Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Kamis Putih - 21 April 2011

KAMIS PEKAN SUCI 21 April 2011

KAMIS PEKAN SUCI

Rekan-rekan yang baik!
Hanya dalam Injil Yohanes sajalah didapati kisah pembasuhan kaki para murid
(Yoh 13:1-15) yang dibacakan pada Pesta Perjamuan Tuhan pada hari Kamis
dalam Pekan Suci. Memang lazim orang membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke
ruang perjamuan sebagai ungkapan datang dengan bersih. Hanya tamu yang amat
dihormati sajalah, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan
dibasuh kakinya. Bila dilakukan, akan dijalankan sebelum perjamuan mulai.
Tetapi dalam Injil Yohanes peran-peran tadi dibalik. Yesus sang guru itu
membasuh kaki para muridnya. Lagi pula pembasuhan ini terjadi selama
perjamuan sendiri, bukan sebelumnya seperti biasa dilakukan orang. Kiranya
memang hendak disampaikan hal yang tidak biasa. Pembasuhan kaki di sini
tidak ditampilkan semata-mata sebagai tanda memasuki perjamuan dengan
bersih, tetapi untuk menandai hal lain. Apa itu? Baiklah didekati kekhususan
Yohanes dalam menyampaikan kejadian-kejadian terakhir dalam hidup Yesus.

KAITAN DENGAN BACAAN PERTAMA Kel 12:1-8; 11-14.

Yohanes menyampaikan kejadian pada hari-hari terakhir Yesus dengan cara yang
agak berbeda dengan ketiga Injil lainnya. Dalam Injil Markus, Matius dan
Lukas, kedatangan Yesus ke Yerusalem mengawali peristiwa-peristiwa yang
mengantar masuk ke dalam penderitaan, kematian serta kebangkitannya nanti,
termasuk juga perjamuan Paskah. Yohanes lain. Dalam Injil Yohanes kedatangan
Yesus ke Yerusalem dan pembersihan Bait Allah dipisahkan dari peristiwa
salib dan kebangkitan. Bagi Yohanes, serangkaian kejadian yang berakhir
dengan kebangkitan itu justru berawal pada perjamuan malam terakhir. Berbeda
juga dengan ketiga Injil lainnya, perjamuan ini bukan perjamuan Paskah,
melainkan perjamuan malam yang diadakannya sebelum Paskah. Bagi Yohanes,
Paskah yang sejati terjadi dalam pengorbanan Yesus di salib.

Dengan demikian Injil Yohanes membaca kembali pengorbanan Yesus di salib
sebagai perayaan Paskah yang dahulu mulai sebagai ingatan akan saat Tuhan
memimpin umatNya keluar dari tanah Mesir dengan kuasa besar sebagaimana
dibacakan dari Kel 12:1-8; 11-14.  Darah domba kurban Paskah yang dahulu
dioleskan pada bingkai pintu rumah (Kel 12:8) menandai darah yang terpoles
pada kayu salib. Salib menjadi ambang memasuki hidup baru bersama Yang
Ilahi.  Bingkai pintu yang terpoles darah domba itu juga menjadi tanda bahwa
di rumah itu tinggal umat yang akan dipimpin keluar dari tanah Mesir dan
penghuninya tidak kena bencana dan hukuman (Kel 12:12-13). Salib yang
menandai darah pengorbanan Yesus menjadi tanda bahwa yang berada di balik
salib itu ialah orang-orang yang diselamatkan. Namun dalam peristiwa
perjamuan yang dikisahkan Yohanes, semua ini baru terjadi nanti pada saat
Yesus disalibkan, wafat, dan kurbannya menjadi tanda keselamatan siapa saja
yang ada bersamanya. Sekarang, dalam perayaan perjamuan malam sebelum Paskah
hendak disampaikan bagaimana semua ini bisa terjadi, bagaimana pengorbanan
ini memang menurut kemauan Yang Maha Kuasa dan utusannya, yakni Yesus, kini
siap menjalankannya. Pengorbanan ini dijalaninya karena mengasihi "sampai
pada kesudahannya" yang diungkapkan Yohanes pada awal perjamuan ini (Yoh
13:1). Marilah kita simak dari dekat peristiwa perjamuan ini 

