Minggu Biasa XXI th A 21 Ag 11 (Mat 16:13-20)
TENTANG MESIAS, BATU KARANG, DAN KUNCI KERAJAAN SURGA
Rekan-rekan,
Injil memperkenalkan Yesus terutama lewat pengajarannya, lewat kisah
pelbagai penyembuhan yang dilakukannya, termasuk tindakan mengusir roh
jahat, dan lewat peristiwa perbanyakan roti. Karena itu orang mulai
bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia itu dan bagaimana ia dapat mengerjakan
semua itu. Semakin disadari bahwa dia lain dari orang-orang luar biasa
lainnya. Siapakah dia sesungguhnya?
Dalam Mat 16:13-20 (Injil hari Minggu Biasa XXI tahun A) Petrus
mengungkapkan kesadaran para murid terdekat bahwa Yesus itu Mesias, anak
Allah yang hidup. Penegasan ini sebetulnya satu sisi saja dalam pewartaan
mengenai siapa sebenarnya Yesus. Sisi yang lain menyangkut perjalanan ke
arah penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus yang diungkapkan dalam Injil
langsung sesudah penegasan akan kemesiasan Yesus. Kali ini petikan Injil
Matius mengajak pembaca mendalami sisi yang pertama. Hari Minggu berikutnya
akan dilihat sisi yang lain.
APA YANG HENDAK DISAMPAIKAN?
Tentu saja ada pelbagai anggapan di masyarakat orang Yahudi dulu mengenai
siapa tokoh Yesus itu. Dan di Kaisaria Filipi para murid diajak Yesus
berbicara mengenai pelbagai pendapat mengenai dirinya. Sudah matang saatnya
para murid dituntun mengenali siapa dia itu sebenarnya. Mereka telah
mendengar ajarannya, telah melihat perbuatannya, dan menyaksikan
kekuatannya. Kini tibalah waktunya memahami siapa dia itu.
Tentu saja mulai disadari bahwa Yesus yang mempesona dan diikuti banyak
orang ini ialah dia yang resmi ditugasi Allah dan kedatangannya yang
dinanti-nantikan banyak orang. Dialah Mesias yang diharapkan membangun
kembali umat Allah seperti dahulu kala. Dialah yang bakal memimpin orang
banyak makin mendekat kepada Allah sendiri. Di dalam kesadaran orang banyak,
Mesias ini ialah keturunan Daud yang akan mengawali zaman adil dan damai.
Dalam keagamaan Yahudi, gagasan Mesias seperti ini disatukan dengan
pengertian "Anak Manusia", seperti terungkap dalam penglihatan Daniel (Dan
7:13). Gereja Awal juga percaya bahwa Yesus ialah tokoh ini.
Keyakinan di atas mau tak mau berhadapan dengan kenyataan bahwa Yesus
akhirnya mengalami penderitaan, ditolak oleh para pemimpin masyarakat Yahudi
yang sah ("tetua, imam kepala dan ahli Taurat" ialah tiga macam anggota di
dalam Sanhedrin, badan resmi masyarakat Yahudi) sampai dibunuh. Namun
demikian, nanti dengan pelbagai cara para murid Yesus juga mengalami
kebangkitan Yesus pada hari ketiga. Dan pengalaman inilah yang membuat
mereka percaya bahwa Yesus itulah sungguh Mesias.
PERKEMBANGAN DALAM GEREJA AWAL
Pokok kepercayaan yang tumbuh dalam Gereja Awal terungkap dalam rumusan
penegasan Petrus yang disampaikan secara sederhana tapi tegas dalam Mrk 8:29
"Engkaulah Mesias". Bukan tanpa arti bila dalam ketiga Injil Sinoptik
(Matius, Markus, dan Lukas) pemberitahuan pertama mengenai penderitaan,
wafat dan kebangkitan didahului dengan penegasan Petrus mengenai siapa
sebenarnya Yesus itu. Penegasan dalam Injil Markus ini kemudian dipertajam
rumusannya oleh Matius dan Lukas dengan cara masing-masing. Menurut Mat
16:16, Petrus berkata, "Engkaulah Mesias, anak Allah yang hidup!" (Mat
16:16). Matius menambahkan "anak Allah yang hidup" untuk menggarisbawahi
bahwa Allah-lah yang memilih Yesus sebagai pewarta kehadiranNya di dunia.
