Injil Minggu Biasa XXX tahun B 25 Oktober 2009 (Mrk 10:46-52)
BYAAR! MELIHAT KEMBALI - KE ATAS!
Diceritakan dalam petikan kali ini (Mrk 10:46-52) bagaimana Bartimeus,
seorang pengemis buta, ikut berdesak-desakan mengerumuni Yesus yang sedang
berjalan lewat Yerikho. Ia berseru minta dikasihani oleh Yesus yang
dipanggilnya sebagai "anak Daud", gelar Mesias yang dinanti-nantikan banyak
orang itu. Kendati orang banyak menyuruhnya diam, ia terus berteriak dan
makin keras. Mendengar itu Yesus menyuruh membawa Bartimeus mendekat untuk
ditanyai ingin apa darinya. Ketika ia minta agar bisa melihat kembali, Yesus
mengatakan bahwa imannya telah menyelamatkannya. Saat itu juga Bartimeus
dapat melihat kembali dan mulai mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Marilah
kita tengok terlebih dahulu perihal orang buta dalam Alkitab sebelum
mengamati beberapa peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta dan menafsirkan
kisah Bartimeus ini.
ORANG BUTA DALAM ALKITAB
Orang bisa buta sejak lahir (Yoh 9:1), atau berkurang penglihatannya karena
usia lanjut (Ishak dalam Kej 27:1; Eli dalam 1Sam 3:2; Ahia dalam 1Raj
14:4). Di luar itu, kebutaan umumnya akibat penyakit mata yang kasep. Hukum
agama dan hukum adat melindungi orang-orang buta (seperti halnya juga janda,
musafir, orang sakit, orang miskin, dst.). Ada ancaman keras jangan
sekali-sekali menyesatkan atau membiarkan orang buta tersandung (Im 19:14
dan Ul 27:18). Hukum-hukum ini keramat. Tipe orang saleh seperti Ayub bisa
berkata sudah menjalankan kebaikan terhadap orang buta (Ayb 29:15).
Kebutaan Saulus (Kis 9) dipakai untuk menyadarkannya bahwa hingga saat itu
ia "buta" akan kehadiran Yesus. Selain itu, kebutaan fisik membuatnya kini
makin menghargai kebesaran Allah yang mengasihani orang buta seperti dia
lewat orang yang mengantarkannya mencari kesembuhan di Damsyik - di sana ia
juga menerima baptisan, yang dimengerti secara teologis olehnya nanti dalam
Rm 6:5 sebagai ikut mati, dikubur, dan dibangkitkan kembali bersama dengan
Kristus.
Kebutaan bisa didatangkan sebagai hajaran kekuatan gaib, misalnya
Saulus/Paulus dengan kekuatan matanya menyihir buta seorang nabi palsu
bernama Baryesus alias Elimas yang menjalankan praktek santet di Pafos di
Pulau Siprus (Kis 13:11). Sambil berdoa Elisa menenung buta sepasukan orang
Aram (2Raj 6:8 dst.). Malaikat Allah membutakan mata orang-orang Sodom yang
berniat berbuat keji terhadap mereka yang menyamar sebagai tetamu Lot (Kej
19:1). Praktek merusak mata lawan juga dikenal, misalnya orang Filistin
mencungkil mata Simson (Hak 16:22), Nebukadnezar membutakan Zedekia (2 RW
25:7).
Kebutaan dapat menggambarkan tipisnya kepekaan rohani, misalnya umat yang
tak lagi mengindahkan Allah (Yes 42:18-19), malah pemimpin umat juga buta
(Yes 56:10); juga orang yang duniawi belaka pikirannya (2Kor 4:4) atau yang
tak berbuat baik kepada sesama (2 Ptr 1:9) dan yang membenci sesama (1Yoh
2:11). Gereja Laodikea dikatakan buta karena tidak menyadari kemerosotan
rohani sendiri (Why 3:17). Orang Farisi diibaratkan orang buta menuntun
orang buta (Mat 15:14; Luk 6:3).
