Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam A

Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta, 20 November 2011 (Mat 25:31-46)

MENGAPA IA DISEBUT RAJA?

Rekan-rekan yang budiman!

Digambarkan dalam Mat 25:31-46 bagaimana pada akhir zaman nanti Anak Manusia
datang sebagai raja untuk menghakimi semua bangsa. Pahala diberikan kepada
mereka yang berbuat baik kepadanya ketika ia lapar, haus, tak ada kenalan,
telanjang, sakit, bahkan dipenjara. Mereka yang tak punya kepedulian akan
tersingkir. Mereka tidak menyadari bahwa perlakuan kepada salah satu dari
saudaranya yang paling hina sama dengan perbuatan terhadapnya sendiri.
Bagaimana memahami ajaran Injil yang dibacakan pada hari raya Kristus Raja
Semesta Alam tahun ini? Beberapa hal saya bicarakan dengan Matt sendiri.
Karena akan berguna bagi rekan-rekan, berikut ini saya kutipkan balasannya.
Ia juga ada pesan khusus pada akhir suratnya. Selamat membaca! A. Gianto

==============================================

[...] Gus, pengajaran Yesus ini kutemukan dalam sumber yang tidak dikenal
Mark maupun Luc. Juga Oom Hans tidak menyebutnya. Bahan itu kemudian kutaruh
bersama dengan beberapa pembicaraan lain mengenai akhir zaman dalam bab
24-25 dengan penyesuaian di sana sini. Kusisipkan perumpamaan Anak Manusia
memisahkan bangsa-bangsa seperti "gembala memisahkan domba dari kambing"
(Mat 25:32). Maksudnya, penghakiman itu bukan semena-mena. Ia mengenal
mereka sebagai gembala mengenal kawanannya satu per satu. Ia tahu siapa yang
membiarkan diri diberkati. Seperti domba-domba, mereka ini akan diberinya
tempat aman di sebelah kanannya. Tetapi yang menyukai kekerasan - seperti
kambing - akan dijauhkannya.

APABILA ANAK MANUSIA DATANG DALAM KEMULIAANNYA...

Apakah ini sebuah ramalan? Sama sekali bukan bila yang dimaksud ialah
"pengetahuan gaib tentang masa depan". Yang hendak disoroti ialah keadaan
yang sedang berlangsung kini. Begini, kita biasa memahami masa sekarang
sebagai kelanjutan dan akibat peristiwa-peristiwa masa lampau. Nah, dalam
petikan ini semuanya digeser ke depan dan dengan demikian dapat menjadi
pengarahan dan harapan. Jadi keadaan sekarang ini ialah "masa lampaunya"
kejadian "kelak" yang digambarkan dalam petikan ini. Namun pengertian kami
mengenai jalannya sejarah tidak seperti mesin, bila begini pasti begitu.
Kami justru melihat adanya unsur yang tidak termasuk hukum-hukum perjalanan
waktu, yakni kehadiran Yang Ilahi. KehadiranNya bisa memberi arah baru pada
sejarah kemanusiaan dengan cara-cara yang tidak kita duga sama sekali. Baru
kita sadari setelah terjadi. Dan yang kalian dengarkan hari ini ada dalam
arah itu. Kehadiran Yang Ilahi itu dibicarakan dengan memakai gagasan
tampilnya "Anak Manusia" dalam kemuliaannya tapi yang tidak langsung
dikenali. Orang bertanya "Kapan kami melihatmu...?

"Anak Manusia" di sini berhubungan erat dengan Dan 7:13. Di situ Daniel
melihat ada sosok yang "seperti anak manusia" datang mengarah kepada Yang
Mahakuasa untuk menerima kuasa atas bumi dan langit. Lihat, kuasa ini
diberikan bukan kepada malaikat, atau makhluk ilahi, melainkan kepada tokoh
yang memiliki ciri-ciri sebagai manusia itu. Dan tentangnya dikatakan
"mengarah" ke Yang Mahakuasa. Inilah kemanusiaan yang terbuka bagi
keilahian, tidak menutup diri atau malah mau menyainginya. Semua ini ikut
disampaikan dalam pengajaran Yesus dalam petikan Injil hari ini. Anak
Manusia tampil sebagai yang kini menduduki tahta kemuliaannya tetapi tetap
mengarahkan diri kepada Yang Mahakuasa. Dalam ay. 34 ia malah
terang-terangan menyebutNya sebagai Bapa yang telah menyiapkan tempat bagi
mereka yang diberkati.