Matius juga bermaksud menjelaskan bahwa Mesias yang dinanti-nantikan ini
bukan pemimpin politik atau penguasa yang bakal membangun kembali kejayaan
Israel dengan kekuatan militer. Maklum di kalangan Yahudi harapan akan
Mesias politik ini amat kuat. Persoalan ini tidak amat terasa dalam
lingkungan Lukas yang bukan berasal dari kalangan Yahudi. Mereka lebih
berminat memahami apakah kuasa dan kekuatan Yesus itu memang berasal dari
Allah sendiri. Karena itu ditandaskan dalam Luk 9:20 bahwa Mesias tadi "dari
Allah". Maksudnya, Yesus datang dari Dia dan menunjukkan bahwa Allah sendiri
bertindak dalam diri Yesus untuk membebaskan manusia dari kuasa-kuasa jahat,
dari penyakit, dari kekersangan batin. Inilah yang membuat Yesus betul-betul
menjadi Mesias bagi semua orang.
APA ARTI "ANAK MANUSIA"?
Ketika Yesus menanyai murid-muridnya apa kata orang mengenai siapa "Anak
Manusia" ada jawaban yang bermacam-macam. Ungkapan "Anak Manusia" dipakai
merujuk pada diri Yesus. Dalam kesadaran orang Yahudi pada zaman Yesus, ada
kaitan antara tokoh yang dinanti-nantikan datangnya sebagai Mesias dengan
penglihatan dalam Dan 7:13 yang menggambarkan tokoh yang mirip manusia itu
terlihat datang mengarah kepada Yang Mahakuasa dan mendapat kuasa di bumi
dan di langit.
Dengan memakai ungkapan itu Yesus hendak memperkenalkan dirinya yang
sesungguhnya. Ia tidak bertanya mengenai apa kata orang mengenai ajarannya,
mengenai tindakannya, mengenai kelakuannya. Ia ingin mendengar bagaimana
orang menerapkan siapa tokoh yang terarah kepada Yang Mahakuasa itu, siapa
"Anak Manusia" tadi. Para murid diajak menengarai pelbagai pandangan yang
ada mengenai dirinya: ia seperti Yohanes Pembaptis, tokoh spiritual yang
masih segar dalam ingatan orang, juga bisa dibandingkan dengan Elia, seorang
nabi besar yang diceritakan telah naik ke langit dan tentunya akan kembali
diutus Allah mendatangi umat pada saat-saat mereka membutuhkan dampingan dan
arahan, atau seperti nabi Yeremia yang dikenal tak jemu-jemunya
memperingatkan umat dan para pemimpin agar tetap setia pada Allah di tengah
penderitaan dan mengajarkan kerohanian yang sejati dan bukan praktek
luar-luar saja.
"BAGI KALIAN, SIAPA AKU INI?"
Pendapat-pendapat itu tidak bisa dikatakan meleset. Walaupun demikian, ada
pemahaman yang dapat lebih menolong. Yesus menanyai Petrus dengan ungkapan
yang berbeda, "Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?" Tidak lagi ditanyakan
apa kata orang, melainkan apa katamu. Juga tidak lagi dipakai sebutan "Anak
Manusia", melainkan "aku". Petrus kini tampil sebagai wakil para murid yang
kemudian mempersaksikan Yesus Kristus dan meneruskan wartanya. Pertanyaan
Yesus kepadanya bukan pertanyaan kepada individu Petrus saja. Setelah
menanyai para murid, pada ay. 15 disebutkan Yesus bertanya kepada "mereka" -
yakni para murid tadi. Terjemahan LAI "apa katamu" tidak amat jelas. Memang
dalam bahasa Indonesia "-mu" bisa berarti tunggal bisa pula jamak. Teks asli
dalam bahasa Yunani memakai kata "kalian" yang hanya bisa berarti jamak.
