Minggu Biasa XIII/B Juli 2012 (Mrk 5:21-43)
Rekan-rekan yang baik!
Pada Minggu Biasa tahun XIII/B ini dibacakan kisah mukjizat yang unik susunannya. Kisah mengharukan mengenai kesembuhan seorang perempuan dari sakit pendarahan (Mrk 5:25-34) terbingkai di dalam kisah Yesus menghidupkan kembali anak perempuan Yairus (Mrk 5:21-24, 35-43). Kedua peristiwa itu terjalin satu sama lain lewat harapan yang kuat dan penuh kepercayaan dari orang-orang yang mendekat kepada Yesus, baik Yairus maupun perempuan tadi. Kekuatan penyembuh dalam diri Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu.
MENGHIDUPKAN HARAPAN
Ketika Yesus kembali dari seberang danau dengan perahu, orang banyak datang berbondong-bondong mengerumuninya. Mereka ingin mendengarkan pengajarannya. Seperti biasa, orang-orang itu juga memintanya menyembuhkan orang sakit. Seorang di antara mereka bernama Yairus, kepala rumah ibadat. Orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang ini datang ke hadapan Yesus dan bersujud. Ini tindakan penghormatan yang luar biasa, apalagi bila dilakukan oleh seorang kepala rumah ibadat. Dimintanya dengan sangat agar Yesus datang menumpangkan tangan pada anak perempuannya yang sedang sakit, katanya, "agar selamat" dan "tetap hidup". Permintaan ini mengungkapkan harapan yang amat besar pada Yesus. Boleh diduga, sudah macam-macam upaya dijalankannya tetapi tanpa hasil. Kini ia amat khawatir anak perempuannya itu tidak bakal sembuh. Tidak diceritakan apa jawaban Yesus. Hanya disebutkan bahwa ia pergi bersama Yairus diikuti orang banyak yang berdesak-desakan. Markus kiranya hendak mengungkapkan betapa besarnya harapan Yairus dan rasa ingin tahu orang banyak itu. Apa yang bakal dilakukan Yesus? Dapatkah ia menyembuhkan seperti biasa? Sampai saat ini memang belum ditampilkan perkataan Yesus sendiri.
Di antara kerumunan itu ada seorang perempuan yang menderita penyakit pendarahan. Semacam haid yang berkepanjangan dan tak teratur. Ada hal penting yang jelas bagi pembaca waktu itu walaupun tidak dituliskan dalam kisah ini. Menurut hukum agama Yahudi, perempuan dalam keadaan ini dianggap menajiskan tempat yang dipakainya berbaring atau tikar tempat duduknya. Juga siapa saja, laki atau perempuan, yang bersentuhan dengan barang-barang tadi akan ikut najis. Mereka harus menjalankan upacara pembersihan diri. Lihat peraturan yang terperinci dalam Im 15:25-30. Jadi perempuan itu harus disingkiri dan dijauhi. Boleh jadi juga ia sendiri memisahkan diri. Hidupnya terkucil. Ia sudah menerima nasib. Putus asa. Tak ada tabib yang bisa menyembuhkannya dan uangnya sudah habis dipakai berobat. Tapi kali ini ada sesuatu yang lain. Banyak telah didengarnya mengenai Yesus.
Hanya Markus-lah yang menuliskan hal ini, seakan-akan ia dapat menyelami batin perempuan itu. Dan kita diajak ikut merasakan yang dirasakan Markus. Matius dan Lukas tidak merasa perlu memasuki batin perempuan itu. Perempuan tadi datang mendekat kepada Yesus, kendati ada orang banyak yang dalam keadaan biasa tentu menjauhi dan dijauhi perempuan itu. Kabar tentang Yesus yang sampai ke telinganya ternyata menghidupkan kembali harapan yang sudah berangsur-angsur pudar dan mati. Perempuan itu menemukan keberanian mendekat ke tokoh tenar dan penyembuh hebat ini. Ia juga tidak membiarkan diri terhalang oleh rambu-rambu yang telah menyingkirkan dirinya.