MEMBASUH KAKI PARA MURID

Yohanes juga menekankan, Yesus sadar bahwa dirinya "datang dari Allah dan
akan kembali kepada Allah" (ay. 3). Karena itu mereka yang mengenalnya akan
mengenali Yang Ilahi dari dekat. Ini semua diajarkan Yesus kepada para murid
terdekat pada perjamuan malam terakhir itu dengan membasuh kaki mereka. Dia
yang sadar berasal dari Allah dan sedang kembali menuju kepadaNya ingin
menunjukkan bahwa orang-orang terdekat itu sedemikian berharga, sedemikian
terhormat. Lebih dari itu, ia ingin berbagi "sangkan paran" - dari siapa dan
menuju ke siapa -  dengan mereka. Inilah yang dimaksud dengan mengasihi
sepenuhnya (ay. 1, Yunaninya "eis telos"). Tidak setengah-setengah melainkan
hingga tujuan kedatangannya terlaksana, yakni membawa manusia ke dekat
Allah, asal terang dan kehidupan.

Petrus terheran-heran dan tak bisa menerima gurunya membasuh kakinya. Yesus
mengatakan bahwa kelak ia akan mengerti walaupun kini belum menangkapnya
(ay. 6-7). Tetapi Petrus belum puas dan bersikeras menolak dibasuh kakinya
oleh gurunya itu. Pada saat inilah Yesus menjelaskan, " Jikalau aku tidak
membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam aku." (ay. 8). Dia yang
"sangkan paran"-nya ialah Allah sendiri mau berbagi kehidupan dengan para
murid. Dan berbagi asal dan tujuan kehidupan inilah jalan keselamatan bagi
manusia. Bila asal dan akhir itu Allah sendiri, tentunya yang di maksud
ialah Allah sumber terang, sumber kehidupan. Utusannya itu datang ke dunia
yang masih berada dalam ancaman kuasa gelap untuk membawa kembali
orang-orang yang dekat padanya kembali ke sumber terang, kepada Allah, ke
sumber kehidupan sendiri. Itulah "sangkan paran" yang diungkapkan di dalam
perjamuan ini.

BERBEKAL TELADAN

Pada kesempatan itu Yesus juga mengatakan bahwa pembasuhan kaki itu
disampaikan sebagai teladan bagi para murid, agar mereka berbuat seperti itu
satu sama lain (ay. 15). Teladan ini kemudian menjadi bekal kehidupan
orang-orang yang percaya bahwa Yesus itu datang dari Allah dan pulang
kepadaNya setelah berhasil memperkenalkan siapa Allah itu sesungguhnya.

Boleh dikatakan saat itulah lahir kumpulan orang yang hidup berbekal sikap
Yesus yang menganggap sesama sedemikian berharga sehingga pantas dilayani
dan dihormati. Inilah Gereja dalam ujudnya yang paling rohani, paling
spiritual. Dalam arti inilah Gereja berbagi "sangkan paran" dengan Yesus
sendiri. Hidup mengGereja yang berpusat pada ekaristi baru bisa utuh bila
dijalani dengan bekal yang diberikan Yesus tadi. Hanya dengan cara itu
Gereja akan tetap memiliki integritas. Memang masih berada di dunia, masih
berada dalam kancah pergulatan dengan kekuatan-kekuatan gelap, tetapi
arahnya jelas, ke asal dan tujuan tadi: ke Sumber Terang sendiri bersama
dengan dia yang diutus olehNya.

Karena itu tak perlu heran bila para murid - dan Gereja - tidak semuanya
bersih. Yesus berkata dalam ay. 11 "Tidak semua kamu bersih." Kata-kata itu
bukan mencela melainkan mengakui kenyataan bahwa ada kekuatan-kekuatan
gelap. Nanti pada saat ia kembali kepada Allah, kekuatan ilahi akan tampil
dengan kebesarannya dan saat itu jelas kekuatan-kekuatan gelap tidak lagi
menguasai meskipun tetap dapat menyakitkan. Penderitaan ini tidak akan
memporakperandakan kumpulan orang-orang yang percaya kepadanya. Malah
menguatkan harapan.

Salam hangat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment