Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Jangan Ubah Dunia! Ubahlah Dirimu Sendiri!

Anak muda: 
Dunia ini penuh dengan manusia yang berhati batu, manusia yang tak acuh, manusia yang kejam; dan bagaimanakah anda bisa merubah orang-orang seperti itu?

Manusia yang enggan disebut guru atau mesias: 
Dunia ini penuh dengan manusia berhati batu, manusia yang tak acuh, manusia yang kejam, dan bagaimanakah anda bisa merubah orang-orang seperti itu? Itukah? Mengapa anda pusing tentang merubah orang lain? Rubahlah dirimu sendiri. Kalau tidak, jika anda menjadi dewasa nanti, anda juga akan berhati batu. Anda juga akan menjadi tak acuh. Anda juga akan menjadi kejam. Generasi yang lampau akan lenyap, mereka pergi, dan anda datang, dan jika ternyata anda juga berhati batu, tak acuh, kejam, anda juga akan membangun masyarakat yang sama. Yang penting ialah anda yang berubah, anda tidak berhati batu, anda bukan tak acuh. Jika anda berkata semua ini adalah masalah generasi tua, pernahkah anda melihat mereka, pernahkah anda memperhatikan mereka, pernahkah anda bersimpati dengan mereka? Jika demikian, anda akan berbuat sesuatu. 

Ubahlah dirimu dan ujilah dengan tindakan. Tindakan yang demikian adalah sesuatu yang paling luar biasa. Tetapi kita ingin merubah semua orang dan bukan diri kita sendiri, yang sesungguhnya berarti, kita tidak ingin berubah, kita ingin orang lain berubah, sehingga dengan begitu kita tetap berhati batu, tak acuh, kejam, mengharap lingkungan akan berubah sehingga kita bisa terus dengan cara kita sendiri. Mengertikah anda apa yang saya bicarakan?

Anak muda:
Anda minta kita berubah, kita berubah menjadi apa?

Manusia yang enggan disebut guru atau mesias:
Anda minta kita berubah, kita berubah menjadi apa? Kita tidak bisa berubah menjadi seekor kera; mungkin anda ingin, tapi itu tidak bisa. Sekarang, jika anda berkata, "Aku ingin berubah menjadi sesuatu" — dengarkan baik-baik — jika anda berkata kepada diri sendiri, "Aku harus berubah, aku harus merubah diriku menjadi sesuatu", "menjadi sesuatu" itu adalah suatu pola yang anda ciptakan, bukan? Apakah anda melihatnya? Lihat, anda keras atau serakah dan anda ingin merubah diri anda menjadi orang yang tidak serakah. Ingin tidak serakah adalah suatu bentuk keserakahan juga, bukan? Anda lihatkah itu? Tapi jika anda berkata "Aku serakah, aku ingin menemukan apa artinya itu, mengapa aku serakah, apa yang terkandung didalamnya" maka apabila anda memahami keserakahan itu, anda akan bebas dari keserakahan. Mengertikah anda apa yang saya bicarakan?

Mari saya jelaskan. Aku serakah, dan aku berusaha, berjuang, mengerahkan daya-upaya luar biasa untuk tidak serakah. Aku telah mempunyai sebuah ide, gambaran, bayangan tentang apa artinya tidak serakah. Maka aku menyesuaikan diri dengan ide yang kuanggap sebagai ketidak-serakahan. Mengertikah anda?

Sedangkan jika saya melihat kepada keserakahanku, jika aku memahami mengapa aku serakah, seluk-beluk keserakahanku, struktur keserakahanku, maka, apabila aku mulai memahami semua itu, aku bebas dari keserakahan. Oleh karena itu, bebas dari keserakahan adalah sama sekali berlainan dengan mencoba untuk tidak serakah. Anda lihatkah perbedaannya? Bebas dari keserakahan adalah sama sekali berlainan dengan berkata, "Aku harus jadi orang besar, oleh karena itu aku tidak boleh serakah". Mengertikah anda?

Kemarin saya merenung, bahwa saya telah datang kelembah ini, bolak-balik, selama kira-kira empat puluh tahun. Orang-orang datang dan pergi. Pohon-pohon mati dan pohon-pohon baru tumbuh. Anak-anak yang berlainan datang, menyelesaikan sekolahnya, menjadi insinyur, ibu rumah tangga, dan lenyap sama sekali ditelan massa. Kadang-kadang saya bertemu dengan mereka, di lapangan terbang atau di salah satu pertemuan, orang-orang yang biasa sama sekali. Dan jika anda tidak berhati-hati sekali, anda juga akan berakhir seperti itu.

Anak muda:
Apa maksud anda dengan biasa?

Manusia yang enggan disebut guru atau mesias: 
Menjadi seperti kebanyakan orang lain, dengan kecemasan mereka, dengan korupsi, kekerasan, kebrutalan, ketakacuhan, hati batu. Mereka menginginkan pekerjaan, ingin mempertahankan pekerjaan, tak peduli anda cakap atau tidak, ingin mati dalam pekerjaan itu. Itulah yang dinamakan biasa — tidak memiliki sesuatu yang baru, sesuatu yang segar, tiada kegembiraan hidup, tak pernah ingin tahu tekun, bergairah, tak pernah menyelidiki tapi menyesuaikan diri belaka. Itulah yang saya maksud dengan biasa. Hal itu disebut borjuis. Cara hidup yang seperti mesin, sebuah rutin, 

Anak muda:
Bagaimana supaya kita tidak menjadi biasa?

Manusia yang enggan disebut guru atau mesias: 
Bagaimana supaya anda tidak menjadi biasa? Jangan menjadi biasa. Anda tak bisa melenyapkannya. Pokoknya jangan menjadi biasa.

Anak muda:
Bagaimana caranya, pak?

Manusia yang enggan disebut guru atau mesias:
Tidak ada caranya. Anda lihat, ini adalah salah satu pertanyaan yang paling merusak: "Tunjukkan bagaimana caranya". Manusia selalu berkata, di seluruh dunia, "Tunjukkan bagaimana caranya". Jika anda melihat seekor ular, seekor kobra berbisa, anda tidak berkata, "tolong katakan bagaimana caranya lari dari ular itu".

Anda langsung lari. Begitulah, jika anda melihat bahwa anda adalah biasa..., lari, tinggalkan, bukan besok, tapi seketika itu juga. Kalau anda tidak ingin mengajukan pertanyaan lagi, saya akan mengusulkan sesuatu. Anda tahu, orang sering bicara tentang meditasi, bukan.

Anak muda:
Ya.

Manusia yang enggan disebut guru atau mesias:
Anda tak tahu apa-apa tentang itu. Saya senang sekali. Karena anda tidak tahu apa-apa tentang itu, anda bisa mempelajarinya. Seperti kalau orang tidak mengerti bahasa

Perancis, Latin atau Itali. Karena anda tidak tahu, anda bisa belajar, anda bisa belajar seolah-olah untuk pertama kalinya. Mereka yang sudah tahu apa meditasi itu, harus meniadakan pengetahuannya itu dan kemudian belajar. Anda melihat bedanya? Karena anda tidak tahu apa meditasi itu, marilah kita mempelajarinya. Untuk mempelajari meditasi, anda harus melihat bagaimana batin anda bekerja. Anda harus mengamati, seperti anda mengamati seekor cicak berlalu merayapi dinding. Anda melihat keempat kakinya, bagaimana ia melekat pada dinding itu, dan selagi anda mengamati, anda melihat semua gerakannya. Secara itu pula, amatilah pikiranmu. Jangan memperbaiki. Jangan menekan. Jangan berkata, "Semua ini terlalu sukar". Amatilah saja; sekarang, pagi ini.

Pertama duduklah diam sama sekali. Duduklah yang enak bersila, sama sekali diam, tutup matamu, dan jagalah agar matamu tidak bergerak. Mengertikah anda? Biji matamu cenderung untuk bergerak, jagalah supaya diam sama sekali, sekedar untuk main-main. Lalu, selagi anda duduk tenang sekali, temukanlah apa yang sedang diperbuat oleh pikiranmu. Amatilah seperti anda mengamati cicak itu. Amati pikiran, caranya ia lari, suatu pikiran menyusul pikiran yang lain. Dengan begitu anda mulai belajar mengamati.

Adakah anda mengamati pikiran-pikiranmu — bagaimana pikiran yang satu mengejar pikiran yang lain, dan berkatalah pikiran, "Ini pikiran baik, ini pikiran buruk?” Apabila anda pergi tidur di waktu malam, apabila anda sedang berjalan, amatilah pikiranmu. Amatilah saja pikiranmu, jangan memperbaikinya, dan anda mulai mempelajari permulaan meditasi. Sekarang duduklah diam sekali. Tutuplah matamu dan jagalah agar biji-matamu sama sekali tak bergerak. Lalu amatilah pikiranmu sehingga anda belajar. Sekali anda mulai belajar, belajar itu tidak ada akhirnya.

~di adopsi dari: Krishnamurti on Education~

No comments:

Post a Comment