MENYENTUH JUBAH
Maka kata perempuan tadi dalam hati, "Asal kusentuh saja jubahnya, aku akan sembuh!" Dan terjadilah demikian. Menarik diamati, dalam kisah ini, peristiwa menyentuh jubah itulah yang membuat Yesus mulai berbicara, "Siapa menyentuh jubahku?" Pertanyaan aneh. Juga bagi orang zaman itu. Karena itulah murid-murid menyahut, lihat sendiri, kan ada banyak orang berdesak-desakan, kok bertanya siapa menyenggol jubah segala! Gimana sih Bapak Guru ini. Tetapi tidak aneh bagi Yesus - ia merasa ada kekuatan dari dirinya tertarik keluar.
Pakaian yang paling luar, jubah, memberi bentuk pada orang yang memakainya. Bagi orang zaman itu, pakaian membuat orang yang memakainya bisa dikenal secara khusus. Motif seperti ini sering dijumpai: di sebuah gunung nanti pakaian Yesus jadi putih berkilauan, di bawah salib nanti pakaian luarnya diundi, di kubur nanti ada sosok yang berpakaian jubah putih - dan juga kisah penuh tanda tanya mengenai pemuda yang akan ikut ditangkap di Getsemani tapi berhasil meloloskan diri dengan melepaskan pakaiannya yang hanya sehelai itu. Ia tidak lagi dikenali karena tak berpakaian lagi. Dalam peristiwa kali ini, perempuan yang sakit pendarahan tadi melihat Yesus yang sudah banyak didengarnya itu dengan mata kepala sendiri dan mengenali siapa dia: tumpuan harapan satu-satunya. Dan sisi Yesus yang dikenalinya itulah yang disentuhnya. Dan ada kekuatan yang keluar daripadanya yang mengubah keadaannya.
Setelah mendengar reaksi Yesus, perempuan itu menjadi takut dan gemetar, lalu bersujud kepada Yesus. Ini pengakuan akan siapa Yesus itu. Tetapi apa yang dikatakan Yesus kepadanya? Sapaannya penuh perhatian, "Nak, imanmu telah menyelamatkanmu. Bukan hanya kesembuhan dari pendarahan belaka diperoleh oleh perempuan itu. Berita tentang dia yang telah banyak didengar, itulah yang menyelamatkannya dari apatisme dan keputusasaan serta pengucilan diri dari masyarakat. Yesus masih menambahkan, "Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!" Harapan sembuh dari penyakit yang diidap 12 tahun itu menjadi kenyataan dan bukan hanya itu, ia mendapat tambahan lebih besar lagi, bisa hidup damai dengan diri sendiri dan dengan orang lain, dan akan tetap begitu. Inilah yang didapat oleh perempuan yang mengenali siapa Yesus itu dan berani mendekat kepadanya. Keluguan dan keberanian perempuan seperti itu masih bisa dijumpai kini juga dan perlu lebih diakui.
TERUS PERCAYA SAJA!
Pada saat itu beberapa orang dari keluarga Yairus datang dan mengatakan bahwa anak perempuannya sudah mati. Tak perlu lagi merepotkan sang Guru. Mereka tidak melihat siapa dia sesungguhnya. Memang ia bisa menyembuhkan, tapi menghidupkan yang sudah mati? Mana bisa. Tak usah saling mempermalukan nanti. Begitulah jalan pikiran mereka. Pembaca bagaimana? Kisah penyembuhan perempuan berpendarahan tadi membuat pembaca tahu bahwa Yesus dapat menghidupkan harapan yang sudah mati. Memang Markus bermaksud membuat pembaca melihat perkara ini sambil mengikuti jalan peristiwa yang dituturkannya.
Pembaca boleh ikut merasakan yang dialami Yairus. Nasi sudah jadi bubur! Apa permintaannya menumpangkan tangan dan menyembuhkan anaknya masih ada artinya? Tetapi Yesus berkata kepadanya, "Jangan takut, percaya saja!" Dan ia berjalan ke rumahnya untuk menemui anak perempuannya. Dalam Injil, "jangan takut" dipakai untuk mengisyaratkan kekuasaan ilahi. Dan ditambahkannya "percaya saja!". Bila teks aslinya diikuti, maka perlu diterjemahkan "Terus percaya saja!" (Lukas memakai bentuk yang bisa diterjemahkan "Percayalah saja!", tapi ia juga menambahkan, "maka ia akan diselamatkan!" Luk 8:50).
