Seorang pangeran dan anak seorang menteri sedang keluar berburu di hutan. Keduanya lapar dan lelah setelah sepanjang hari mengembara. Mereka menemukan rindangnya pohon dan duduk untuk beristirahat. Kemudian, sang pangeran tertidur, sementara sang anak menteri tetap terjaga dan terus berjaga.
Beberapa saat kemudian seekor ular merayap menuju sang pangeran. Mendesis dengan penuh amarah, si ular itu siap untuk menggigitnya. Namun, anak menteri bergerak cepat. Dia mengangkat pedangnya. Tapi sebelum ia sempat membunuhnya, si ular berbicara kepadanya, ''Sang pangeran ini adalah musuhku di kehidupan masa laluku. Aku tidak dapat beristirahat dengan tenang sampai aku minum darah dari lehernya. ''
Sang anak menteri ingin menyelamatkan hidup temannya dan dia juga seorang yang pintar. "Kalau begitu, bagaimana jika aku memberikan beberapa darahnya untuk kamu minum. Apakah itu bisa menghapus kebencianmu? ''Dengan mengatakan ide ini, ia tahu bahwa ia bisa menyelamatkan kehidupan sang pangeran karena jika ular menggigitnya, untuk mengambil darahnya, pada saat yang sama si ular pasti meludahkan racunnya yang pasti akan membunuh temannya. Si ular itu setuju. Dia hanya menginginkan darah pangeran, bukan hidupnya.
Si anak menteri kemudian membuat cangkir dari daun kering. Dia naik pada dada pangeran yang masih tertidur lelap. Dia mengeluarkan belati dan membuat celah kecil di sisi lehernya. Karena belati yang tajam tiba-tiba sang pangeran terkejut dan terjaga. Tapi ketika melihat bahwa itu adalah temannya, yaitu anak menteri yang memegang pisau, ia tidur lagi. Si anak menteri kemudian mengisi cangkir dengan darah secukupnya dan memberikannya kepada si ular, yang kemudian meminum darah itu dan pergi. Setelah itu, ia mengumpulkan beberapa tanaman untuk membuat obat dan membalut luka sang pangeran. Beberapa jam kemudian, sang pangeran terbangun dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Dia tidak mengatakan apa-apa dan berjalan dengan gembira seakan-akan tidak ada kejadian apapun. Dua hari sudah berlalu di dalam hutan, namun sang pangeran tidak pernah mengatakan apapun tentang peristiwa tersebut.
Sang anak menteri akhirnya mulai tidak sabar ingin tahu, mengapa ia tidak menanyakan apa-apa.
Dia akhirnya berkata, '' Sahabat dan sekaligus Tuanku, Anda tahu bahwa saya menggorok tenggorokan Anda, mengambil darah dan kemudian membalut Anda. Anda bahkan melihat saya melakukan itu semua. Mengapa Anda tidak bertanya apa-apa kepada saya atau meminta penjelasan apapun dari saya? ''
''Anda adalah sahabat saya, '' jawab sang pangeran. '' Saya percaya bahwa apa pun yang Anda lakukan pasti untuk kebaikan saya. Inilah mengapa saya tidak menginginkan penjelasan apapun. '' Kemudian Ia melanjutkan, '' Jika orang lain yang melakukan ini, saya akan curiga. Apakah dia ingin membunuh saya atau merampok saya? Tetapi karena itu adalah Anda, saya tahu Anda adalah seorang sahabat yang sangat dekat dan saya memiliki kepercayaan yang tak terbatas di dalam diri Anda - bahwa sahabat saya tidak akan pernah melukai saya.
'' Inilah tanda persahabatan sejati. Seorang sahabat adalah orang yang keras untuk Anda jika itu membawa kebaikan yang lebih besar. Dan sebagai balasannya, dia, yang tidak akan merajuk atau merasa terluka oleh tindakan sahabatnya, adalah seorang sahabat sejati.
"Cerita dari Sang Guru" lainnya untuk Anda baca adalah:
No comments:
Post a Comment