Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Biasa XXI /A - 24 Agt 2008

Hello,

Injil dan bacaan pertama Minggu Biasa XXI 24 Agt 2008 Mat 16:13-20 Yes 22:19-23
19 Agustus 2008 08:34

MESIAS, BATU KARANG, DAN KUNCI KERAJAAN SURGA

Hingga kini ketiga Injil Sinoptik memperkenalkan Yesus terutama lewat ajarannya, lewat penyembuhan yang dilakukannya, termasuk tindakan mengusir roh jahat, dan lewat peristiwa perbanyakan roti. Orang mulai bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia itu dan bagaimana ia dapat mengerjakan semua itu. Semakin disadari bahwa dia lain dari orang-orang luar biasa lainnya. Siapakah dia sesungguhnya? Dalam Mat 16:13-20 (Injil hari Minggu Biasa XXI tahun A) Petrus menyuarakan kesadaran para murid bahwa Yesus itu Mesias, anak Allah yang hidup. Penegasan ini sebetulnya satu sisi saja dalam pewartaan mengenai siapa sebenarnya Yesus. Sisi yang lain menyangkut perjalanan ke arah penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus yang diungkapkan ketiga Injil Sinoptik langsung sesudah penegasan akan kemesiasan Yesus. Kali ini petikan Injil Matius mengajak pembaca mendalami sisi yang pertama. Hari Minggu berikutnya akan dilihat sisi yang lain. Akan diuraikan pula gagasan pokok dalam bacaan pertama (Yes 22:19-23) serta kaitannya dengan Injil.

Pokok pewartaan

Memang ada pelbagai perkiraan di masyarakat mengenai siapa Yesus itu. Dan di Kaisaria Filipi para murid diajak Yesus berbicara mengenai pelbagai pendapat mengenai dirinya. Sudah matang saatnya para murid dituntun mengenali siapa dia itu sebenarnya. Mereka telah mendengar ajarannya, telah melihat perbuatannya, dan menyaksikan kekuatannya. Kini tibalah waktunya memahami siapa dia itu.

Tentu saja mulai disadari bahwa Yesus yang mempesona dan diikuti banyak orang ini ialah dia yang resmi ditugasi Allah dan kedatangannya yang dinanti-nantikan banyak orang. Dialah Mesias yang diharapkan membangun kembali umat Allah seperti dahulu kala. Dialah yang bakal memimpin orang banyak makin mendekat kepada Allah sendiri. Di dalam kesadaran orang banyak, Mesias ini ialah keturunan Daud yang akan mengawali zaman adil dan damai. Dalam keagamaan Yahudi, gagasan Mesias seperti ini disatukan dengan pengertian "Anak Manusia", seperti terungkap dalam penglihatan Daniel (Dan 7:13). Gereja Awal juga percaya bahwa Yesus ialah tokoh ini.

Keyakinan di atas mau tak mau berhadapan dengan kenyataan bahwa Yesus akhirnya mengalami penderitaan, ditolak oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang sah ("tetua, imam kepala dan ahli Taurat" ialah tiga macam anggota di dalam Sanhedrin, badan resmi masyarakat Yahudi) sampai dibunuh. Namun demikian, nanti dengan pelbagai cara para murid Yesus juga mengalami kebangkitan Yesus pada hari ketiga. Dan pengalaman inilah yang membuat mereka percaya bahwa Yesus itulah sungguh Mesias.