Orang-orang mulai menertawakan Yesus ketika ia berkata bahwa anak perempuan itu hanya tidur, tidak mati, maka tak usahlah ribut-ribut menangisinya. Mereka tak bisa percaya. Apa sebetulnya yang terjadi? Apakah Yesus yakin anak itu tidur. Tidak usah kita menduga-duga. Baginya hidup atau mati itu urusan yang di atas sana.. Nanti, seperti dikisahkan dalam Injil Yohanes, ia memanggil keluar Lazarus yang sudah empat hari mati. Baik anak perempuan tadi maupun Lazarus memang sudah mati, tetapi kematian pun kiranya tidak dapat bertahan di hadapan Yesus. Inilah yang ditampilkan bagi kita.
Hanya Markus-lah yang menyebut anak itu berusia 12 tahun. Pembaca diingatkan bahwa perempuan yang sakit pendarahan itu telah menderita 12 tahun juga sebelum berjumpa dengan sang pemberi kehidupan baru. Tapi ada juga alasan lain. Pada usia itu seorang anak mulai menjadi dewasa menurut hukum Taurat. Hingga umur ini seorang anak ada di bawah pengajaran bapaknya, yakni Yairus. Pada umur 12 seorang anak akan diserahkan kepada Taurat sendiri. Di dalam kisah ini anak perempuan itu dipanggil bangun oleh sang Taurat yang hidup. Dalam kisah ini anak itu tidak menjawab dengan kata-kata. Ia mendengar. Dan yang didengarnya pertama kali dari Taurat hidup ini ialah panggilan penuh perhatian "Talita", artinya domba betina yang masih kecil, tapi dalam bahasa Aram juga dipakai untuk menyapa anak perempuan, seperti "Nak!". Kemudian didengarnya pula perintah "Kum" (=Bangunlah!) dari dia yang menyapa dengan penuh perhatian tadi. Dan anak perempuan Yairus itu menurut. Ia hidup kembali.
Ketiga murid terdekat, yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes, ikut menyaksikan bagaimana kematian pun tidak bisa bertahan di hadapan perkataan dia yang membawakan kehidupan baru ini. Mereka melihat sendiri bagaimana harapan dan kepercayaan Yairus menjadi hidup dalam diri anak perempuannya. Dan inilah yang dibagikan tokoh-tokoh yang paling berwibawa itu kepada kita semua lewat Markus dalam Injil hari ini.
Pada awal ulasan disebutkan Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu. Dan yang diberikannya kepada mereka ialah perhatian yang nyata. Ini kasih. Dan inilah yang menyembuhkan, yang menghidupkan. Itulah dahsyatnya berharap padanya. Di situlah letak mukjizatnya.
Salam,
A. Gianto
Injil Minggu Biasa XIV/B 8 Juli 2012 (Mrk 6;1-6)
Rekan-rekan yang budiman!
Dalam Mrk 6:1-6, yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XIV tahun B, diceritakan bahwa di Nazaret, di tempat asalnya sendiri, Yesus "tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun". Amat berbeda dengan bagian-bagian sebelumnya yang mengisahkan bagaimana ia meredakan angin ribut, mengusir banyak roh jahat dari orang Gerasa, menyembuhkan seorang perempuan, dan menghidupkan kembali anak Yairus. Di Nazaret pengajarannya memang dikagumi dan kabar mengenai mukjizat-mukjizatnya jadi bahan pembicaraan. Tetapi orang-orang itu tidak bisa menerima bahwa dia itu cuma salah seorang dari antara mereka sendiri. Mereka sudah mengenal latar belakang pekerjaannya dan keluarganya. Tak ada yang baru! Dan mereka "tersandung olehnya" (terjemahan LAI: "menolak dia"), demikian catat Markus.
SIAPA DIA ITU?
Kemarin kami berempat makan angin di taman Biblicum di sore yang gerah sambil berbincang-bincang mengenai kisah Markus tadi.
