Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Minggu Biasa XIV/C - 4 Juli 2010

Injil Minggu Biasa XIV/C 4 Juli 2010 (Luk 10:1-9)

SIAPA SAJA BISA JADI UTUSAN

Bagaimana menjelaskan pengutusan 70 murid yang dikisahkan dalam Luk 10:1-12
dan 17-20 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XIV tahun C ini? Peristiwa
ini hanya ditemukan dalam Injil Lukas. Ceritanya jelas didasarkan pada
tradisi yang lebih awal mengenai pengutusan Yang Duabelas seperti masih
terlihat dalam Luk 9:1-6 dan 22:35-38 yang berisi pesan-pesan yang mirip.
Tradisi ini juga muncul dalam Mat 9:37-38; 10:7-16.

SEMUA MURID IKUT DIUTUS

TANYA: Jika kisah Yesus mengutus 70 orang murid itu berdasarkan kisah
pengutusan Yang Duabelas, lalu apa maksud Lukas?

JAWAB: Angka "70" itu ada arti simboliknya, yaitu kelipatan terbesar ("10")
dari kelompok yang utuh ("7"). Maksudnya, "semua orang, siapa saja yang
menjadi murid Yesus". Jadi bukan hanya Yang Duabelas yang berasal dari
kalangan Yahudi. Pemikiran yang mencakup orang bukan Yahudi ini khas Lukas.

TANYA: Tetapi angka "70" juga mengingatkan pembaca akan 70 tetua yang
ditetapkan Musa untuk membantunya memimpin umat (Bil 11:16.17.24.25)? Ada
gagasan bahwa para murid diikutsertakan menjalankan tugas Yesus seperti para
tetua yang membantu Musa tadi?

JAWAB: Benar. Mari kita tengok kembali Luk 9:51-62. Terpikir tokoh Elia yang
diutus Tuhan ke Samaria, tapi ditolak dan malah akan ditangkap. Karena itu
ia mengutuk pasukan dengan api dari langit (2 Raj 1:10.12). Injil memakainya
untuk mengajarkan bahwa Yesus tidak mengancamkan kutukan kepada yang
menolak. Dalam Injil hari ini 70 tetua yang membantu Musa itu diterapkan
kepada siapa saja yang merasa menjadi murid Yesus.

TANYA: Kaitan dengan Elia dan Musa itu sudah ada dalam peristiwa penampakan
kemuliaan Yesus di gunung (Luk 9:28-36). Di situ Musa dan Elia berbicara
mengenai tujuan perjalanan Yesus, "exodos"-nya ke Yerusalem (Luk 9:31). Jadi
dalam Injil Lukas kedua tokoh ini bahkan mengiringi perjalanan Yesus?

JAWAB: Makin mekar nih wartanya! Memang wibawa tokoh-tokoh tadi menyertai
perjalanan Yesus! Dan para murid yang merasa diutus mengabarkan Yesus boleh
juga merasa disertai Elia dan Musa yang menyatu dengan Yesus. Bila dibaca
begini Injil tidak terasa alot kan!

SPIRITUALITAS SANG UTUSAN

Kesaksian yang diberikan dua orang lebih berbobot. Maka lumrah murid diutus
dua-berdua. Begitulah pengutusan dalam Gereja Perdana, seperti terjadi pada
Barnabas dan Saulus (Kis 13:2); Judas dan Silas (Kis 15:27); Barnabas dan
Markus (Kis 15:39); Paulus dan Silas (Kis 15:40); Timoteus dan Silas (Kis
17:14); Timoteus dan Erastus (Kis 19:22).