YESUS DAN ORANG BUTA
Seperti diutarakan dalam Mat 11:5 dan Luk 7:(21-)22, dalam menjawab
pertanyaan Yohanes Pembaptis, Yesus menyebut penyembuhan orang buta sebagai
salah satu tanda bahwa dirinya itu tokoh yang telah lama dinanti-nantikan
orang banyak. Hal ini berhubungan erat dengan gagasan Alkitab bahwa
keselamatan datang bagaikan terang bagi orang buta (lihat Mzm 146:8; Yes
29:18; 35:5; 42:16.18; 43:8; Yer 31:8). Tiga kejadian penyembuhan orang buta
diceritakan secara khusus dalam Injil-Injil:
Di Betsaida (Mrk 8:22-25; Mat 9:29): Markus melaporkan bahwa orang buta yang
diludahi matanya dan ditumpangi tangan oleh Yesus mulai bisa samar-samar
melihat kembali dan baru pulih sepenuhnya ketika matanya ditumpangi tangan
sekali lagi. Matius mengandaikan pembaca mampu membayangkan tiap tindakan
Yesus itu dan hanya melaporkan Yesus "menjamah mata" si buta. Akan tetapi,
Matius menekankan orang buta itu ditanya dulu apa sungguh percaya Yesus bisa
menolong mereka.
Mengenai peristiwa di Yerikho (Mrk 10:46 dst.; Luk 18:35 dst.; Mat 20:30
dst.) Markus dan Lukas berbicara tentang Bartimeus si buta yang menjadi
peminta-minta, tapi entah bagaimana Matius menambahkan orang buta yang lain
sehingga penyembuhannya terjadi pada dua orang buta tanpa nama. Boleh jadi
ingatan Matius agak rancu dengan peristiwa yang pernah diceritakannya
sendiri dalam Mat 9:27-29. Bagaimanapun juga si buta itu, satu atau dua
orang, berteriak minta tolong, "Anak Daud, kasihanilah...!" Dan Yesus
langsung berbuat sesuatu. Tak perlu heran, menurut adat dan hukum orang buta
wajib ditolong (lihat catatan di atas), apalagi kalau yang bersangkutan
mengimbau kewajiban keramat Mesias untuk menunjukkan belas kasihan ilahi.
Di Yerusalem (Yoh 9:1-41, orang buta sejak lahir), Yesus meludah ke tanah
dan membuat lumpur yang dipoleskannya pada mata orang buta sejak lahir itu
lalu menyuruhnya pergi berendam di kolam Siloam dan kembali ke Yesus dan
penglihatannya kini beres. Penyembuhan ini terjadi dengan maksud menunjukkan
betapa karya Allah nyata-nyata terjadi dalam diri orang buta sejak lahir itu
(ay. 3).
Yesus bertindak seperti penyembuh paranormal zaman itu, lengkap dengan
gerak-gerik magis-ritual dan penyebutan syarat-syaratnya segala. Injil
kadang-kadang merekamnya, kadang-kadang hanya mengandaikan pembaca sudah
tahu dan bisa membayangkannya sendiri.
DIALOG IMAJINER DENGAN BARTIMEUS
TANYA: Pak Bartimeus, kenapa kok Anda bersikeras minta tolong kepada Yesus?
Apa Anda tidak takut orang banyak yang mengomeli Anda?
BARTIMEUS: Itu hakku, bukan? Yesus itu kan Mesias keturunan Daud, betul
kagak? Ia tidak bakal mengingkari kewajibannya kepada orang kayak gue-gue
ini. Dan ngapain takut sama orang banyak? Mereka kan tidak bakal berani
menjegalku, situ kan ahli Kitab Suci, apa kata Im 19:14 dan Ul 27:18?
TANYA: Okay, Pak. Lain hal, apa yang Anda rasakan waktu Yesus tanya ingin
apa darinya?