GUS: Orang-orang di Nazaret menyebut Yesus "tukang kayu, anak Maria". Apa benar, seperti dikatakan beberapa penafsir, menyebut orang dengan nama ibunya zaman itu sama dengan melecehkan?
LEO: Memang rada sama dengan berkomentari si anu itu tidak sah. Jadi kurang enak di telinga pendengar Injil. Tapi itulah yang diperkatakan orang-orang di sana.
GUS: Tapi ada naskah tua Injil Markus yang berbunyi "Bukankah dia ini ANAK tukang kayu DAN Maria?
LEO: Maksudnya Papirus 45 dan beberapa naskah penting lain kan? Paham, di kalangan tertentu, nada merendahkan di atas dirasa keterlaluan. Maka diubah. Itulah yang terjadi dengan naskah-naskah itu.
GUS: Jadi seperti Mat 13:55. Di situ terbaca "Bukankah dia ini anak Yusuf? Bukankah ibunya bernama Maria?" Malah menurut Luk 4:22 orang-orang itu berkata, "Bukankah ia ini anak Yusuf?" Soal tadi dihilangkan.
LEO: Mrk 6:3 itu berdasarkan kesaksian orang-orang yang ingat betul peristiwanya. Soal lain yang berhubungan dengan itu ialah "tukang kayu", aslinya "tektoon". Kata ini sebetulnya tidak selalu menunjuk pada tukang mebel dan pengrajin kecil, bisa juga maksudnya "ahli teknik perkayuan" atau bahkan arsitek bangunan kayu. Eh, katanya Yesuit punya lembaga pendidikan industri kayu dengan teknologi dan manajemen canggih di Semarang.
GUS: [Heran kok Leo tahu kiat Yesuit.] Bila begitu "tukang kayu, anak Maria" tak usah dipahami sebagai ungkapan yang menunjukkan Yesus itu dari kalangan sederhana?
LEO: Ehm, itu urusan kalian. Tapi "tektoon" tidak menunjukkan status sosial sederhana. Lagipula masalahnya bukan status sosial. Kritikan mereka malah logikanya bisa begini: lha kan sudah punya kedudukan mapan - ahli bangunan kayu - kok sekarang jadi guru keliling, memang bagus, tapi...! Dalam hati kecil mereka ingin agar Yesus memenuhi angan-angan mereka sendiri, yakni tokoh yang memperjuangkan ideal umat Yahudi dulu. Intinya, mereka mau agar Yesus yang mereka kenal itu kini tampil sebagai Mesias menurut bayangan dan harapan politik orang waktu itu. Tapi Yesus tidak mengorbankan pengutusannya demi memuaskan angan-angan mereka. Karena itu mereka mulai tak menyukainya dan mau mendiskreditkannya!
GUS: Jadi orang-orang Nazaret kesandung dan menolak Yesus karena ia tak mau tampil sebagai Mesias politik?
LEO: Berkali-kali nanti Yesus menghindar agar tidak dianggap Mesias seperti itu. Bahkan murid-murid terdekatnya sendiri pun sering berpikir dia itu akan membangun kembali masa lampau negeri mereka.
NANDI: [Tiba-tiba menyela.] Menurut Luk 4:16-22, di rumah ibadat di Nazaret tadi Yesus mewartakan, pada hari itu terpenuhilah nubuat Yesaya (Yes 61:1-2 dan 58:6), yakni bahwa Roh Tuhan turun ke atas dirinya dan mengurapinya - menjadi Mesias yang menyampaikan Kabar Baik bagi kaum miskin. Ia menyadari dirinya diutus untuk melepaskan orang tawanan, memberi penglihatan kepada orang buta, dan membebaskan kaum tertindas, dan mewartakan datangnya tahun rahmat dari Tuhan. Bukan untuk jadi pemimpin pergerakan Mesianik.
GUS: Tapi orang-orang yang takjub akan uraiannya itu akhirnya juga menolaknya
NANDI: Malah lebih seram lagi. Lukas menceritakan, mereka mau memaksanya bermukjizat dan mempertontonkan kuasanya sehingga bisa diikuti banyak orang. Tapi Yesus tetap tak mau. Mereka marah dan malah mau membantingnya ke jurang agar ia membuat mukjizat bagi diri sendiri tak mati dihempas ke jurang. Syukur ia berhasil melepaskan diri dari masa yang lupa daratan itu.