Dalam Injil hari ini para murid diibaratkan seperti anak domba yang datang
ke tengah-tengah serigala. Gambaran ini juga dipakai dalam Mat 10:16.
Bayang-bayang "Ierousalem" - kota Yerusalem yang memusuhi Yesus memang
mengancam. Namun ibarat tadi tidak hanya berbicara tentang keterancaman.
Domba biasanya tidak dibiarkan sendirian berada di tengah-tengah serigala.
Ada gembala yang siap melindungi. Dua sisi ibarat ini patut diperhatikan.
Bahaya memang disebut, tetapi ditegaskan pula ada perlindungan meskipun
tidak selalu tampak. Oleh karena itu, tak mengherankan bila mereka
dinasihati agar tidak membawa kelengkapan pribadi, uang, bekal, alas kaki,
jangan menyalami orang di jalan, maksudnya, tak usah mengharapkan diantar.
Itu semua tak perlu. Sudah ada yang menyertai. Murid-murid yang 70 tadi,
yakni siapa saja yang menjadi murid Yesus, boleh percaya akan disertai
wibawa dan kekuatan Elia dan Musa juga. Lebih dari pada itu, dalam
menunaikan perutusan mereka, Yang Maha Kuasa sendiri akan memperdengarkan
diriNya seperti terjadi dalam peristiwa penampakan kemuliaan Yesus di gunung
Luk 9:35 "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia!" Siapa yang berani
mendiamkan firman ini? Inilah kiranya penalaran teologis pengutusan yang
hendak disampaikan Lukas.

Maka pergi ke medan kerasulan tanpa bekal dst. sebaiknya dilihat sebagai
upaya untuk membuat agar kekuatan-kekuatan tadi makin tampil dengan lebih
jelas. Bila murid-murid tidak menyandarkan diri pada kelengkapan sendiri,
maka wibawa kekuatan tadi akan makin nyata. Sebetulnya yang diwartakan ialah
kekuatan-kekuatan yang dari atas sana itu. Jadi bukanlah semata-mata orang
diperintah terjun ke medan kerasulan tanpa bekal. Ini juga tidak riil. Mana
pernah ada utusan yang dianggap bisa membawa diri dengan pantas dengan cara
itu? Pada zaman ini orang-orang yang dituju, baik yang intelektual,
enterpreneur, maupun kaum terpojok dan orang miskin, semuanya sama-sama mau
tahu apa pewarta-pewarta Kerajaan Allah bisa membawakan diri dengan pantas
dan meyakinkan. Bukan hanya terdorong gairah merasul yang bisa gembos jauh
sebelum sampai ke tujuan perjalanan. Kisah ini dikemas Lukas untuk membuat
pembaca berpikir mengenai apa itu "pengutusan" (perihal menugasi) dan
"perutusan" (keseluruhan tugas) siapa saja yang mengaku murid Yesus. Dalam
prakata Injilnya, Lukas berkata, ia menyusun kisah-kisahnya dengan teratur
atas dasar penelitian yang seksama sehingga pembacanya yang mencintai Tuhan
itu - sang Teofilus - mengerti bahwa yang diajarkan kepadanya itu sungguh
benar (Luk 1:3-4). Ancar-ancar hermeneutik yang diberikan Lukas sendiri itu
berguna untuk memahami Injilnya, juga bagi pembaca zaman ini.

"DAMAI SEJAHTERA" BAGI SIAPA?

Murid-murid diminta menyampaikan "damai sejahtera" bagi rumah yang mereka
datangi. Bila diterima, damai sejahtera itu akan tinggal di sana. Bila
tidak, akan kembali kepada mereka. Apa artinya? "Menyampaikan damai
sejahtera" itu ungkapan yang diangkat dari tatacara mengirim surat dan
menyampaikan pesan lewat seorang utusan. Lazimnya surat mulai dengan rumusan
"damai sejahtera" dari pengirim bagi penerima. Masih bisa dilihat pada awal
surat-surat Paulus, Yakobus, Petrus, Yudas dan surat kedua Yohanes. Pesan
seperti ini perlu dilisankan oleh utusan di hadapan penerima agar isinya
menjadi resmi. Bandingkan dengan surat wasiat yang mulai berlaku setelah
dibacakan utuh oleh pelaksana di hadapan ahli waris. Warta datangnya dia
yang dinanti-nantikan itu baru menjadi resmi bila dilisankan,
diperdengarkan, dipersaksikan oleh utusan di hadapan yang dituju. Oleh
karena itu peran utusan pembawa berita amat penting.

