Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Hari Raya Penampakan Tuhan - Tahun A 2014 - Homili Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

Sumber: arsip dari www.imankatolik.or.id


HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN A/2014

Yes 60:1-6 Ef 3:2-3a Mat 2:1-12


PENGANTAR

Injil Matius hari ini bercerita tentang tiga orang majus dari Timur mencari Yesus yang lahir sebagai Raja di Betlehem untuk menyembah-Nya. Marilah kita sekarang ini, di samping mengikuti arti historis ceritera itu, juga mencari arti dan pesan rohani, yang ingin disamping oleh Matius kepada kita sebagai petunjuk jalan hidup, yang harus kita gunakan sekarang ini pula.

HOMILI

Bila ceritera Injil hari ini yang sederhana itu kita baca dengan baik, ternyata ada tiga reaksi yang sangat berbeda terhadap berita tentang kelahiran Yesus, yaitu dari tiga pihak ini: Raja Herodes, orang-orang majus, dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat.

Reaksi yang pertama ialah dari Herodes. Ia sangat terkejut ketika mendengar berita tentang lahirnya seorang raja. Ia langsung mengumpulkan imam-imam kepala dan ahli Taurat, bukan untuk mencari kebenarannya, tetapi lebih untuk secepatnya menyingkirkan raja baru itu. Ia yakin bahwa dirinya sendiri dan pemerintahannya adalah baik dan benar. Maka ia merasa harus mempertahankan kedudukannya. Perintahnya untuk membunuh anak-anaknya dianggapnya sah dan benar! Nah, pandangan dan sikap pemimpin dan orang-orang penting seperti itu sekarang inipun juga ada. Di tengah dunia masyarakat kita sekarang inipun masih terdapat banyak Herodes semacam itu!

Reaksi kedua datang dari imam-imam kepala dan hali Taurat. Tetapi juga reaksi banyak orang yang resminya menganggap dirinya sebagai orang beriman, bangga sebagai orang beragama, bahkan tak jarang fanatik. Ketika ditanyai oleh Herodes, mereka itu langsung bisa menjawab di mana Almasih akan dilahirkan. Mereka itu sebenarnya juga bisa memberitahukan hal kelahiran Almasih kepada orang-orang lain. Namun mereka tidak berbuat apa-apa. Mereka tidak mau pergi ke Betlehem, padahal sebenarnya mereka justru harus pergi ke Betlehem, sebab menurut kedudukan dan tugasnya mereka harus ke sana untuk menyambut Almasih. Justru sebaliknya, mereka tetap enak-enak tinggal di Yerusalem! Mereka ini ibaratnya menyerupai tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk jalan dan lalu lintas….. Fungsi alaty-alat itu ialah menunjukkan jalan yang harus ditempuh, tetapi hanya dengan tetap berdiri dan tak bergerak di pinggir jalan!

Bukankah sikap yang dilambangkan dalam tanda-tanda itu juga terdapat dalam diri kita. Kita-kita ini tahu apa yang harus kita lakukan untuk mengikut Yesus. Dan bila dibutuhkan, kita juga mampu menerangkan hal-hal itu kepada sesama kita. Tetapi….kerapkali kita tidak mau atau tidak berani melaksanakannya sendiri secara serius dan sungguh-sungguh! Bukankah kita sebenarnya sebagai orang-orang yang sudah dibaptis, harus tampil sebagai saksi Kristus? Apabila tidak demikian, maka imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat itu adalah gambaran keadaan dan sikap kita sendiri sebagai orang, yang memang sudah dibaptis untuk menjadi saksi Kristus dalam sikap, hidup dan pekerjaan kita, namun tidak melakukannya.

Akhirnya reaksi ketiga ialah reaksi orang-orang majus. Dengan bahasa modern mereka itu termasuk orang-orang yang disebut “protagonist”, yaitu pendukung, pendorong dan pelaku utama dari apa yang diyakini sebagai hal yang benar dan harus dilakukan. Mereka itu tidak mengajar dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan atau tindakan, bukan dengan mengatakan tetapi melakukan. Mereka itu tidak menunda-nuda, mempertimbangkan panjang lebar, tunggu-tunggu apalagi ragu-ragu. Sebaliknya! Apa yang sudah lama diketahuinya dengan pasti pun ditinggalkan; mereka tidak ragu-ragu meninggalkan penghormatan dan penilaian tinggi atas diri mereka oleh masyarakat sekelilingnya. Mengapa? Karena mereka sudah yakin dan pasti akan apa yang mereka lihat: bintang yang bagi mereka berarti berita kedatangan Raja yang dinantikan semua bangsa. Keberanian dan kesediaan mengambil keputusan dan melaksanakannya, - itulah pesan orang-orang majus kepada kita. Jangan mengakui Yesus Kristus sebagai Almasih, tetapi dengan ragu-ragu. Sekali menerima dan mengakui Dia sebagai Penyelamat, kita secara konsekuen harus mau dan berani selalu datang kepada-Nya, dan bersedia serta berani berbuat apapun seperti telah dilakukan-Nya.

Diceriterakan dalam Injil bahwa orang-majus tidak pulang melalui jalan yang ditempuh sebelumnya, melainkan melalui jalan lain. Apa artinya? Artinya, perubahan atau pergantian corak dan sifat hidup setiap orang, harus mengubah atau mengganti pula arah dan sifat jalan hidupnya juga! Pertemuan kita dengan Yesus, yang mulai dari di Betlehem dan akan berakhir sampai ke Golgota, harus mampu pula mengubah habitus-habitus pribadi kita, yang tidak searah dengan jalan yang ditempuh oleh Yesus.


Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

No comments:

Post a Comment