Maka pertanyaan tadi jelas ditujukan kepada para murid, begitu juga menurut
Injil Markus dan Lukas. Dalam situasi itulah Petrus tampil mewakili para
murid. Oleh karena itu, tak usah ditafsirkan bahwa di sini ada imbauan untuk
menumbuhkan jawaban iman yang digarap secara pribadi, bukan rumus-rumus yang
siap pakai saja. Memang iman yang dewasa dan kuat juga semakin pribadi
sifatnya. Tetapi tanya jawab dengan Petrus ini bukan ke sana arahnya.
Jawaban Petrus juga mencerminkan pemahaman para murid. Memang kemudian
Matius secara khusus menyoroti Petrus. Setelah penegasan tadi, pada ay. 17,
Matius menambahkan episode Yesus menyebut Petrus berbahagia karena
pengetahuan tadi didapat bukan dari manusia melainkan dari Bapa di surga.
Kemudian dalam dua ayat berikutnya Simon disebut Yesus sebagai batu karang
dasar Gereja dibangun yang tak bakal terkalahkan oleh maut, ia juga disebut
pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan ini tidak ada dalam Injil
lain.
BATU KARANG DAN KUNCI KERAJAAN SURGA
Batu karang jadi tempat berlindung dari hempasan ombak dan tempat berpegang
agar tak hanyut oleh arus-arus ganas. Dengan menyebut Petrus sebagai batu
karang, Yunaninya "petra", ditandaskan bahwa ia bertugas melindungi umat
yang dibangun Yesus dari marabahaya yang selalu menghunjam. Dikatakan juga
bahwa alam maut (Yunaninya "hades", Ibraninya "syeol") takkan bisa
menguasainya, maksudnya takkan dapat mematikan kumpulan orang yang percaya
tadi.
Orang dulu membayangkan jalan ke alam maut sebagai lubang yang menganga
lebar. Seperti liang lahat yang besar. Semua orang mati pasti akan ke sana
dan tak ada jalan kembali. Satu-satunya cara untuk mencegah agar orang tidak
tersedot ke dalamnya ialah dengan menyumbatnya dengan batu besar yang tidak
bakal tertelan dan tak tergoyah. Petrus digambarkan sebagai tempat Yesus
mendirikan umat yang takkan terkuasai alam maut.
Gambaran di atas dapat membantu mengerti mengapa kepada Petrus diberikan
kunci Kerajaan Surga. Bukannya ia dipilih menjadi orang yang menentukan
siapa boleh masuk siapa tidak, melainkan sebagai yang bertugas menahan agar
kekuatan-kekuatan maut tidak memasuki Kerajaan Surga! Ia mengunci surga dari
pengaruh yang jahat. Apa yang diikatnya di bumi, yang tetap dikunci di bumi,
yakni jalan ke alam maut akan tetap terikat dan tidak akan bisa merambat ke
surga. Tak ada jalan ke surga bagi daya-daya maut. Apa yang dilepaskannya di
bumi, yakni manusia yang bila dibiarkan sendirian akan menjadi mangsa lubang
syeol menganga tadi. Tidak amat membantu bila kata-kata itu ditafsirkan
sebagai penugasan Petrus menjadi "juru kunci gerbang surga" menentukan siapa
orang diperkenankan masuk dan dibiarkan di luar tidak peka konteks. Malah
tafsiran itu akan membuat warta Injil Matius kurang terasa.
Bisakah gagasan kunci Kerajaan Surga dipakai sebagai dasar bagi wibawa
takhta apostolik Paus penerus Petrus? Tentu saja, asal dilandasi dengan
pengertian di atas. Bukan dalam arti juru kunci gerbang ke arah keselamatan,
membuka atau menutup akses ke surga, melainkan sebagai penangkal
kekuatan-kekuatan alam maut. Pernyataan itu memuat penugasan melindungi
umat, bukan pemberian kuasa menghakimi atau memonopoli keselamatan.
Sampai lain kali, dan Pax!