Rumusan penegasan Petrus yang disampaikan secara sederhana tapi tegas dalam Mrk 8:29 "Engkaulah Mesias" mengungkapkan pokok kepercayaan yang tumbuh dalam Gereja Awal. Bukan tanpa arti bila dalam ketiga Injil Sinoptik pemberitahuan pertama mengenai penderitaan, wafat dan kebangkitan didahului dengan penegasan Petrus mengenai siapa sebenarnya Yesus itu. Penegasan ini kemudian dipertajam rumusannya oleh Matius dan Lukas dengan cara masing-masing. Menurut Mat 16:16, Petrus berkata, "Engkaulah Mesias, anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16). Matius menambahkan "anak Allah yang hidup" untuk menggarisbawahi bahwa Allah-lah yang memilih Yesus sebagai pewarta kehadiranNya di dunia. Matius juga bermaksud menjelaskan bahwa Mesias yang dinanti-nantikan ini bukan pemimpin politik atau penguasa yang bakal membangun kembali kejayaan Israel dengan kekuatan militer. Maklum di kalangan Yahudi harapan akan Mesias politik ini amat kuat. Persoalan ini tidak amat terasa dalam lingkungan Lukas yang bukan berasal dari kalangan Yahudi. Mereka lebih berminat memahami apakah kuasa dan kekuatan Yesus itu memang berasal dari Allah sendiri. Karena itu ditandaskan dalam Luk 9:20 bahwa Mesias tadi "dari Allah". Maksudnya, Yesus datang dari Dia dan menunjukkan bahwa Allah sendiri bertindak dalam diri Yesus untuk membebaskan manusia dari kuasa-kuasa jahat, dari penyakit, dari kekersangan batin. Inilah yang membuat Yesus betul-betul menjadi Mesias bagi semua orang.

Siapakah "Anak Manusia" itu?

Ketika Yesus menanyai murid-muridnya apa kata orang mengenai siapa "Anak Manusia" ada jawaban yang bermacam-macam. Ungkapan "Anak Manusia" dipakai merujuk pada diri Yesus. Dalam kesadaran orang Yahudi pada zaman Yesus, ada kaitan antara tokoh yang dinanti-nantikan datangnya sebagai Mesias dengan penglihatan dalam Dan 7:13 yang menggambarkan tokoh yang mirip manusia itu terlihat datang mengarah kepada Yang Mahakuasa dan mendapat kuasa di bumi dan di langit.

Dengan memakai ungkapan itu Yesus hendak memperkenalkan dirinya yang sesungguhnya. Ia tidak bertanya mengenai apa kata orang mengenai ajarannya, mengenai tindakannya, mengenai kelakuannya. Ia ingin mendengar bagaimana orang menerapkan siapa tokoh yang terarah kepada Yang Mahakuasa itu, siapa "Anak Manusia" tadi. Para murid diajak menengarai pelbagai pandangan yang ada mengenai dirinya: ia seperti Yohanes Pembaptis, tokoh spiritual yang masih segar dalam ingatan orang, juga bisa dibandingkan dengan Elia, seorang nabi besar yang diceritakan telah naik ke langit dan tentunya akan kembali diutus Allah mendatangi umat pada saat-saat mereka membutuhkan dampingan dan arahan, atau seperti nabi Yeremia yang dikenal tak jemu-jemunya memperingatkan umat dan para pemimpin agar tetap setia pada Allah di tengah penderitaan dan mengajarkan kerohanian yang sejati dan bukan praktek luar-luar saja.

Bagi kalian, siapa aku ini?

Pendapat-pendapat itu tidak bisa dikatakan meleset. Walaupun demikian, ada pemahaman yang dapat lebih menolong. Yesus menanyai Petrus dengan ungkapan yang berbeda, "Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?" Tidak lagi ditanyakan apa kata orang, melainkan apa katamu. Juga tidak lagi dipakai sebutan "Anak Manusia", melainkan "aku". Petrus kini tampil sebagai wakil para murid yang kemudian mempersaksikan Yesus Kristus dan meneruskan wartanya. Pertanyaan Yesus kepadanya bukan pertanyaan kepada individu Petrus saja. Setelah menanyai para murid, pada ay. 15 disebutkan Yesus bertanya kepada "mereka" - yakni para murid tadi. Terjemahan LAI "apa katamu" tidak amat jelas. Memang dalam bahasa Indonesia "-mu" bisa berarti tunggal bisa pula jamak. Teks asli dalam bahasa Yunani memakai kata "kalian" yang hanya bisa berarti jamak. Maka pertanyaan tadi jelas ditujukan kepada para murid, begitu juga menurut Injil Markus dan Lukas. Dalam situasi itulah Petrus tampil mewakili para murid. Oleh karena itu, tak usah ditafsirkan bahwa di sini ada imbauan untuk menumbuhkan jawaban iman yang digarap secara pribadi, bukan rumus-rumus yang siap pakai saja. Memang iman yang dewasa dan kuat juga semakin pribadi sifatnya. Tetapi tanya jawab dengan Petrus ini bukan ke sana arahnya.

