H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU BIASA XVI/A/2014
Keb 12:13.16-19 Rm 8:26-27 Mat 13:24-43
PENGANTAR
Kedatangan Kerajaan Allah, yang diwartakan dan didirikan Yesus, berkali-kali disampaikan oleh Yesus lewat aneka perumpamaan. Dalam Injil Matius (13:24-43) hari ini Yesus menggambarkan keadaan Gereja sebagai Kerajaan Allah di dunia ini dengan tiga perumpamaan. Perumpamaan tentang biji sesawi, yang tumbuh menjadi pohon menggambarkan perkembangan Kerajaan Allah di dunia. Dan perumpamaan tentang tepung yang dicampur dengan adonan ragi juga melukiskan perkembangan Gereja, namun lebih menunjukkan intensitas atau kualitasnya, dan bukan perluasan atau kuantitasnya. Daya perubahan atau transformasi Injil terletak di dalam dayanya sebagai adonan, yang dapat mengubah tepung menjadi roti. Kedua perumpamaan itu lebih mudah dipahami, tetapi perumpamaan ketiga tentang gandum dan lalang membutuhkan perenungan lebih mendalam.
HOMILI
Pada kesempatan ini kita berusaha memahami makna perumpamaan tentang lalang di antara gandum. St. Agustinus berkata, bahwa ladang yang disebut dalam perumpamaan adalah dunia, tetapi sekaligus juga Gereja. Di situlah hidup orang-orang baik dan suci, dan sekaligus di mana orang-orang jahat dan pendosa juga hidup. Maka dunia maupun Gereja merupakan tempat di mana setiap orang dapat berkembang serta bertobat dan menjadi suci . Dengan demikian dengan adanya orang-orang yang baik, orang-orang pendosa dapat tergerak untuk bertobat. Tetapi karena berhadapan dengan orang-orang pendosa, orang-orang yang baik dapat terlatih menjadi tabah dan sabar. Demikian pandangan St. Agustinus.
Suatu perumpamaan memang dapat dipahami dengan beberapa tafsiran, yang tidak bertentangan tetapi saling melengkapi. Ada tafsiran yang berpendapat bahwa apa yang ingin diungkapkan dalam perumpamaan itu bukanlah hal biji-biji dan lalang-lalang, melainkan kesabaran Allah. Inilah yang diungkapkan dalam Bacaan Pertama (Keb.12:13.16-19). Allah sungguh adil, murah hati dan berbelaskasih, dan mau menyelamatkan umat-Nya, asal mereka mau bertobat.
Namun, dalam kenyataannya seperti kita alami atau saksikan sendiri, di banyak waktu kejahatan ataupun ketidakadilanlah yang berkuasa, sedangkan kebaikan dan keadilan dikalahkan. Nah, menghadapi situasi semacam itulah Yesus menegaskan, bahwa pada saat panenan, yakni dalam pengadilan terakhir, akan terjadi dan dialami pelaksanaan pengadilan Allah yang definitif.
Dengan demikian selama kita masih hidup, kita harus realistis mengakui bahwa kita masih hidup di dunia bagaikan ladang, di mana gandum memang tumbuh namun di antara lalang-lalang. Namun kita tidak boleh bersikap pasif dalam menghadapi situasi nyata itu. Kita harus selalu memperjuangkan keadilan, dan menyingkirkan ketidakadilan dan kekerasan dengan segala sarana yang diperbolehkan. Dalam usaha yang mengandaikan kehendak dan tekad yang baik ini, iman kita merupakan suatu bantuan yang sangat kuat dan berharga. Iman itulah yang meyakinkan kita, bahwa dalam perjuangan hidup kita kemenangan akhir kita bukanlah ketidakadilan atau arogansi, melainkan kemurnian atau kesungguhan hati kita.
Memang terutama bagi orang modern sungguh sukar menerima pengertian tentang pengadilan terakhir Allah untuk dunia kita ini di dalam sejarah perjalanannya. Tetapi dengan bersikap demikian, ia sebenarnya membantah dirinya sendiri, sebab ia sendiri sebenarnya tidak setuju dan menentang pandangan, bahwa dalam kenyataan ketidakadilan berulang kali justru dibenarkan. Sepanjang sejarah hidup umat manusia di dunia ini, kita-kita ini menyesuaikan diri dengan aneka iklim keadaan masyarakat yang ada, dan berusaha memperkuat dan melindungi diri kita. Namun kita tidak akan mau menyetujui dan membiasakan diri dengan satu hal: yakni ketidakadilan. Kita tidak akan menyetujui ketidakadilan! Keinginan atau kehausan kita akan keadilan hanya akan dapat dipenuhi dengan pengadilan! Dan segala pengadilan apapun akhirnya masih akan ditentukan menurut keadilan oleh Allah. Betapa mutlak perlu bagi kita semua, khususnya para ahli hukum untuk menyadari hal ini selalu! Ahli hukum dalam keahliannya memang dapat mengambil keputusan yang tidak adil, dan malahan menerima balasan bayaran yang tidak kecil. Ahli hukum dapat disuap. Tetapi Allah tidak dapat disuap.
Pada akhir keterangan-Nya tentang ketiga perumpamaan itu Yesus berkata:
“Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semua akan dicampakkan ke dalam dapur api. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi. Pada waktu itulah orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan” (Mat 13:41-43).
Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm
No comments:
Post a Comment