A.Gianto
TENTANG MESIAS, BATU KARANG, DAN KUNCI KERAJAAN SURGA
Rekan-rekan,
Injil memperkenalkan Yesus terutama lewat pengajarannya, lewat kisah
pelbagai penyembuhan yang dilakukannya, termasuk tindakan mengusir roh
jahat, dan lewat peristiwa perbanyakan roti. Karena itu orang mulai
bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia itu dan bagaimana ia dapat mengerjakan
semua itu. Semakin disadari bahwa dia lain dari orang-orang luar biasa
lainnya. Siapakah dia sesungguhnya?
Dalam Mat 16:13-20 (Injil hari Minggu Biasa XXI tahun A) Petrus
mengungkapkan kesadaran para murid terdekat bahwa Yesus itu Mesias, anak
Allah yang hidup. Penegasan ini sebetulnya satu sisi saja dalam pewartaan
mengenai siapa sebenarnya Yesus. Sisi yang lain menyangkut perjalanan ke
arah penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus yang diungkapkan dalam Injil
langsung sesudah penegasan akan kemesiasan Yesus. Kali ini petikan Injil
Matius mengajak pembaca mendalami sisi yang pertama. Hari Minggu berikutnya
akan dilihat sisi yang lain.
APA YANG HENDAK DISAMPAIKAN?
Tentu saja ada pelbagai anggapan di masyarakat orang Yahudi dulu mengenai
siapa tokoh Yesus itu. Dan di Kaisaria Filipi para murid diajak Yesus
berbicara mengenai pelbagai pendapat mengenai dirinya. Sudah matang saatnya
para murid dituntun mengenali siapa dia itu sebenarnya. Mereka telah
mendengar ajarannya, telah melihat perbuatannya, dan menyaksikan
kekuatannya. Kini tibalah waktunya memahami siapa dia itu.
Tentu saja mulai disadari bahwa Yesus yang mempesona dan diikuti banyak
orang ini ialah dia yang resmi ditugasi Allah dan kedatangannya yang
dinanti-nantikan banyak orang. Dialah Mesias yang diharapkan membangun
kembali umat Allah seperti dahulu kala. Dialah yang bakal memimpin orang
banyak makin mendekat kepada Allah sendiri. Di dalam kesadaran orang banyak,
Mesias ini ialah keturunan Daud yang akan mengawali zaman adil dan damai.
Dalam keagamaan Yahudi, gagasan Mesias seperti ini disatukan dengan
pengertian "Anak Manusia", seperti terungkap dalam penglihatan Daniel (Dan
7:13). Gereja Awal juga percaya bahwa Yesus ialah tokoh ini.
Keyakinan di atas mau tak mau berhadapan dengan kenyataan bahwa Yesus
akhirnya mengalami penderitaan, ditolak oleh para pemimpin masyarakat Yahudi
yang sah ("tetua, imam kepala dan ahli Taurat" ialah tiga macam anggota di
dalam Sanhedrin, badan resmi masyarakat Yahudi) sampai dibunuh. Namun
demikian, nanti dengan pelbagai cara para murid Yesus juga mengalami
kebangkitan Yesus pada hari ketiga. Dan pengalaman inilah yang membuat
mereka percaya bahwa Yesus itulah sungguh Mesias.
PERKEMBANGAN DALAM GEREJA AWAL
Pokok kepercayaan yang tumbuh dalam Gereja Awal terungkap dalam rumusan
penegasan Petrus yang disampaikan secara sederhana tapi tegas dalam Mrk 8:29
"Engkaulah Mesias". Bukan tanpa arti bila dalam ketiga Injil Sinoptik
(Matius, Markus, dan Lukas) pemberitahuan pertama mengenai penderitaan,
wafat dan kebangkitan didahului dengan penegasan Petrus mengenai siapa
sebenarnya Yesus itu. Penegasan dalam Injil Markus ini kemudian dipertajam
rumusannya oleh Matius dan Lukas dengan cara masing-masing. Menurut Mat
16:16, Petrus berkata, "Engkaulah Mesias, anak Allah yang hidup!" (Mat
16:16). Matius menambahkan "anak Allah yang hidup" untuk menggarisbawahi
bahwa Allah-lah yang memilih Yesus sebagai pewarta kehadiranNya di dunia.