ANGIE: Benar, Yesus tidak mau dijadikan pemimpin gerakan yang punya ilmu gaib. Itu bakal mengaburkan yang dibawakannya dari atas sana.
MUKJIZAT?
Kami berhenti sebentar, ada yang pergi cari Sprite dingin penolak dahaga. Ada yang kirim SMS. Ada yang ambil semangka. Saya sendiri mulai berpikir, orang-orang Nazaret waktu itu mulai melihat tindakan luar biasa yang dilakukan Yesus bukan sebagai tanda kebenaran wartanya, melainkan sebagai ilmu dan kekuatan yang semestinya dimiliki pemimpin yang mereka idam-idamkan. Jadi terbalik. Mereka beranggapan, "Nah kita sudah menganut jalannya, maka ia pun akan membela dengan kekuatan luar biasa di hadapan lawan-lawan kita - kekuatan militer Romawi dan kelompok-kelompok lain. Kita akan punya Mesias yang akan memukul mundur mereka." Maka nanti ada yang menginginkan kedudukan di kanan kirinya. Tapi itu bukan ke-Mesias-an yang dihayatiya.
LEO: Yesus tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di Nazaret, ia hanya dapat menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan di atas mereka.
GUS: Perkara tidak bisa membuat mukjizat ini retorika pencerita. Kalau mau Yesus mesti bisa!
LEO: Bukan retorika! Yesus sungguh tidak bisa, dengan atau tanpa memaui. Ia sendiri heran. Gus, yang kita sebut mukjizat itu kan muncul dari respons iman terhadap kehadirannya. Kalau ada, dahsyat luar biasa dayanya! Terjadi pada orang yang mempercayainya secara tulus. Percaya pada yang dikerjakan dan dikatakan Yesus mengenai dirinya sendiri. Baru dengan demikian terjadi "dynamis" (=mukjizat) yang melampaui ukuran alam dan pikiran.
GUS: Kok penjelasannya tinggi-tinggi gitu!
LEO: Ketika di perahu bersama para murid yang ketakutan badai itu, Yesus kan mengatakan mengapa kalian tidak percaya - artinya kenapa kalian tidak betul-betul memegang yang sudah kalian temukan.
GUS: [Mulai paham.] Ah, jadi seperti perempuan yang menyentuh ujung jubahnya. Kepercayaannya membuatnya utuh kembali. Itu mukjizatnya, itu "dynamis" yang keluar dari diri Yesus!.
Yesus mengatakan, "Nak kepercayaanmu sudah menyelamatkanmu". Saya lihat Leo setuju, juga Angie dan Nandi mengangguk-angguk. Tak sering mereka bertiga akur dalam mengatakan perkara-perkara, tapi dalam hal ini mereka sama.
MAKSUDNYA?
NANDI: Yesus memakai pepatah, "nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya". Luk 4:23 malah menyebut, orang-orang di Nazaret menghendaki agar Yesus juga mengerjakan mukjizat seperti yang telah dilakukannya di Kapernaum. Mereka minta bukti mengenai kebenaran berita tentang dirinya.
LEO: Orang-orang itu minta bukti. Tapi yang ingin mereka mengerti bukan berita yang benar mengenai dirinya. Orang yang sungguh mengenalnya akan mengatakan bahwa kekuatannya terletak pada kabar yang diumumkannya, yakni Kerajaan Tuhan sudah datang. Karena itu orang diajak mengarahkan diri ke sana, lebih lebar daripada pandangan mereka sendiri.
NANDI: Benar, ada ajakan agar kita mengikuti cakrawala baru, yakni kehadiran ilahi di dunia, di dalam sesama, atau kayak Luk 4:16-19 tadi, dalam sesama yang kini masih terbelenggu kegelapan dan tak bisa bergerak - mereka itulah yang butuh diperhatikan sehingga mereka dapat ikut menerima sisi-sisi ilahi dalam hidup mereka.
