Selama perang sipil di jaman feodal di Jepang, banyak tentara selalu menyerang dengan brutal dan tanpa pandang bulu, menyapu bersih desa-desa dan kemudian menguasainya, meneror penduduknya dan merampok dengan kejam dan kemudian pindah ke desa lainnya. Pasukan tentara seringkali terlihat lebih garang kepada para biarawan, mengawasinya secara khusus dan kemudian mempermalukan dan menyiksa mereka, sebelum akhirnya membunuh mereka. Pada suatu saat, sekelompok tentara tiba di sebuah kota kecil, dan sang jenderal meminta bawahannya untuk memberi laporan.
"Penduduk disini sangat lemah dan ketakutan!" Prajurit rendahan itu memberikan laporannya. Ini memuaskan si jenderal. Kemudian prajurit bawahan itu melanjutkan, "Di suatu biara lokal semua biksu telah melarikan diri, kecuali ada satu orang biksu yang masih tersisa."
Mendengar ini, si jenderal menjadi marah. Dia segera menyerbu dan melintasi kota ke biara di mana biarawan yang berani menentang itu berada. Ketika ia bertemu dengannya, dia mengeluarkan pedangnya, maju ke depannya dan mendorong ujung pedangnya dengan ringan ke arah perut sang biarawan itu, sambil menatap garang ke matanya. "Apa engkau tidak tahu siapa aku, biksu?" Katanya. "Aku bisa menusukkan pedang ini ke dalam perutmu tanpa mengedipkan mata."
Biksu itu tidak terganggu. Lembut, perlahan-lahan, dan dengan tenang sangat, dia menjawab, "Dan apakah engkau tidak tahu siapa aku? Aku bisa membuat pedangmu menembus perutku tanpa mengedipkan mata. "
Link cerita-cerita terkait:
Link cerita-cerita terkait:
Gerimis di Danau Situ Gunung - Sukabumi Jawa Barat |
No comments:
Post a Comment