Dalam bahasa yang dipakai Yesus, bahasa Aram, ungkapan "anak manusia" itu
artinya sama dengan "manusia", tapi dengan penekanan pada sifatnya sebagai
makhluk di hadapan Pencipta. Dalam alam pikiran kami, seluruh umat manusia
itu makhluknya Yang Maha Kuasa. Yesus beberapa kali merujuk pada dirinya
sendiri sebagai "Anak Manusia". Hendak dikatakannya, ia tahu tempatnya
sebagai manusia di hadapan Pencipta. Hidupnya berasal dari Dia. Karena itu
Yesus mengajarkan bahwa Sang Pencipta dapat dipanggil sebagai Bapa. Coba
ucapkan doa Bapa Kami - di situ terpeta siapa Dia yang dapat dipanggil Bapa
tadi.

Ingat kisah pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias - Yang Terurapi - Anak
Allah yang hidup (Mat 16:16)? Tetapi kemudian Yesus melarang murid-muridnya
memberitahukan kepada siapa pun bahwa ia Mesias (16:20). Ia malah berbicara
mengenai penderitaannya bakal ditolak, dibunuh, tetapi akan dibangkitkan
pada hari ketiga (16:21). Kata "ia" yang kupakai di situ menjelaskan makna
ungkapan aslinya, yakni "Anak Manusia", yang ada dalam tulisan Mark yang
menjadi sumberku (Mrk 8:31). Luc malah eksplisit menampilkannya dalam ujud
kutipan langsung (Luk 9:22). Yesus ingin agar murid-muridnya mengerti
terlebih dahulu bahwa kemesiasannya itu hanya berarti bila disertai
pengakuan diri sebagai makhluk di hadapan Pencipta. Juga baru dengan
demikian ia dapat tampil sebagai Mesias yang senasib sepenanggungan dengan
manusia.

SEMUA BANGSA AKAN DIKUMPULKANNYA

Kau bertanya apakah "semua bangsa" dalam Mat 25:32 merujuk kepada seluruh
umat manusia, seperti kerap ditafsirkan. Terus terang bukan itulah yang
kupikirkan. Kau tahu kan, istilah ini berasal dari tradisi Perjanjian Lama.
Di situ "bangsa-bangsa" ialah mereka yang tidak termasuk "umat Allah", yakni
yang bukan orang Yahudi. (Bdk. Mat 24:14, juga 28:19 yang kaubicarakan bagi
Pesta Kenaikan Tuhan 5 Mei 2005.) Tetapi di kalangan kami timbul pertanyaan
yang mengusik batin. Dapatkah "bangsa-bangsa" itu ikut masuk hidup abadi?
Atau mereka tak masuk hitungan? Memang kami beruntung karena jadi bangsa
terpilih, tapi kami kan tak boleh melupakan orang lain. Lalu bagaimana?

Menurut Yesus, keselamatan "bangsa-bangsa" itu bergantung pada perlakuan
mereka kepada sang raja ketika ia lapar, haus, tak ada tumpangan, telanjang,
sakit, dipenjara. Tapi ketika mereka bertanya kapan mereka ada kesempatan
berbuat demikian terhadap dia, sang raja menjawab, yang kalian perbuat
terhadap "salah seorang (saudaraku) yang paling hina ini" (ay. 39 dan 45)
sama dengan yang kauperbuat terhadapku. Maksudnya orang yang termasuk
kaumnya sang raja, termasuk bangsa terpilih. Yesus tidak menghapus tradisi
mengenai bangsa terpilih, tetapi malah mengembangkannya. Jawaban ini genial.
Mereka yang di luar lingkungan bangsa terpilih dapat ikut menikmati
keselamatan bila mereka menghargai yang paling kecil dari bangsa terpilih
tadi.