BARTIMEUS: Wah, dag-dig-dug! Sampai saat itu aku pikir aku ini kena hukuman
Allah kayak orang Aram atau orang kota Sodom, atau dukun belang yang kalian
kenal dari Kitab Suci. Kebetulan Yesus lewat Yerikho. Dengar-dengar ia
mengajarkan Allah itu Bapa yang baik. Ini perkara baru. Tapi kurang jelas
apa juga berlaku bagi orang seperti aku ini. Maka mau tanya langsung
kepadanya. Tahu-tahunya ia malah nyuruh aku datang mendekat dan bertanya aku
mau dia lakukan apa bagiku. Lha, tentu saja gue bilang pengin bisa ngeliat
kembali. Saat itu juga rasanya byaar!
TANYA: Omong-omong, persisnya Injil-Injil melaporkan "byaar" Anda itu tadi
itu sebagai "saat itu juga ia bisa melihat kembali". Apanya yang "kembali"?
Soalnya begini, sabar ya Pak, teks Injil mengatakan Anda itu "ana-eblepse".
Lha, "eblepse", aorist orang ke-3 tunggal, artinya "mulai melihat" itu
memiliki awalan "ana-" yang mengandung makna "kembali". Jadi, dengan "byaar"
tadi Anda mulai bisa melihat hal-hal seperti dulu lagi. Tetapi awalan "ana-"
itu juga berarti "ke atas", jadi "ana-eblepse" itu juga "mulai bisa
memandang ke atas". Yesus sendiri misalnya ketika hendak memberi makan lima
ribu orang dikatakan dalam Mat 14:19 "... menengadah (= ana-eblepsas) ke
langit lalu mengucap syukur..." Apa Anda setuju dikisahkan dalam Injil-Injil
dengan kata "ana-eblepse" yang sarat dengan dua nuansa itu?
BARTIMEUS: Waduh, waduh, terima kasih diajari Yunani! Memang cerita
Injil-Injil itu jitu. Dalam "byaar" tadi rasa-rasanya mulai tampak juga apa
yang dilihat Yesus ketika ia menengadah.
TANYA: Lha apa itu?
BARTIMEUS: Situ belum tahu? Kursus kilat Yunani saya balas dengan kursus
kilat iman. Yesus bilang sama gue, "Imanmu sudah menyelamatkanmu." Ia tahu
saat itu saya "byaar" dan mulai bisa juga melihat yang dilihatnya seperti
ketika ia menengadah tadi. Inilah yang dia maksudkan. Aku mulai makin
tertarik ikut melihat yang betul-betul dilihatnya, bukan hanya langit saja
tapi siapa yang di sana. Karena itu, aku ikuti dia. Tiap hari aku
mendengarkan ia bercerita mengenai Bapanya yang ada di surga, yang di atas
sana. Maka Mrk 10:52 bilang tentang aku yang mantan pengemis buta ini "lalu
ia mulai mengikutinya dalam perjalanannya". Maksudnya, jalan menuju Bapanya
- tafsir ini ndak bisa Anda raih dengan eksegese tok lho, karena hanya
terjangkau dalam iman yang disebut Yesus tadi. Luk 18:43 mengatakan yang
sama ketika bilang tentang diriku "lalu ia mulai mengikuti dia sambil
memuliakan Allah". Allah yang makin kupandangi dalam mengikut Yesus.
Pada akhir tanya jawab itu, terbayang Bartimeus berjalan mengikuti Yesus -
ia yang tadi buta itu kini menuntun kita semua mulai memahami apa makna
mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Ia juga bukan peminta-minta lagi, ia
bisa memberi banyak. Apa rekan-rekan berkeberatan bila dikatakan perjumpaan
Bartimeus dengan Yesus itu justru karena si buta ingin lebih tahu cerita
Yesus tentang Bapanya yang di atas sana, di surga, dan dalam hubungan ini ia
memperoleh kembali penglihatannya?
Salam hangat,
A. Gianto
BYAAR! MELIHAT KEMBALI - KE ATAS!
Diceritakan dalam petikan kali ini (Mrk 10:46-52) bagaimana Bartimeus,
seorang pengemis buta, ikut berdesak-desakan mengerumuni Yesus yang sedang
berjalan lewat Yerikho. Ia berseru minta dikasihani oleh Yesus yang
dipanggilnya sebagai "anak Daud", gelar Mesias yang dinanti-nantikan banyak
orang itu. Kendati orang banyak menyuruhnya diam, ia terus berteriak dan
makin keras. Mendengar itu Yesus menyuruh membawa Bartimeus mendekat untuk
ditanyai ingin apa darinya. Ketika ia minta agar bisa melihat kembali, Yesus
mengatakan bahwa imannya telah menyelamatkannya. Saat itu juga Bartimeus
dapat melihat kembali dan mulai mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Marilah
kita tengok terlebih dahulu perihal orang buta dalam Alkitab sebelum
mengamati beberapa peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta dan menafsirkan
kisah Bartimeus ini.
ORANG BUTA DALAM ALKITAB
Orang bisa buta sejak lahir (Yoh 9:1), atau berkurang penglihatannya karena
usia lanjut (Ishak dalam Kej 27:1; Eli dalam 1Sam 3:2; Ahia dalam 1Raj
14:4). Di luar itu, kebutaan umumnya akibat penyakit mata yang kasep. Hukum
agama dan hukum adat melindungi orang-orang buta (seperti halnya juga janda,
musafir, orang sakit, orang miskin, dst.). Ada ancaman keras jangan
sekali-sekali menyesatkan atau membiarkan orang buta tersandung (Im 19:14
dan Ul 27:18). Hukum-hukum ini keramat. Tipe orang saleh seperti Ayub bisa
berkata sudah menjalankan kebaikan terhadap orang buta (Ayb 29:15).
Kebutaan Saulus (Kis 9) dipakai untuk menyadarkannya bahwa hingga saat itu
ia "buta" akan kehadiran Yesus. Selain itu, kebutaan fisik membuatnya kini
makin menghargai kebesaran Allah yang mengasihani orang buta seperti dia
lewat orang yang mengantarkannya mencari kesembuhan di Damsyik - di sana ia
juga menerima baptisan, yang dimengerti secara teologis olehnya nanti dalam
Rm 6:5 sebagai ikut mati, dikubur, dan dibangkitkan kembali bersama dengan
Kristus.
Kebutaan bisa didatangkan sebagai hajaran kekuatan gaib, misalnya
Saulus/Paulus dengan kekuatan matanya menyihir buta seorang nabi palsu
bernama Baryesus alias Elimas yang menjalankan praktek santet di Pafos di
Pulau Siprus (Kis 13:11). Sambil berdoa Elisa menenung buta sepasukan orang
Aram (2Raj 6:8 dst.). Malaikat Allah membutakan mata orang-orang Sodom yang
berniat berbuat keji terhadap mereka yang menyamar sebagai tetamu Lot (Kej
19:1). Praktek merusak mata lawan juga dikenal, misalnya orang Filistin
mencungkil mata Simson (Hak 16:22), Nebukadnezar membutakan Zedekia (2 RW
25:7).
Kebutaan dapat menggambarkan tipisnya kepekaan rohani, misalnya umat yang
tak lagi mengindahkan Allah (Yes 42:18-19), malah pemimpin umat juga buta
(Yes 56:10); juga orang yang duniawi belaka pikirannya (2Kor 4:4) atau yang
tak berbuat baik kepada sesama (2 Ptr 1:9) dan yang membenci sesama (1Yoh
2:11). Gereja Laodikea dikatakan buta karena tidak menyadari kemerosotan
rohani sendiri (Why 3:17). Orang Farisi diibaratkan orang buta menuntun
orang buta (Mat 15:14; Luk 6:3).
