Homili - Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
(Arsip)
Hari Raya Tritunggal Mahakudus A/2014
Kel 34:4b-6.8-9 2 Kor 13:11-13 Yoh 3:16-18
Pengantar
Sesudah Hari Raya Pentakosta, pada Hari Minggu ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Yang Mahakudus. Bagi kita manusia, misteri (rahasia) Allah Tritunggal yang kita sembah merupakan misteri (rahasia) iman kita yang terbesar. Ketiga bacaan Kitab Suci untuk hari ini semuanya cukup pendek. Namun marilah kita dengan rendah hati, bukan secara ilmiah (rasional) melainkan secara alkitabiah, justru melalui ketiga bacaan Kitab Suci hari ini berusaha memahami ajaran Gereja dan menghayati iman kita kepada Allah Tritunggal yang mahakudus.
Homili
Berkat iman atau kepercayaan kristiani yang kita miliki, dapat dikatakan bahwa perjalanan sejarah hidup umat manusia dan segenap alam kita ini, telah dimulai dengan dan akan berakhir dengan ungkapan kasih Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Sebab semuanya itu merupakan ungkapan, bahwa Allah memang tidak sendirian, melainkan merupakan suatu persekutuan atau suatu communio yang sempurna. Apakah sebenarnya yang dikatakan Kitab Suci tentang Allah Tritunggal?
Dalam bacaan pertama dari Perjanjian Lama ada tertulis: “Tuhan, Tuhan, adalah Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya” (Kel 34:6). Tuhan sebagai kasih memperkenalkan diri kepada Musa, berarti juga kepada kita, seolah-olah menyapa kita sebagai seorang kawan. Dengan demikian Allah menampakkan jatidiri atau identitas-Nya sebagai Allah kepada kita! Jadi Allah adalah penuh belaskasihan, pemberi rahmat dan selalu setia secara mutlak.
Dan dalam bacaan kedua, Paulus menulis kepada umat di Korintussebagai berikut: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor 13:13). Sangat penting kita perhatikan, bahwa Paulus menyebut tiga pribadi dalam Allah: Bapa, Putera (Yesus Kristus) dan Roh Kudus. Ketiganya disebut serentak sebagai kesatuan. Jadi bila kita berdoa, kita menghadap dan bertemu dengan ketiga pribadi tersebut. Rumusan doa semacam itu rupanya sudah berakar dalam Tradisi Gereja sejak awal.
Selanjutnya dalam Injil Yohanes hari ini, dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus Yesus berkata: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini” (Yoh 3:16). Ibaratnya Yohanes mau menegaskan, bahwa siapapun yang tidak mengasihi, atau tidak mengenal kasih, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Sebagai orang beriman kristiani kita tahu dan yakin bahwa Allah mengasihi kita. Karena Allah adalah kasih, maka barangsiapa mengasihi, ia itu berada dalam Allah, dan Allah berada dalam dia. Allah mengasihi Yesus Kristus Putera-Nya, dan dalam Putera-Nya bersama dengan Roh Kudus Allah mengasihi kita semua. Tetapi Ia hanya mengasihi kita, apabila kita juga mau mengasihi orang lain. Sebab Allah hadir dalam diri setiap orang.
Maka dengan demikian merayakan dan meluhurkan Allah Tritunggal dengan sungguh-sungguh, sebenarnya bukan hanya sekadar memuji Allah yang tersendiri, sebagai persekutuan kasih timbal balik antara Bapa, Putera dan Roh Kudus. Meluhurkan dan mengasihi Allah Tritunggal sekaligus harus juga merupa-kan ungkapan kesediaan kita untuk menghormati dan mengasihi sesama kita, siapapun dia itu, sebab Allah Tritunggal yang kita sembah juga hadir dalam diri sesama kita juga.
Mengapa demikian? Karena Allah Tritunggal merupakan sumber aneka hubungan atau relasi dan komunikasi kasih antar semua orang. Allah Tritunggal merupakan pelaksanaan hidup triniter atau trinitaris yang dinamis. Suatu gerak komunikasi, relasi dan kasih. Karena itu kesungguhan kualitas kehidupan kristiani harus dihayati sesuai dengan model kehidupan triniter/trinitaris yang dinamis. Tritunggal merupakan model bagi setiap komunitas kita, mulai dengan komunitas keluarga sampai dengan komunitas Gereja seluruhnya. Dalam Tritunggal kita dapat belajar, bagaimana kasih mampu menciptakan persekutuan di antara perbedaan keluarga, suku, bangsa, agama. Kita dapat belajar menyatukan segala kehendak, pikiran dan tujuan yang baik walaupun beraneka ragam. Terutama kita mulai dengan belajar membentuk atau membangun suatu keluarga menurut model triniter, di mana ada kesatuan dalam keanekaragawan.
Kita tidak mau karena kita memang tidak mampu memahami sepenuhnya misteri Tritunggal. Lebih baik kita mendekati dan memasuki misteri Tritunggal melalui pintu liturgi. Dan dalam liturgi kita menggunakan kata-kata ibadat penuh makna ini: “Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cintakasih Allah dan persekutuan Roh Kudus bersertamu”. Dan berkali-kali kita setiap hari membuat tanda salib, misalnya untuk berdoa, sebelum atau bangun tidur, sebelum dan sesudah makan atau bekerjadan sebagainya, dengan berkata: “Atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Betapa baik dan besar gunanya bagi kita untuk makin menyadari makna kata-kata yang kita ucapkan itu dan sambil membuat tanda salib sebagai ungkapan iman triniter kita sebagai saudara Yesus Kristus. Allah sungguh menghendaki kita merupakan suatu persekutuan (communio) antar kita dalam Kristus sebagai Gereja. Dan dalam Gereja setiap komunitas dan keluarga kristiani harus merupakan lambang suatu persatuan (communio) yang sempurna, yaitu Tritunggal yang mahakudus. Unitas in diversitate. Kesatuan dalam keaneka-ragaman.
Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm
kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm
No comments:
Post a Comment