Jawaban Petrus juga mencerminkan pemahaman para murid. Memang kemudian Matius secara khusus menyoroti Petrus. Setelah penegasan tadi, pada ay. 17, Matius menambahkan episode Yesus menyebut Petrus berbahagia karena pengetahuan tadi didapat bukan dari manusia melainkan dari Bapa di surga. Kemudian dalam dua ayat berikutnya Simon disebut Yesus sebagai batu karang dasar Gereja dibangun yang tak bakal terkalahkan oleh maut, ia juga disebut pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan ini tidak ada dalam Injil lain.

Batu karang dan kunci

Batu karang jadi tempat berlindung dari hempasan ombak dan tempat berpegang agar tak hanyut oleh arus-arus ganas. Dengan menyebut Petrus sebagai batu karang, Yunaninya "petra", ditandaskan bahwa ia bertugas melindungi umat yang dibangun Yesus dari marabahaya yang selalu menghunjam. Dikatakan juga bahwa alam maut (Yunaninya "hades", Ibraninya "syeol") takkan bisa menguasainya, maksudnya takkan dapat mematikan kumpulan orang yang percaya tadi.

Orang dulu membayangkan jalan ke alam maut sebagai lubang yang menganga lebar. Seperti liang lahat yang besar. Semua orang mati pasti akan ke sana dan tak ada jalan kembali. Satu-satunya cara untuk mencegah agar orang tidak tersedot ke dalamnya ialah dengan menyumbatnya dengan batu besar yang tidak bakal tertelan dan tak tergoyah. Petrus digambarkan sebagai tempat Yesus mendirikan umat yang takkan terkuasai alam maut.

Gambaran di atas dapat membantu mengerti mengapa kepada Petrus diberikan kunci Kerajaan Surga. Bukannya ia dipilih menjadi orang yang menentukan siapa boleh masuk siapa tidak, melainkan sebagai yang bertugas menahan agar kekuatan-kekuatan maut tidak memasuki Kerajaan Surga! Ia mengunci surga dari pengaruh yang jahat. Apa yang diikatnya di bumi, yang tetap dikunci di bumi, yakni jalan ke alam maut akan tetap terikat dan tidak akan bisa merambat ke surga. Tak ada jalan ke surga bagi daya-daya maut. Apa yang dilepaskannya di bumi, yakni manusia yang bila dibiarkan sendirian akan menjadi mangsa lubang syeol menganga tadi. Tidak amat membantu bila kata-kata itu ditafsirkan sebagai penugasan Petrus menjadi "juru kunci gerbang surga" menentukan siapa orang diperkenankan masuk dan dibiarkan di luar tidak peka konteks. Malah tafsiran itu akan membuat warta Injil Matius kurang terasa.