YESUS DAN ORANG BUTA
Seperti diutarakan dalam Mat 11:5 dan Luk 7:(21-)22, dalam menjawab
pertanyaan Yohanes Pembaptis, Yesus menyebut penyembuhan orang buta sebagai
salah satu tanda bahwa dirinya itu tokoh yang telah lama dinanti-nantikan
orang banyak. Hal ini berhubungan erat dengan gagasan Alkitab bahwa
keselamatan datang bagaikan terang bagi orang buta (lihat Mzm 146:8; Yes
29:18; 35:5; 42:16.18; 43:8; Yer 31:8). Tiga kejadian penyembuhan orang buta
diceritakan secara khusus dalam Injil-Injil:
Di Betsaida (Mrk 8:22-25; Mat 9:29): Markus melaporkan bahwa orang buta yang
diludahi matanya dan ditumpangi tangan oleh Yesus mulai bisa samar-samar
melihat kembali dan baru pulih sepenuhnya ketika matanya ditumpangi tangan
sekali lagi. Matius mengandaikan pembaca mampu membayangkan tiap tindakan
Yesus itu dan hanya melaporkan Yesus "menjamah mata" si buta. Akan tetapi,
Matius menekankan orang buta itu ditanya dulu apa sungguh percaya Yesus bisa
menolong mereka.
Mengenai peristiwa di Yerikho (Mrk 10:46 dst.; Luk 18:35 dst.; Mat 20:30
dst.) Markus dan Lukas berbicara tentang Bartimeus si buta yang menjadi
peminta-minta, tapi entah bagaimana Matius menambahkan orang buta yang lain
sehingga penyembuhannya terjadi pada dua orang buta tanpa nama. Boleh jadi
ingatan Matius agak rancu dengan peristiwa yang pernah diceritakannya
sendiri dalam Mat 9:27-29. Bagaimanapun juga si buta itu, satu atau dua
orang, berteriak minta tolong, "Anak Daud, kasihanilah...!" Dan Yesus
langsung berbuat sesuatu. Tak perlu heran, menurut adat dan hukum orang buta
wajib ditolong (lihat catatan di atas), apalagi kalau yang bersangkutan
mengimbau kewajiban keramat Mesias untuk menunjukkan belas kasihan ilahi.
Di Yerusalem (Yoh 9:1-41, orang buta sejak lahir), Yesus meludah ke tanah
dan membuat lumpur yang dipoleskannya pada mata orang buta sejak lahir itu
lalu menyuruhnya pergi berendam di kolam Siloam dan kembali ke Yesus dan
penglihatannya kini beres. Penyembuhan ini terjadi dengan maksud menunjukkan
betapa karya Allah nyata-nyata terjadi dalam diri orang buta sejak lahir itu
(ay. 3).
Yesus bertindak seperti penyembuh paranormal zaman itu, lengkap dengan
gerak-gerik magis-ritual dan penyebutan syarat-syaratnya segala. Injil
kadang-kadang merekamnya, kadang-kadang hanya mengandaikan pembaca sudah
tahu dan bisa membayangkannya sendiri.
DIALOG IMAJINER DENGAN BARTIMEUS
TANYA: Pak Bartimeus, kenapa kok Anda bersikeras minta tolong kepada Yesus?
Apa Anda tidak takut orang banyak yang mengomeli Anda?
BARTIMEUS: Itu hakku, bukan? Yesus itu kan Mesias keturunan Daud, betul
kagak? Ia tidak bakal mengingkari kewajibannya kepada orang kayak gue-gue
ini. Dan ngapain takut sama orang banyak? Mereka kan tidak bakal berani
menjegalku, situ kan ahli Kitab Suci, apa kata Im 19:14 dan Ul 27:18?
TANYA: Okay, Pak. Lain hal, apa yang Anda rasakan waktu Yesus tanya ingin
apa darinya?