Menurut tatacara, setelah berita diterima, utusan akan dijamu. Gemanya ada
dalam Luk 10:8. Orang hanya perlu melapor bahwa sudah dijamu. Itu tandanya
pesannya diterima baik-baik. Bagaimana bila pesan tidak digubris dan bahkan
utusan dipermalukan? Dalam petikan hari ini dipakai ungkapan "salam yang
kembali" kepada utusan, disimpan untuk lain waktu. Di sini ada pengajaran
yang baru. Murid disuruh mengebaskan debu yang menempel pada kaki (ayat 11).
Ini bukan ritual mengutuk atau tindakan simbolik memutuskan hubungan. Yang
dimaksud ialah agar utusan tadi tak usah menjelaskan pernah datang di situ
tetapi ditolak, tidak dijamu. Kota itu masih diberi kesempatan lain dan
tidak langsung dicoret. Jadi salam yang kembali itu nanti bisa disampaikan
kembali. Sekarang orang-orang diingatkan saja bahwa Kerajaan Allah sudah
dekat dan biar mereka berpikir. Orang dulu memandang kehidupan ini pada
dasarnya terancam kekuatan-kekuatan gelap yang siap menerkam. Bila Yang
Mahakuasa membiarkan, daya-daya perusak itu akan datang menghunjam.
Berpegang pada Kerajaan Allah membuat orang terlindung dari pengaruh jahat
tadi. Menolaknya sama saja dengan tidak mencari perlindungan terhadap
kekuatan-kekuatan jahat. Kota Sodom yang hancur itu bahkan lebih ringan
bebannya. Paling tidak Lot dan keluarganya diselamatkan kecuali istrinya
yang menengok ke belakang belum rela melepaskannya (Kej 19:24-28).

Dari bagian kedua petikan hari ini, yakni Luk 10:17-20, dapat disimpulkan
bahwa tak sedikit yang menerima baik berita yang disampaikan para murid.
Tidak dikatakan mereka berhasil "mempertobatkan" orang. Bukan itu yang
penting. Yang mereka ungkapkan ialah kegembiraan mendapati roh-roh takluk
kepada mereka. Dan bila ditengok ayat 9, Kerajaan Allah yang sudah dekat itu
disampaikan dalam ujud penyembuhan, dalam rupa tindakan membebaskan orang
dari pengaruh yang jahat.

Yesus memberi tahu murid-murid bahwa ini semua ini terjadi karena nama
mereka terdaftar di surga (ayat 20). Sebagai warga Kerajaan Allah mereka
unggul terhadap kekuatan-kekuatan gelap. Dalam kata-kata Yesus, "Iblis jatuh
seperti kilat dari langit" (ayat 18), terbanting tanpa bisa bangun lagi.
Siapakah "-mu" dalam "nama-mu ada terdaftar di surga" dalam ayat 20 itu?
Tentu saja dalam kisah itu rujukannya ialah ke-70 murid tadi. Tapi seperti
dijelaskan di muka, yang dimaksud tentunya siapa saya yang merasa menjadi
murid Yesus. Jadi siapa saya yang menjadi murid Yesus "namanya ada terdaftar
di surga" dan kekuatan-kekuatan gelap takluk. Ini Berita Gembira yang patut
dirayakan hari Minggu ini!

PENGUTUSAN DAN PERUTUSAN GEREJA

Di dalam pembicaraan di atas dipakai istilah "pengutusan" di samping
"perutusan". Mana yang benar dan sesuai dengan kaidah bahasa kita?
Kedua-duanya bentukan yang sahih, tapi maknanya berbeda. "Pengutusan" ada
kaitannya dengan perihal mengutus, sedangkan "perutusan" menyangkut seluk
beluk tugas yang dijalankan orang yang diutus. Dalam petikan hari ini,
maksudnya tugas mewartakan kedatangan Kerajaan Allah yang sudah dekat itu,
tugas mengabarkan sebentar lagi Yesus akan lewat di situ dalam perjalanannya
ke Yerusalem. Bolehkah Gereja merasa mendapat pengutusan dari Yesus? Tentu
saja. Seperti dilambangkan dengan 70 orang murid tadi, siapa saja menerima
pengutusan, dari zaman Gereja Perdana yang diuraikan Lukas lebih lanjut
dalam Kisah Para Rasul hingga masa kini. Manakah perutusan Gereja? Dari dulu
hingga kini intinya sama, yakni bersama semua orang yang berkemauan baik,
ikut menjauhkan pengaruh-pengaruh jahat dalam pelbagai bentuknya yang terus
mengancam kehidupan. Dengan demikian Kerajaan Allah yang mengasalkan Gereja
itu makin tepercaya dan makin menjadi ruang hidup yang leluasa.

Salam pekat,
A. Gianto

No comments:

Post a Comment