Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Raja dan Petani

Saat matahari mulai rendah di ufuk langit, Matthias, petani tua, menegakkan punggungnya dan melihat ke arah pondoknya. Sudah waktunya untuk pulang dan mengakhiri harinya yang sudah bekerja keras di ladang. Saat ia melirik ke arah jalan, ia melihat gumpalan debu yang lambat laun nampak sebagai sepasukan laki-laki yang menuju kota. Yang mengepalai mereka, adalah sang raja, memimpin para tuan dan ksatria pulang setelah seharian berburu di hutan terdekat. Matahari yang mulai memudar berkilauan dari mahkota yang mengitari kepala raja. Tiba-tiba, pria tua itu sangat terkejut, rombongan berhenti. Raja dan tiga orang menunggangkan kuda mereka menuju ke arah Matthias, berhenti tepat di depan orang tua itu, yang kemudian berlutut, dengan kepala tertunduk di depan rajanya.

"Berdirilah, sobat lama," kata raja, "dan katakan padaku, kenapa kau tidak bangkit cukup awal untuk menyelesaikan pekerjaanmu?"

Matthias menjawab, "Saya sudah melakukannya, Raja yang terkasih dan mulia, tapi Tuhan tidak mengijinkan saya."

Sang raja mengangguk, dan kemudian bertanya, "Berapa lama kebun yang bersalju telah mekar di atas puncak gunung yang bijak?"
Matthias tersenyum, "Menuju ke empat puluh tahun, raja yang baik."

Raja menganggukkan kepalanya, seolah mengerti setiap kata yang dikatakan si orang tua itu. "Katakan padaku, berapa tahun aliran sungai itu telah mengalir di bawah gunung?"
"Aliran itu, Tuanku, telah mengalir dan terus mengalir selama lima belas tahun sampai saat ini."

"Sejauh ini, engkau baik-baik saja, sobatku." Raja tampak senang. "Sekarang satu hal lagi, ketika tiga angsa datang dari timur, Apakah kamu akan bisa mem-bului mereka?"

Petani tua itu menatap raja dan tersenyum, "Mereka akan ter-bului dengan baik, raja-ku."

Raja tersenyum kembali pada orang tua itu, kemudian ia membuka sabuk emas yang mengelilingi pinggangnya sendiri dan diserahkan kepada Matthias. Dia mengucapkan terima kasih atas kata-katanya dan berharap bahwa Tuhan akan bersedia untuk memberkati mereka berdua.

Raja dan tiga penasihatnya berbalik dan menuju kembali ke rombongan yang menunggu, melanjutkan perjalanan mereka ke istana. Malam itu, raja memanggil tiga penasehatnya yang menyaksikan percakapannya dengan Matthias ke ruangannya. Dia meminta mereka untuk menjelaskan arti dari pertanyaan dan jawaban dari orang tua itu.

Ketiga orang tersebut berpikir dalam waktu yang lama, mencoba untuk menjelaskan teka-teki tersebut, tapi tidak ada bahkan yang mendekati arti yang sebenarnya. Akhirnya, raja mengatakan kepada mereka bahwa mereka memiliki tiga puluh hari untuk mencari tahu arti dari percakapan itu. Jika mereka gagal, dia memperingatkan, ia akan mengganti mereka dengan para penasehat baru.

Hari demi hari, malam demi malam, tiga orang tersebut memperdebatkan arti dari kata-kata yang diucapkan oleh raja dan petani. Mereka mengulangi kata-kata berulang-ulang, berusaha mencari petunjuk, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, mereka memutuskan bahwa hanya ada satu orang yang bisa membantu mereka, sehingga mereka mengunjungi Matthias si petani tua.

Orang tua itu menyambut para penasehat raja di rumahnya, tapi ia menolak untuk memberi pencerahan pada mereka tentang makna dalam percakapannya dengan raja. Ketiga orang tersebut memohon dan mengancam, tapi itu pun tidak berguna. Dia tidak akan bergeming. Akhirnya, masing-masing orang meletakkan satu tas yang berisi seratus koin emas di atas meja. Matthias tersenyum, mengumpulkan tas-tas itu ke dalam genggamannya, dan menyimpannya ke kamar belakangnya. Dia kemudian muncul kembali dan mengatakan pada tiga penasehat tersebut tentang apa pembicaraannya itu.

"Raja bertanya, dengan pertanyaannya yang pertama, mengapa saya tidak menikah muda dan memiliki putra dan putri untuk bekerja di ladang saya. Saya menjawab bahwa saya sudah lakukan, tetapi bahwa Tuhan telah mengambil mereka dan bahwa semua anak-anak saya sudah meninggal mendahului saya. 

Berikutnya raja bertanya berapa lama rambut saya memutih. Saya mengatakan kepadanya empat puluh tahun. Pertanyaan ketiga berapa lama saya berduka demi istri saya tercinta dan saya menjawab bahwa saya sudah berduka lima belas tahun sekarang, selalu mengingatnya. "Matthias berhenti dan tersenyum pada wajah-wajah yang takjub mendalam yang ada pada wajah tiga orang itu.

"Terakhir, raja bertanya apakah saya mau mem-bului tiga angsa bodoh yang datang dari timur. Tiga angsa itu adalah Anda, tuan-tuan, dan dengan mengambil emas Anda untuk menjelaskan percakapan saya dengan raja, saya telah mem-bului Anda semua dengan sangat baik. "

Tiga orang tersebut meninggalkan pondok, menjadi miskin karena emas tetapi menjadi kaya dalam kebijaksanaan karena telah bertemu dengan Matthias tua yang benar-benar bijaksana.

"Cerita dari Sang Guru" lainnya:

No comments:

Post a Comment