BARTIMEUS: Wah, dag-dig-dug! Sampai saat itu aku pikir aku ini kena hukuman
Allah kayak orang Aram atau orang kota Sodom, atau dukun belang yang kalian
kenal dari Kitab Suci. Kebetulan Yesus lewat Yerikho. Dengar-dengar ia
mengajarkan Allah itu Bapa yang baik. Ini perkara baru. Tapi kurang jelas
apa juga berlaku bagi orang seperti aku ini. Maka mau tanya langsung
kepadanya. Tahu-tahunya ia malah nyuruh aku datang mendekat dan bertanya aku
mau dia lakukan apa bagiku. Lha, tentu saja gue bilang pengin bisa ngeliat
kembali. Saat itu juga rasanya byaar!
TANYA: Omong-omong, persisnya Injil-Injil melaporkan "byaar" Anda itu tadi
itu sebagai "saat itu juga ia bisa melihat kembali". Apanya yang "kembali"?
Soalnya begini, sabar ya Pak, teks Injil mengatakan Anda itu "ana-eblepse".
Lha, "eblepse", aorist orang ke-3 tunggal, artinya "mulai melihat" itu
memiliki awalan "ana-" yang mengandung makna "kembali". Jadi, dengan "byaar"
tadi Anda mulai bisa melihat hal-hal seperti dulu lagi. Tetapi awalan "ana-"
itu juga berarti "ke atas", jadi "ana-eblepse" itu juga "mulai bisa
memandang ke atas". Yesus sendiri misalnya ketika hendak memberi makan lima
ribu orang dikatakan dalam Mat 14:19 "... menengadah (= ana-eblepsas) ke
langit lalu mengucap syukur..." Apa Anda setuju dikisahkan dalam Injil-Injil
dengan kata "ana-eblepse" yang sarat dengan dua nuansa itu?
BARTIMEUS: Waduh, waduh, terima kasih diajari Yunani! Memang cerita
Injil-Injil itu jitu. Dalam "byaar" tadi rasa-rasanya mulai tampak juga apa
yang dilihat Yesus ketika ia menengadah.
TANYA: Lha apa itu?
BARTIMEUS: Situ belum tahu? Kursus kilat Yunani saya balas dengan kursus
kilat iman. Yesus bilang sama gue, "Imanmu sudah menyelamatkanmu." Ia tahu
saat itu saya "byaar" dan mulai bisa juga melihat yang dilihatnya seperti
ketika ia menengadah tadi. Inilah yang dia maksudkan. Aku mulai makin
tertarik ikut melihat yang betul-betul dilihatnya, bukan hanya langit saja
tapi siapa yang di sana. Karena itu, aku ikuti dia. Tiap hari aku
mendengarkan ia bercerita mengenai Bapanya yang ada di surga, yang di atas
sana. Maka Mrk 10:52 bilang tentang aku yang mantan pengemis buta ini "lalu
ia mulai mengikutinya dalam perjalanannya". Maksudnya, jalan menuju Bapanya
- tafsir ini ndak bisa Anda raih dengan eksegese tok lho, karena hanya
terjangkau dalam iman yang disebut Yesus tadi. Luk 18:43 mengatakan yang
sama ketika bilang tentang diriku "lalu ia mulai mengikuti dia sambil
memuliakan Allah". Allah yang makin kupandangi dalam mengikut Yesus.
Pada akhir tanya jawab itu, terbayang Bartimeus berjalan mengikuti Yesus -
ia yang tadi buta itu kini menuntun kita semua mulai memahami apa makna
mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Ia juga bukan peminta-minta lagi, ia
bisa memberi banyak. Apa rekan-rekan berkeberatan bila dikatakan perjumpaan
Bartimeus dengan Yesus itu justru karena si buta ingin lebih tahu cerita
Yesus tentang Bapanya yang di atas sana, di surga, dan dalam hubungan ini ia
memperoleh kembali penglihatannya?
Salam hangat,
A. Gianto
No comments:
Post a Comment