Matius juga bermaksud menjelaskan bahwa Mesias yang dinanti-nantikan ini
bukan pemimpin politik atau penguasa yang bakal membangun kembali kejayaan
Israel dengan kekuatan militer. Maklum di kalangan Yahudi harapan akan
Mesias politik ini amat kuat. Persoalan ini tidak amat terasa dalam
lingkungan Lukas yang bukan berasal dari kalangan Yahudi. Mereka lebih
berminat memahami apakah kuasa dan kekuatan Yesus itu memang berasal dari
Allah sendiri. Karena itu ditandaskan dalam Luk 9:20 bahwa Mesias tadi "dari
Allah". Maksudnya, Yesus datang dari Dia dan menunjukkan bahwa Allah sendiri
bertindak dalam diri Yesus untuk membebaskan manusia dari kuasa-kuasa jahat,
dari penyakit, dari kekersangan batin. Inilah yang membuat Yesus betul-betul
menjadi Mesias bagi semua orang.
APA ARTI "ANAK MANUSIA"?
Ketika Yesus menanyai murid-muridnya apa kata orang mengenai siapa "Anak
Manusia" ada jawaban yang bermacam-macam. Ungkapan "Anak Manusia" dipakai
merujuk pada diri Yesus. Dalam kesadaran orang Yahudi pada zaman Yesus, ada
kaitan antara tokoh yang dinanti-nantikan datangnya sebagai Mesias dengan
penglihatan dalam Dan 7:13 yang menggambarkan tokoh yang mirip manusia itu
terlihat datang mengarah kepada Yang Mahakuasa dan mendapat kuasa di bumi
dan di langit.
Dengan memakai ungkapan itu Yesus hendak memperkenalkan dirinya yang
sesungguhnya. Ia tidak bertanya mengenai apa kata orang mengenai ajarannya,
mengenai tindakannya, mengenai kelakuannya. Ia ingin mendengar bagaimana
orang menerapkan siapa tokoh yang terarah kepada Yang Mahakuasa itu, siapa
"Anak Manusia" tadi. Para murid diajak menengarai pelbagai pandangan yang
ada mengenai dirinya: ia seperti Yohanes Pembaptis, tokoh spiritual yang
masih segar dalam ingatan orang, juga bisa dibandingkan dengan Elia, seorang
nabi besar yang diceritakan telah naik ke langit dan tentunya akan kembali
diutus Allah mendatangi umat pada saat-saat mereka membutuhkan dampingan dan
arahan, atau seperti nabi Yeremia yang dikenal tak jemu-jemunya
memperingatkan umat dan para pemimpin agar tetap setia pada Allah di tengah
penderitaan dan mengajarkan kerohanian yang sejati dan bukan praktek
luar-luar saja.
"BAGI KALIAN, SIAPA AKU INI?"
Pendapat-pendapat itu tidak bisa dikatakan meleset. Walaupun demikian, ada
pemahaman yang dapat lebih menolong. Yesus menanyai Petrus dengan ungkapan
yang berbeda, "Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?" Tidak lagi ditanyakan
apa kata orang, melainkan apa katamu. Juga tidak lagi dipakai sebutan "Anak
Manusia", melainkan "aku". Petrus kini tampil sebagai wakil para murid yang
kemudian mempersaksikan Yesus Kristus dan meneruskan wartanya. Pertanyaan
Yesus kepadanya bukan pertanyaan kepada individu Petrus saja. Setelah
menanyai para murid, pada ay. 15 disebutkan Yesus bertanya kepada "mereka" -
yakni para murid tadi. Terjemahan LAI "apa katamu" tidak amat jelas. Memang
dalam bahasa Indonesia "-mu" bisa berarti tunggal bisa pula jamak. Teks asli
dalam bahasa Yunani memakai kata "kalian" yang hanya bisa berarti jamak.
Maka pertanyaan tadi jelas ditujukan kepada para murid, begitu juga menurut
Injil Markus dan Lukas. Dalam situasi itulah Petrus tampil mewakili para
murid. Oleh karena itu, tak usah ditafsirkan bahwa di sini ada imbauan untuk
menumbuhkan jawaban iman yang digarap secara pribadi, bukan rumus-rumus yang
siap pakai saja. Memang iman yang dewasa dan kuat juga semakin pribadi
sifatnya. Tetapi tanya jawab dengan Petrus ini bukan ke sana arahnya.
Jawaban Petrus juga mencerminkan pemahaman para murid. Memang kemudian
Matius secara khusus menyoroti Petrus. Setelah penegasan tadi, pada ay. 17,
Matius menambahkan episode Yesus menyebut Petrus berbahagia karena
pengetahuan tadi didapat bukan dari manusia melainkan dari Bapa di surga.
Kemudian dalam dua ayat berikutnya Simon disebut Yesus sebagai batu karang
dasar Gereja dibangun yang tak bakal terkalahkan oleh maut, ia juga disebut
pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan ini tidak ada dalam Injil
lain.
BATU KARANG DAN KUNCI KERAJAAN SURGA
Batu karang jadi tempat berlindung dari hempasan ombak dan tempat berpegang
agar tak hanyut oleh arus-arus ganas. Dengan menyebut Petrus sebagai batu
karang, Yunaninya "petra", ditandaskan bahwa ia bertugas melindungi umat
yang dibangun Yesus dari marabahaya yang selalu menghunjam. Dikatakan juga
bahwa alam maut (Yunaninya "hades", Ibraninya "syeol") takkan bisa
menguasainya, maksudnya takkan dapat mematikan kumpulan orang yang percaya
tadi.
Orang dulu membayangkan jalan ke alam maut sebagai lubang yang menganga
lebar. Seperti liang lahat yang besar. Semua orang mati pasti akan ke sana
dan tak ada jalan kembali. Satu-satunya cara untuk mencegah agar orang tidak
tersedot ke dalamnya ialah dengan menyumbatnya dengan batu besar yang tidak
bakal tertelan dan tak tergoyah. Petrus digambarkan sebagai tempat Yesus
mendirikan umat yang takkan terkuasai alam maut.
Gambaran di atas dapat membantu mengerti mengapa kepada Petrus diberikan
kunci Kerajaan Surga. Bukannya ia dipilih menjadi orang yang menentukan
siapa boleh masuk siapa tidak, melainkan sebagai yang bertugas menahan agar
kekuatan-kekuatan maut tidak memasuki Kerajaan Surga! Ia mengunci surga dari
pengaruh yang jahat. Apa yang diikatnya di bumi, yang tetap dikunci di bumi,
yakni jalan ke alam maut akan tetap terikat dan tidak akan bisa merambat ke
surga. Tak ada jalan ke surga bagi daya-daya maut. Apa yang dilepaskannya di
bumi, yakni manusia yang bila dibiarkan sendirian akan menjadi mangsa lubang
syeol menganga tadi. Tidak amat membantu bila kata-kata itu ditafsirkan
sebagai penugasan Petrus menjadi "juru kunci gerbang surga" menentukan siapa
orang diperkenankan masuk dan dibiarkan di luar tidak peka konteks. Malah
tafsiran itu akan membuat warta Injil Matius kurang terasa.
Bisakah gagasan kunci Kerajaan Surga dipakai sebagai dasar bagi wibawa
takhta apostolik Paus penerus Petrus? Tentu saja, asal dilandasi dengan
pengertian di atas. Bukan dalam arti juru kunci gerbang ke arah keselamatan,
membuka atau menutup akses ke surga, melainkan sebagai penangkal
kekuatan-kekuatan alam maut. Pernyataan itu memuat penugasan melindungi
umat, bukan pemberian kuasa menghakimi atau memonopoli keselamatan.
Sampai lain kali, dan Pax!
A.Gianto
No comments:
Post a Comment