Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Santo William dari York

Hidup Mgr William! Hidup Uskup kita! Hidup Paus!” teriak umat Keuskupan York. Pagi itu orang-orang berkerumun memenuhi jalan utama kota. Mereka hendak menanti kedatangan uskup baru yang tiba dari pengasingannya.

Yang lain berjejalan di atas jembatan kayu yang melintasi Sungai Ouse. Tiba-tiba, braaakkk... jembatan itu ambruk tidak mampu menahan beban. Terdengar jerit kesakitan dan teriakan minta tolong dari orang-orang yang jatuh ke sungai yang dalam. Mgr William yang baru tiba sangat terharu melihat kejadian itu.


”Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin. Ya, Tuhan Maha Pengasih, selamatkanlah orang-orang ini dari bahaya,” dengan tenang William berdoa. Mukjizat pun terjadi, semuanya selamat tanpa ada yang terluka. Teriakan suka cita kembali bergemuruh. Sebagian umat menangis bahagia. Pilihan mereka pada William sungguh tepat. 

Sebagai keponakan Raja Stephen, William Fitzherbert dengan mudah meraih kedudukan penting dalam lingkaran kekuasaan. Meski kurang berminat pada urusan politik, dalam usia muda ia menjabat bendahara kerajaan. Tugas utamanya mengurusi harta benda kerajaan seperti piring perak, piala, patung, relikwi, dan kapel. 

Pengunduran diri Uskup Agung York Mgr Thurstan, 1140, mengubah jalan hidup William. Sepeninggal Mgr Thurstan ke Biara Pontefract, posisi pimpinan keuskupan lowong. Raja Stephen menunjuk keponakannya sebagai calon pengganti. ”William, aku memilihmu menjadi calon pengganti Mgr Thurstan,” titah Raja saat ia menghadap.

”Maaf, Tuanku. Bukan saya menolak permintaan Baginda. Rasanya banyak yang lebih pantas dari saya,” William berusaha mengelak. ”Tidak, William. Kau memang pantas menerima jabatan itu,” tegas Raja. 

Ditentang 

William tidak bisa menolak. Meski bukan rohaniwan, kesalehan dan sikap simpatiknya menonjol dibandingkan calon-calon lainnya. Saat maju ke panggung pemilihan, namanya meraih suara terbanyak. Sebagian besar klerus di Keuskupan York memilihnya. Sayang, kemenangan tersebut ditolak kelompok yang kalah dalam pemilihan. Beragam cara dilakukan untuk menggagalkan penahbisan William. Mereka menuduhnya berkolusi menggunakan pengaruh keningratannya. Akibat gencarnya penolakan tersebut, Mgr Theobald, Uskup Agung Canterbury menolak menahbiskan William sebelum mendapat persetujuan dari Takhta Suci di Roma. 

Atas tuduhan itu William tidak mendendam. Ia tetap sabar dan tabah menghadapi fitnah para penentangnya. Untuk sementara waktu, ia mengungsi ke Winchester, tinggal bersama pamannya Hendry, yang menjadi uskup di sana. Kebenaran akhirnya membuktikan dirinya tidak bersalah. Setelah ditahbiskan 26/9/1143, ia kembali ke keuskupannya. Tanpa menunda waktu ia mengerjakan tugas-tugasnya di keuskupan yang luas itu. Ia mulai menata administrasi keuskupan dan berupaya berdamai dengan para penentangnya. Karena kemurahan hatinya, ia sangat dicintai umatnya.

Niat baiknya menjalin relasi yang penuh kedamaian tidak mendapat respons baik. Ketika Paus Eugenius III naik takhta, para penentangnya kembali menyebarkan fitnah. Mereka menuduhnya menghabiskan uang keuskupan untuk pergi ke Roma. Yang paling keji, ia dituduh berbuat asusila. Paus Eugenius III kemudian memecatnya 1147 dengan alasan ia menahbiskan uskup baru Dirham tanpa melalui prosedur semestinya. 

Diracun

William yang terluka memilih pergi ke Sisilia. Di pengasingan, ia tekun berdoa dan bermeditasi. Tanpa sepengetahuan William, umat yang kehilangan pemimpin yang amat mereka cintai melakukan aksi. Mereka menolak uskup baru penggantinya. Kediaman para penentang William tidak luput dari serbuan umat yang marah. Kekacauan ini terus berlangsung hingga sang uskup wafat.

Tujuh tahun kemudian, Paus yang baru memanggil William ke Roma. Ia dikukuhkan kembali menjadi Uskup Agung York. Dengan suka cita ia kembali ke Inggris. Sekelompok kecil orang sisa-sisa penentangnya berupaya menghalangi dia masuk kota. Tetapi, usaha itu sia-sia. Tanpa perasaan dendam dan tetap bersikap simpatik William melangkah memasuki gerbang kota. 

Sayangnya, ia hanya sebentar menjabat sebagai Uskup Agung. Beberapa minggu setelah pelantikannya, 8/6/1154, ia meninggal dunia. Banyak orang menduga ia diracun musuh-musuhnya. 

William dimakamkan di ruangan tengah gereja Minster. Makamnya ramai diziarahi orang. Tahun 1223, terjadi keajaiban. Dari makamnya menetes minyak berbau harum. Mendengar kabar tersebut, Paus Honorius III memerintahkan penyelidikan. Hasil penelitian mendalam mengantarkan William pada proses kanonisasi 1227. Tahun1284, jasadnya dipindahkan ke belakang altar gereja. Saat upacara pemindahan dilaksanakan, Raja Edward I, Ratu Eleanor, dan para pejabat penting kerajaan hadir memberikan penghormatannya. 

St William dari York
William Fitzherbert lahir 1110. Tahun 1140, ia menjadi Uskup Agung York, Inggris. Namun, dengan berbagai cara, kelompok yang kalah dalam pemilihan uskup berusaha menggagalkan penahbisannya. Beragam fitnah pun dituduhkan kepadanya hingga Paus Eugenius III memecatnya. William wafat 8/6/1154. Tahun 1223, terjadi keajaiban. Di makamnya menetes minyak berbau harum. 

No comments:

Post a Comment