Penting kalian ketahui, pembicaraan tadi ditujukan terutama kepada kami,
pengikut Yesus yang berasal dari lingkungan Yahudi, yang merasa lebih
beruntung daripada "bangsa-bangsa". Mereka sendiri bukanlah pendengar yang
dimaksud. Karena itu jangan petikan ini ditafsirkan sebagai imbauan kepada
mereka agar berbuat baik kepada orang seperti kami, berikut janji pahala dan
ancaman hukuman. Yesus bukan guru yang naif. Sapaannya diarahkan langsung
kepada kami yang merasa sudah mengikuti dia. Ia mau berkata, mereka akan
ikut selamat bila kalian membiarkan diri menjadi jalan bagi mereka. Hiduplah
menurut kehendak Bapa, jadilah "saudaraku" yang sungguh, sehingga orang luar
- "bangsa-bangsa" itu - melihat integritas kalian dan memperlakukan kalian
dengan baik.

Tampak betapa manusiawinya ajaran Yesus itu tapi juga betapa luhurnya Anak
Manusia yang mengajarkan semua ini. Tak heran ia disebut Raja semesta alam!
Inilah corak universal ajarannya. Seperti dikisahkan teman kita Luc,
komunitas pengikut Yesus diperkaya dengan ikut sertanya "bangsa-bangsa",
yakni orang-orang seperti Kornelius dan orang-orang yang mendengarkan
pewartaan Paul di mana-mana.

SARAN DAN PESAN

Bukan maksudku mengajak kalian memandangi zaman dulu saja. Aku tahu kalian
memahami diri sebagai umat Allah yang baru. Begitu kan teologi Gereja
kalian? Konsekuensinya, kalian diharapkan berani menjadi "saudara"-nya
Yesus, sekecil apapun. Bisakah kalian menerima kenyataan Sabda Bahagia?
Kalau ya, teruskan, dan kalian akan menjadi jembatan emas bagi
"bangsa-bangsa" di zaman kalian. Terus terang aku sampai hari ini masih
gelisah memikirkan apa nanti akan ada yang terpaksa perlu ditempatkan di
sebelah kiri dan disuruh enyah. Bila ya, artinya kami gagal membuat
pihak-pihak lain melihat bahwa kepercayaan yang kami hayati itu patut mereka
tanggapi baik-baik. Kami juga akan merasa kurang mampu menunjukkan diri
betul-betul saudara raja tadi. Gus, mintakan pertolongan rekan-rekan,
tutuplah kekurangan kami di masa lampau dengan yang bisa kalian buat
sekarang. Dan kami akan lebih tenang. Kalian itu sambungan hidup kami!

Ini juga penghabisan kalinya Injil Matius kalian bacakan pada hari Minggu.
Gus, terima kasih sudah berusaha menguraikan kisah-kisahku tentang Yesus
bagi orang zaman ini. Tidak perlu kita selalu sekata mengenai semua hal.
Bila begitu nanti khazanah Injil malah tidak tertimba. Bila dua ahli Kitab
saling mengulang, apa yang bisa dituai pendengar? Itu itu juga! Kami dididik
berani memasuki liku-liku teks agar semakin diperkaya di dalam interaksi
dengan teks. Dan teksnya sendiri akan mekar jadi indah. Bila begitu peneliti
teks boleh berkata, dalam bahasa Yunani, "matheteutheis" (Mat 13:52),
artinya, "telah memperoleh hikmat pengajaran". Ah, tak usah menduga-duga apa
bunyi kata itu mau mengingatkan nama resmiku, "Maththaios".

Mulai Minggu depan kalian akan lebih sering mendengarkan Mark. Juga Oom Hans
akan kerap datang. Mark itu hemat kata. Ia mengikhtisarkan ceramah-cermah
Petrus di Roma bagi pendengar yang semakin ingin tahu siapa Yesus Kristus
itu. Luc dan aku sendiri berhutang banyak kepada Mark. Dan juga Oom Hans,
meski beliau baru menerbitkan bukunya setelah kami semua selesai menulis!
Kalian pasti akan belajar banyak dari mereka. Dan engkau sendiri masih akan
menulis tentang rekan-rekan kita itu kan?

Sampaikan salam kepada rekan-rekan di Internos dan para peminat lain!
Matt

No comments:

Post a Comment