DARI BACAAN PERTAMA

Bacaan pertama (Yes 22:19-23) didasarkan pada gagasan penugasan resmi seorang kepala pemerintahan yang mewakili raja pada zaman kejayaan kerajaan Yudea yang berpusat di Yerusalem. Latar belakangnya demikian. Tahta di Yerusalem turun temurun diduduki oleh raja keterurunan Daud. Ada kepercayaan bahwa Tuhan telah menjanjikan kepada Daud bahwa keturunannya akan mendirikan rumah bagi Tuhan (yakni Bait Allah yang dibangun Solomon) dan Ia pun akan melindungi kekuasaan anak cucu Daud (duduk di tahta Daud) seperti terdapat dalam 2Sam 7. Berarti kehadiranNya di Bait dan kedudukan raja amat dekat satu sama lain. Rakyat melihat raja sebagai ujud manusiawi kehadirannNya. Urusan sehari-hari kerajaan tidak lagi langsung dijalankan raja sendiri melainkan oleh seorang kepala pemerintahan yang diangkat dan diberi penugasan resmi untuk itu. Demikian maka raja tidak lagi terikat urusan sehari-hari melainkan menjadi lambang manusiawi kehadiran Tuhan di tengah-tengah umatNya. (Lambang lain ialah tempat kudus, Bait Allah di Yerusalem.) Dalam petikan kali ini digambarkan penugasan Hilkia sebagai kepala pemerintahan tadi. Disebutkan hal-hal ini:

  1.. Ia dipanggil sebagai "hambaKu" (Yes 22: 20), maksudnya hambanya Tuhan sendiri dan bertugas menjalankan urusan-urusanNya. Tadinya raja sendiri-lah yang disebut demikian. Namun dalam perkembangannya kedudukan ini dijalankan oleh kepala pemerintahan. Nanti setelah kerajaan hancur, penguasa utama tetap memakai sebutan hamba Tuhan, dialah yang bertanggung jawab mengurusi umat dengan segala kesulitan dan penderitaan. Gagasan ini berkembang dalam Kidung Hamba Tuhan yang kemudian diterapkan juga pada Yesus.
  2.. Tuhan akan mengenakan jubah kepada Hilkia (ay. 21a).  Jubah ialah lambang kebesaran yang bisa dilihat orang banyak. Bila disertai ikat pinggang (ay. 21b),maka kebesaran ini menjadi makin nyata, karena ikat pinggang membuat jubah menempel pas pada badan pemakainya. Disebutkan pula (ay. 21c) bahwa ia memegang kekuasaan yang diberikan Tuhan sendiri.
  3.. Tokoh seperti itulah yang memikul tanggung jawab memegang kunci "rumah Daud" (ay. 22). Bahkan ia dapat menyatakan orang termasuk atau tidak termasuk rumah tadi. Dan yang dinyatakannya demikian tidak dapat disangkal. Kekokohan kuasanya dijamin Tuhan sendiri (AY. 23).
Namun sebesar apapun kuasa kepala pemerintahan itu, kedudukannya  tetap sebagai orang kedua. Kedudukan pertama dipegang sang raja keturunan Daud sendiri. Memang pada zaman kemudian bila raja keturunan Daud tidak ada lagi, sang kepala pemerintahan mewakilinya dan meneruskan kedudukan itu. Tetapi ia bukan raja sendiri. Inilah gagasan  yang ada dalam petikan dari Yesaya yang dibacakan kali ini.

Apakah gagasan ini melatari alam pikiran pemberian kuasa kepada Petrus dalam Injil di atas?  Kuasa Petrus memang kuasa mewakili kebesaran sang pemberi kuasa dan sekaligus memikul tanggung jawab menjalankan urusan-urusan orang pilihan sang pemberi kuasa sendiri - yang dalam alam pikiran Perjanjian Lama ialah sang raja keturunan Daud sendiri. Bagi pembaca Injil Matius, jelas siapa, yakni Yesus yang dalam bagian awal Injil digambarkan sebagai keturunan Daud.

Dalam Injil yang memberi kuasa kepada Petrus ialah Yesus. Dalam bacaan pertama, sang pemberi kuasa ialah Tuhan Sesembahan umat sendiri, yakni Dia yang telah berjanji kepada raja akan meneguhkan kekuasaannya. Pembaca Injil Matius dulu dapat menarik kesimpulan bahwa Yesus memegang kuasa sebagai orang pilihan Tuhan Perjanjian Lama dan sekaligus menjadi kenyataan Tuhan. Ia menyatu dengan Tuhan yang dikenal para leluhur iman. Gagasan dan kepercayaan seperti ini bisa mengejutkan. Tapi itulah yang diwartakan Injil.

Salam hangat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment