Anak muda:
Bagaimana kita menjadi peka?
Manusia yang enggan disebut guru atau mesias:
Saya tidak tahu apakah anda memperhatikan, tadi malam hujan rintik-rintik. Lalu ada hujan deras sejenak. Awan-awan hitam, berat, sarat oleh hujan. Ada pula awan-awan yang penuh cahaya, putih, dengan cahaya kemerahan di dalamnya. Dan ada awan awan yang hampir seperti bulu terbang melintas. Pemandangan itu mengagumkan dan terdapatlah keindahan yang agung. Jika anda tidak melihat dan merasa semua ini selagi anda muda, selagi anda masih berhasrat ingin tahu, selagi anda masih belum berketetapan hati, selagi anda masih melihat-lihat, mencari dan bertanya; jika anda tidak merasakan sekarang, anda tak akan pernah merasakannya.
Makin anda bertambah tua, hidup makin mengurung anda, hidup menjadi keras. Anda hampir tak pernah lagi memandang bukit-bukit itu, sebuah wajah yang cantik atau seulas senyum. Tanpa merasakan kasih sayang, keramahan, kelembutan, hidup menjadi sangat suram, buruk, kejam. Dan makin anda bertambah tua, anda makin mengisi hidup anda dengan politik, dan memikirkan pekerjaan anda, keluarga anda. Anda menjadi takut dan berangsur-angsur kehilangan sifat yang luar biasa untuk memandang matahari yang terbenam, awan-awan dan bintang-bintang di waktu malam. Makin anda bertambah tua, intelek mulai menghancurkan hidup anda. Saya tidak bermaksud bahwa anda tidak boleh memiliki intelek untuk berpikir yang jernih, tetapi kalau itu menonjol di atas yang lain akan membuat anda tumpul, membuat anda kehilangan hal-hal yang lebih halus daripada hidup.
Anda harus sungguh-sungguh merasakan secara kuat segala sesuatu, bukan hanya satu atau dua hal, melainkan segala sesuatu. Jika anda merasakan secara kuat, maka soal-soal kecil tidak akan memenuhi hidup anda.
Politik, pekerjaan, karir, adalah soal-soal kecil.
Jika anda merasakan secara kuat, jika anda merasakan dengan penuh gairah, dengan penuh semangat, anda akan hidup dalam keheningan yang dalam. Batin anda akan menjadi sangat jernih, sederhana, kuat. Makin manusia bertambah tua, mereka kehilangan sifat merasa ini, simpati, kelembutan terhadap orang lain. Setelah kehilangan itu, mereka menciptakan agama. Mereka pergi ke kuil-kuil, minum-minum, menggunakan obat-bius, untuk membangunkan spontanitas ini. Mereka menjadi religius. Tetapi agama di dunia dibentuk oleh manusia. Semua kuil, gereja, dogma, kepercayaan, diciptakan oleh manusia. Manusia merasa takut oleh karena ia tersesat tanpa memiliki perasaan keindahan yang mendalam, perasaan kasih-sayang yang mendalam. Dan, sesudah kehilangan ini, upacara-upacara dangkal, pergi ke kuil, mengulang ulang mantra, rituil, menjadi sangat penting. Sesungguhnya hal-hal itu tidak penting sama sekali. Agama yang lahir karena rasa takut akan menjadi tahyul yang buruk.
Maka, orang harus memahami rasa takut. Anda tahu, orang merasa takut; takut terhadap orang tua, takut tidak lulus ujian, takut terhadap guru, takut terhadap anjing, takut terhadap ular. Anda harus memahami rasa takut dan bebas dari rasa takut. Jika anda bebas dari rasa takut, terdapatlah perasaan sejahtera yang kuat, berpikir dengan sangat jernih, memandang bintang-bintang, memandang awan-awan, melihat wajah-wajah dengan seulas senyum. Dan apabila tidak ada rasa takut anda bisa pergi lebih jauh. Lalu anda bisa menemukan sendiri apa yang telah dicari manusia turun temurun.
Di gua-gua di Perancis Selatan dan di Afrika Utara terdapat lukisan-lukisan yang berurnur 25 ribu tahun yang menggambarkan binatang berkelahi dengan manusia, rusa-rusa, sapi-sapi. Lukisan-lukisan itu luar biasa. Digambarkan disitu bagaimana manusia senantiasa mencari perjuangannya melawan hidup dan usahanya mencari hal yang luar biasa yang disebut Tuhan. Tetapi ia tak pernah menemukan hal luar biasa itu. la hanya bisa terwujud secara tak terduga, tanpa mengenalnya, apabila tidak ada rasa takut bagaimanapun juga. Pada saat tidak terdapat rasa takut anda memiliki perasaan-perasaan yang sangat kuat. Makin kuat anda merasa, makin kurang anda memperhatikan soal-soal kecil. Rasa takutlah yang mengusir semua perasaan akan keindahan, akan sifat keheningan yang besar. Seperti anda belajar matematika, begitu pula anda harus mempelajari rasa takut. Anda harus mengenal rasa takut dan tidak lari daripadanya sehingga anda dapat memandang rasa takut. Seperti pergi berjalan-jalan dan tiba-tiba berjumpa dengan seekor ular, meloncat ke belakang dan memperhatikan ular itu. Jika anda hening sekali, diam sekali, tidak takut, maka anda bisa melihat dengan teliti sekali, sambil menjaga jarak yang aman. Anda bisa melihat lidahnya yang hitam dan matanya yang tidak berkelopak mata. Anda bisa melihat sisiknya, pola kulitnya. Jika anda memperhatikan ular itu dengan sangat teliti, anda melihat dan menghargainya dan mungkin mempunyai kasih sayang yang besar terhadap ular itu. Tetapi anda tak dapat melihat kalau anda takut, kalau anda lari. Maka seperti anda melihat seekor ular, anda harus melihat perjuangan yang disebut hidup ini, beserta penderitaan, kesengsaraan, kekacauan, konflik, perang, kebencian, keserakahan, ambisi, kecemasan dan rasa bersalahnya. Anda hanya bisa memandang hidup dan cinta apabila tidak terdapat rasa takut.
~diadopsi dari Krishnamurti on education~
Cerita dari Sang Guru lainnya:
No comments:
Post a Comment