Ada seorang pastor yang sangat pemarah sekali. Sehingga setiap hari dia pasti marah-marah hingga beberapa kali. Tidak ada satu hari pun yang dilewatkan tanpa marah-marah.
Situasi ini membuat koster pusing, juga suster kepala rumah tangga, katekis, hingga umat paroki. Semua dibuat pusing oleh pastor yang kerjanya marah-marah terus ini. Sehingga suatu hari hal ini terdengar oleh uskup. Kemudian Bapa Uskup memanggil dan menyarankan supaya pastor tersebut untuk mengikuti retret pribadi dibimbing oleh pastor senior selama satu minggu penuh.
Setelah selesai mengikuti retret, si pastor akhirnya sadar diri dan berjanji untuk tidak marah-marah lagi.
Dia mengumpulkan semua orang di pastoran termasuk koster, suster, katekis dan beberapa umat, bahwa dia sudah sadar dan tidak akan marah-marah lagi.
Mungkin karena si pastor merasa bahwa semua orang meragukannya, maka si pastor berusaha untuk meyakinkan semuanya. Dia mengeduk tanah di halaman pastoran, kemudian dia menguburkan suatu benda sebagai simbol kemarahan untuk dukubur disitu. Kemudian dia menancapkan tanda di atas kuburan itu berupa salib dengan tulisan "RIP Kemarahan".
Rupanya semua orang mulai yakin bahwa si pastor benar-benar ingin berubah dan mengubur kemarahannya.
Esoknya si koster merasa penasaran ingin menguji apakah si pastor benar-benar tidak akan pernah marah lagi atau tidak. Si koster sengaja bangun siang dan terlambat menyiapkan makanan dan kebutuhan lainya. Setelah itu, dia berusaha meminta maaf kepada si pastor, dan berkata, "Maaf pastor, saya bangun terlambat, mohon pastor memaafkan saya".
Dan si pastor menjawab, "Oh baik tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja, saya tidak marah karena hal sepele ini".
Esoknya, si koster masih merasa penasaran dan ingin menguji si pastor. Dia bangun terlambat lagi lebih lama sedikit sehingga terlambat menyiapkan banyak hal untuk si pastor. Kemudian dia berusaha meminta maaf lagi, "Maaf pastor saya bangun terlambat lagi hari ini, harap pastor memaafkan saya".
Pastor menjawab dengan berusaha menahan diri karena ingat bahwa dia sudah mengubur kemarahannya, "Oh tidak apa-apa...semuanya baik-baik saja, saya tidak akan marah karena hal ini".
Esoknya si koster, yang mulai percaya bahwa si pastor telah berubah, masih ingin menguji sekali lagi untuk benar-benar membuktikan bahwa si pastor telah berubah. Si koster terlambat lebih lama lagi dan kembali meminta maaf, "Maaf pastor saya terlambat lagi, harap pastor memaffkan saya".
Si pastor mulai tidak mampu menahan diri lagi dan marah-marah besar kepada si koster, "Koster Anda dipecat mulai hari ini dan jangan berada disini lagi!"
Akhirnya si koster berjalan pergi dan menuju ke kuburan tempat dimana kemarahan dikuburkan. Disitu ia menuliskan, "Dan pada hari ketiga kemarahan bangkit... "
Silahkan baca juga "Kisah Kocak yang Membuat Bijak" lainnya:
No comments:
Post a Comment