamaan mengenai sepuluh gadis tadi tampil dalam pembicaraan mengenai
akhir zaman. Di sini terlihat betapa iman mereka tetap hidup dan teologi
mereka tidak mentok. Tidak terpancang pada gagasan dan perkiraan belaka.

Bagaimana dengan orang pada zaman ini? Bila pelita iman tetap dihidupkan
dengan minyak nalar yang tak kering, maka tak usah takut menafsirkan Mat
24-25 bagi orang sekarang bukan sebagai ramalan bahwa akhir zaman akan
segera datang.  Namun demikian, kewaspadaan serta kesiagaan yang diajarkan
di situ tetap memiliki bobot dan arti. Malah makin besar. Bagaimana
penjelasannya?

IKUT PESTA PERNIKAHAN, PELITA, DAN MINYAK

Perumpamaan ini didasarkan pada kebiasaan yang pada zaman Matius sudah tidak
ada lagi, tapi yang tetap menampilkan makna yang jelas. Di situlah kuatnya
gaya tutur perumpamaan. Di sebuah dusun, menjadi aib besar bagi seorang
gadis yang memasuki umur dewasa bila tidak sempat ikut meramaikan pesta
pernikahan salah satu dari antara mereka sebagai pengiring pengantin. Akan
susah baginya untuk bersuami. Ia akan sulit menemukan tunangan yang akan
menjadi suaminya. Ia harus menantikan sampai ada yang menebusnya. Dan memang
dalam masyarakat Yahudi dulu ada kelompok seperti ini. Kerap mereka yang
tidak menikah ini tergolong bersama dengan kelompok "janda". Bukan kehidupan
yang menyenangkan, dibicarakan orang, dicibiri, dijauhi. Hanya dipelihara,
dikasihani.

Dalam perumpamaan ini nasib mereka dijelaskan sebagai akibat kebodohan
mereka sendiri. Mereka teledor tidak membawa cukup bekal dan kehilangan
kesempatan berharga ikut mempelai lelaki menjemput pengantinnya. Ketika
mereka menyusul, pintu tidak akan dibuka bagi mereka. Terlambat. Permintaan
mereka agar pintu dibuka tidak dilayani dan mereka dianggap orang yang tak
dikenal.

Dalam sejarah penafsiran, kerap ada uraian mengenai pelita dan minyak.
Pelita dapat dilihat sebagai lambang terang iman yang menuntun pembawanya.
Penolakan lima gadis yang bijaksana untuk memberi minyak mereka tak usah
ditafsirkan sebagai sikap menaruh kepentingan diri di atas kebutuhan sesama.
Penolakan itu menunjukkan betapa minyak dan pelita menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari yang membawanya. Jelas yang dimaksud bukan minyak
sungguhan, melainkan minyak yang menghidupkan orang dari dalam dan tak dapat
diparuh untuk orang lain. Juga angka sepuluh sering dilihat sebagai cara
mengatakan seluruh komunitas orang yang percaya, Gereja, di situ ada yang
sigap dan ada yang lamban dalam menunggu sang Mempelai, yakni Kristus. Bila
begitu, maka ada imbauan untuk membantu agar jangan sampai orang jadi
lamban, siap-siaplah dengan bekal. Juga agar yang sigap hendaknya, dalam
arah tafsir ini, agar tetap awas.

MENDENGARKAN SABDA

Petikan yang sedang dikupas kali ini mengingatkan pembaca akan erumpamaan
orang bijak yang mendirikan rumah di atas batu (Mat 7:24-27). Rumahnya tak
bakal rubuh bila hujan turun dan angin menerpa. Tetapi orang yang bodoh
membangun rumah di atas pasir. Gampang. Tapi bila datang hujan dan banjir
rumahnya akan musnah. Di situ bijaksana atau bodoh diukur dengan "mendengar
perkataanku". Yang tidak mendengarkan tapi merasa sudah berseru "Tuhan,
Tuhan" akan terpaksa mendengar jawaban "Aku tidak mengenalmu!"  (7:21-23).
Seruan sia-sia dan jawaban yang sama diperdengarkan kepada lima gadis lamban
yang datang menyusul ketika pintu sudah ditutup (25:11-12).

Dari perbandingan itu jelas bahwa kebodohan kelima gadis tadi intinya ialah
sikap kurang mau memberi ruang gerak pada Sabda Ilahi dalam kehidupan
mereka. Bagi mereka, Sabda bukan kenyataan yang dihayati. Ini kecerobohan
bertindak  yang akhirnya membuat mereka tidak dapat ikut di dalam
kegembiraan yang mereka harap-harapkan.

Tertundanya kedatangan yang ditunggu-tunggu itu bisa jadi kesempatan
berharga untuk semakin belajar mendengarkan. Bukan agar menjadi waswas
mengenai kapan datangnya yang ditunggu dan mulai ikut dalam upaya ramal
meramal. Yang berbekal kebijaksanaan boleh tetap tenang dan yakin bahwa yang
ditunggu pasti akan datang. Kapan terserah yang kuasa. Ini kebijaksanaan
orang yang mendengar Sabda Ilahi Tidak memaksa-maksa, tidak mendahului,
melainkan membiarkanNya datang dengan derap langkahNya sendiri. Ini sama
dengan mengawasi gerak gerikNya dan membuat orang bisa selangkah denganNya
nanti.

MAIN MAIN DENGAN "MISTERI" DAN AGAMA?

Orang sekarang sebetulnya mempunyai hubungan yang mendua dengan kenyataan
Yang Keramat. Orang boleh jadi tidak lagi dapat membiarkan Yang Keramat
datang dengan wajahnya sendiri. Orang mau memanipulasinya. Dalam gagasan
Injil sama dengan menolak mendengarkan Sabda Ilahi. Sama saja dengan berlaku
"lamban" dan "bodoh" (Yunaninya "moros") bukan sebagai orang yang sigap
menengarai keadaan, bijak (Yunaninya "phronimos").

Ironinya, dalam manipulasi Yang Keramat itu ialah disertakannya unsur-unsur
agama. Di situ agama ditayangkan sebagai cara-cara memperoleh kekuatan
memanuver kekuatan-kekuatan itu. Bukan sebagai kebijaksanaan memahami gerak
geriknya. Bisa diingat kembali yang disampaikan dalam Mat 7:22. Di situ
pembenaran diri bahwa orang telah bernubuat atas nama Tuhan, mengusir setan
demi namaNya, mengadakan banyak mukjizat demi namaNya hanya akan dijawab
(ayat 23): "Aku tidak pernah mengenal kamu. Enyahlah dari hadapanku, kamu
sekalian yang melakukan kejahatan!" Ini peringatan agar tidak berlaku
sebarangan

Apakah teologi kristiani dapat menyumbangkan sesuatu? Tentu saja. Sederhana.
Mendengarkan dan kemudian menyampaikan yang didengar itu dalam bahasa
manusia. Memperdengarkan Sabda Ilahi dalam bahasa yang bisa dimengerti.
Itulah yang disampaikan itu "teo-logi", wacana tentang Yang Ilahi setelah
mendengarkannya. Bukan sebaliknya. Apakah juga ada ajakan bagi pelayan
kehidupan orang yang beragama, bagi para pelayan sabda? Ya. Ada ajakan untuk
semakin membantu orang dapat menjadi kaum "phronimoi", kaum yang sigap dan
bijak yang membangun rumah di atas dasar yang kukuh, yang pandai-pandai
membawa bekal dan menjaga pelita hidup tetap menyala.


Salam hangat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment