Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Bebas dari Rasa Takut

Anak muda:
Bagaimanakah orang bisa bebas sama sekali dari rasa takut?

Guru yang enggan disebut mesias: 
Pertama-tama, anda harus tahu apa rasa takut itu. Jika anda mengenal isteri anda, suami, orang tua, masyarakat anda, anda tidak lagi takut terhadap mereka. Mengetahui sesuatu secara penuh membuat batin bebas dari rasa takut.

Bagaimana anda akan menemukan tentang rasa takut? Apakah anda takut terhadap pendapat umum, pendapat umum yaitu apa pendapat teman-teman anda tentang anda? Kebanyakan dari kita, terutama ketika kita masih mnda, ingin nampak serupa, berpakaian serupa, bicara serupa. Kita tidak mau berbeda walau sedikit saja, oleh karena berbeda berarti tidak menyesuaikan diri, tidak menerima pola. Apabila anda mulai meragukan pola itu terdapatlah rasa takut. Sekarang selidikilah rasa takut itu, selamilah. Jangan berkata, "saya takut", lalu lari dari padanya. Pandanglah ia, hadapilah, temukan mengapa anda takut.

Misalkan saya takut terhadap tetangga saya, isteri saya, tuhan saya, negeri saya — nah apakah rasa takut itu? Apakah itu sungguh-sungguh, ataukah hanya ada di pikiran, dalam waktu? Saya akan beri contoh yang lebih sederhana. Kita semua akan mati pada suatu waktu. Kematian itu tak terelakkan buat kita semua dan memikirkan kematian itu menimbulkan rasa takut, memikirkan sesuatu yang tidak saya ketahui menimbulkan rasa takut. Tetapi jika hal itu memang sungguh-sungguh, jika kematian ada disitu seketika itu juga dan saya akan mati sekarang, saat itu tidak ada rasa takut. Mengertikah anda? Pikiran di dalam waktu menimbulkan rasa takut. Tetapi jika sesuatu harus dikerjakan seketika itu juga, maka tidak ada rasa takut, oleh karena berpikir tidak mungkin lagi. Jika saya akan mati sesaat lagi maka saya menghadapinya, tapi coba beri saya satu jam dan saya mulai berkata, "Hartaku, anak-anakku, negaraku, aku belum menyelesaikan bukuku." Aku menjadi cemas, takut.

Jadi rasa takut selalu di dalam waktu, oleh karena waktu adalah pikiran. Untuk melenyapkan rasa takut anda harus menaruh perhatian terhadap pikiran sebagai waktu, lalu menyelidiki seluruh proses berpikir ini. Hal itu agak sukar sedikit. Aku takut terhadap orang tuaku, terhadap masyarakatku, terhadap apa yang hendak mereka katakan besok atau sepuluh hari lagi. Pikiranku mengenai apa yang mungkin terjadi menyorotkan rasa takut. Jadi dapatkah saya berkata, "Aku akan melihat rasa takut itu sekarang bukan sepuluh hari lagi"? Dapatkah saya mengundang apa yang akan mereka katakan sekarang dan melihatnya, dan kalau itu ternyata benar, dapatkah aku menerimanya? Mengapa aku harus takut? Dan kalau itu ternyata salah, aku juga menerimanya. Mengapa itu tidak mungkin salah? Mengapa aku harus takut? Dan aku akan mendengarkan pak guru untuk belajar, tapi aku tak akan merasa takut. Maka, jika aku menghadapi rasa takut, ia lenyap. Tetapi untuk menghadapi rasa takut aku harus melakukan penyelidikan, yang merupakan proses rumit karena hal itu menyangkut masalah waktu.

Anda tahu, ada dua macam waktu: waktu menurut jam, menit yang berikut, nanti malam, besok lusa; dan ada waktu macam lain yang diciptakan oleh batin di dalam, oleh pikiran — "Aku akan menjadi orang besar," "Aku akan mempunyai pekerjaan," "Aku akan pergi ke Eropa" — itu adalah masa depan yang bersifat psikologis, dalam waktu dan ruang. Nah, untuk memahami waktu kronologis menurut jam dan memahami waktu sebagai pikiran dan mengatasi kedua-duanya, berarti sungguh-sungguh bebas dari rasa takut.

Anak muda:
Anda berkata, jika anda mengetahui sesuatu anda tidak lagi merasa takut terhadapnya. Tetapi bagaimana anda tahu apa mati itu?

Guru yang enggan disebut mesias:
Itu adalah pertanyaan yang bagus. Anda bertanya, "Bagaimana anda tahu apa mati itu dan bagaimana anda bisa tidak lagi takut terhadapnya?" Saya akan perlihatkan kepada anda. Anda tahu, ada dua macam kematian — kematian jasmani dan kematian pikiran. Badan mau tidak mau akan mati — seperti tulisan pencil, pada akhirnya akan mengabur. Para dokter mungkin menemukan obat-obat baru; anda mungkin hidup seratus duapuluh tahun dan bukan delapan puluh tahun. Namun kematian tetap ada. Badan jasmani ini berakhir. Kita tidak takut akan itu. Yang kita takuti ialah berakhirnya pikiran, berakhirnya si "aku" yang telah hidup sekian tahun, si "aku" yang telah memperoleh sekian banyak uang, yang memiliki keluarga, anak-anak, yang ingin menjadi penting, yang ingin memiliki lebih banyak harta, uang. Matinya si "aku" itulah yang kutakuti. Apakah anda melihat perbedaan antara kedua hal itu? Kematian jasmani dan kematian si "aku"?

Secara psikologis kematian si "aku" adalah jauh lebih penting daripada kematian badan dan itulah yang kita takuti. Sekarang ambillah satu kesenangan dan matilah terhadapnya. Saya akan jelaskan kepada anda.

Anda tahu saya tidak ingin menyelami seluruh persoalan ini; saya hanya menunjukkan sesuatu. Anda tahu, si "aku" adalah kumpulan dari banyak kesenangan dan banyak kesakitan. Dapatkah si "aku" mati terhadap satu hal? Maka ia akan tahu apa artinya mati. Jadi, dapatkah aku mati terhadap suatu keinginan? Dapatkah saya berkata, "Aku tidak mau keinginan itu, aku tidak mau kesenangan itu ?” dapatkah aku mengakhirinya, mati terhadapnya? Tahukah anda tentang meditasi?

Anak muda:
Tidak pak.

Guru yang enggan disebut mesias:
Tetapi orang dewasapun tidak tahu. Mereka duduk di satu sudut, menutup mata dan berkonsentrasi, seperti anak sekolah mencoba berkonsentrasi pada sebuah buku. Itu bukan meditasi. Meditasi adalah sesuatu yang luar biasa, jika anda tahu bagaimana melakukannya. Saya akan berceritera sedikit tentang hal itu.

Pertama-tama duduklah dengan tenang sekali, jangan memaksa dirimu duduk diam, tetapi duduklah atau berbaring dengan tenang tanpa sesuatu paksaan. Mengertikah anda? Lalu perhatikan pikiranmu. Perhatikan apa yang kau pikirkan. Anda menemukan bahwa anda sedang berpikir tentang sepatu anda, gaun anda, apa yang akan anda katakan, burung diluar itu yang anda dengarkan; ikutilah pikiran-pikiran itu dan selidikilah mengapa suatu pikiran timbul. Jangan mencoba merubah pikiranmu. Lihatlah mengapa pikiran-pikiran tertentu timbul dalam batinmu, sehingga anda mulai memahami arti dari setiap pikiran dan setiap perasaan tanpa sesuatu paksaan. Dan jika sebuah pikiran timbul, jangan menyalahkannya, jangan berkata itu benar, itu salah, itu baik, itu buruk. Perhatikan saja, sehingga anda mulai memperoleh pengertian, kesadaran yang aktif dalam melihat setiap macam
pikiran, setiap macam perasaan. Anda akan mengetahui setiap pikiran rahasia yang tersembunyi, setiap dorongan (motif) yang tersembunyi, setiap perasaan, tanpa terpiuh, tanpa berkata itu benar, salah, baik atau buruk. Jika anda melihat, menyelami pikiran secara mendalam sekali, batin anda menjadi luar biasa halus, hidup. Tidak ada bagian batin yang tertidur. Batin itu jaga sepenuhnya.

Itu hanyalah landasannya Maka batin anda sangat tenang. Seluruh diri anda menjadi sangat diam. Lalu selamilah keheningan itu, makin dalam, makin jauh —seluruh proses itulah meditasi. Meditasi bukanlah duduk di sudut mengulang-ulang sejumlah kata-kata; atau memikirkan sebuah gambaran dan hanyut dalam hayalan-hayalan liar yang mempesonakan.

Untuk memahami seluruh proses pikiran dan perasaan anda berarti bebas dari semua pikiran, bebas dari semua perasaan, sehingga batin anda, seluruh diri anda, menjadi sangat hening. Dan itu juga bagian dari hidup dan dengan keheningan itu anda dapat melihat pohon, anda dapat melihat orang-orang, anda dapat melihat langit dan bintang-bintang. Itulah keindahan hidup.

~diadopsi dari Krishnamurti on education~

No comments:

Post a Comment