GUS: Jadi buat orang sekarang yang juga sudah menjalankan agama tetap masih berlaku ajakan meluangkan batin demi kehadiran ilahi tadi?
Orang-orang Nazaret itu kehilangan kesempatan melihat siapa sebenarnya Yesus karena memenjarakan diri dengan kategori-kategori yang itu-itu juga: kesatu, merasa sudah tahu betul siapa dia, sudah tahu Kristologi komplit, dan kedua, bersikeras bahwa tugasnya ialah membangun kembali kejayaan umat di mata orang lain. Tapi justru kedua anggapan itu menyesatkan. Mereka gagal melihat siapa sebenarnya Yesus dan apa yang dibawakannya. Mereka seperti kelaparan dalam lumbung karena tidak mengenali makanan yang tersedia. Bagaimanapun juga, kehadiran Yesus tidak sia-sia. Ia tersedia bagi orang luar. Seperti perumpamaan para undangan yang menolak datang, maka kini perjamuan dibuka bagi siapa saja. Dan kita termasuk yang mendapat rezeki itu.
Yesus mengembalikan manusia pada martabatnya yang sejati. Bukan manusia yang sakit, yang tak lagi memiliki daya hidup, yang diombang-ambingkan kekuatan-kekuatan gelap, yang kehilangan arah. Ia membawa kembali mereka menjadi manusia yang utuh. Itulah mukjizatnya. Dan itulah pengutusan dari atas sana: mendekatkan sosok manusia sehingga makin cocok dengan yang diinginkan Pencipta. Dan kita sekarang boleh ambil bagian dalam pengutusannya itu. Kita bisa ikut memungkinkan "dynamis"-nya - mukjizatnya yang dapat dinikmati orang banyak!
Salam hangat,
A. Gianto
CATATAN TAMBAHAN: Orang-orang di Nazaret mengatakan bahwa mereka mengenal saudara-saudara Yesus dan menyebut nama-nama mereka: Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon (Mrk 6:3, bdk. Mat 13:55-56). Bahkan saudara-saudara perempuannya mereka kenal. Pengertian "saudara" di sini kerap diperdebatkan. Memang dalam Alkitab cakupan kata itu bukan hanya saudara sekandung, melainkan juga kerabat dekat, seperti sepupu dan misan. Jadi nama-nama yang disebut tadi tak bisa mutlak diartikan saudara sekandung Yesus, tetapi di lain tidak juga bisa diartikan bahwa tak seorang pun sekandung. Bagaimana menjernihkan hal ini? Masalah ini sebetulnya belum ada pada masa Injil ditulis. Baru timbul beberapa abad kemudian setelah keperawanan Maria semakin dirumuskan. Baik diketahui bahwa pengakuan iman yang berkenaan dengan itu terdapat dalam Syahadat Para Rasul, yakni "aku percaya...akan Yesus Kristus yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria." Lalu apakah Maria tetap perawan sampai melahirkan Yesus, tapi setelah itu? Pertanyaan seperti ini terjawab dalam penegasan turun temurun dalam Gereja mengenai Maria "tetap perawan". Kompendium (bentuk ringkas yang terbit tahun 2005) Katekismus Gereja Katolik no. 99 menjelaskannya demikian: Dalam arti mana Maria adalah "tetap Perawan"? Dalam arti ia "tetap Perawan selama mengandung Anaknya, Perawan dalam melahirkan, Perawan sewaktu mengandung, Perawan ketika jadi ibu, Perawan selama-lamanya" (St. Agustinus). Maka dari itu, apabila Injil berbicara mengenai "saudara lelaki dan perempuan Yesus" yang dimaksud adalah kerabat dekat Yesus, menurut pemakaian ungkapan itu dalam Alkitab. Demikian katekismus. Penjelasan itu bukan rumus syahadat sendiri. Katekismus menunjukkan khazanah pemahaman Gereja dan mengajarkannya kepada generasi selanjutnya. Judul katekismus itu juga menunjukkan dari siapa (Gereja Katolik) dan bagi siapa (umat) penjelasan itu diberikan.
No comments:
Post a Comment