Injil Minggu Paskah II/B 15 April 2012 (Yoh 20:19-31)
Rekan-rekan yang baik!
Peristiwa kebangkitan diwartakan dalam Injil Yohanes sebagai penjelasan
mengapa Yesus yang baru saja dimakamkan itu tidak lagi diketemukan lagi di
situ, dan mengapa para murid tidak lagi merasa kehilangan dia. Bahkan kini
mereka semakin merasakan kehadirannya. Agak ada miripnya dengan ingatan
mengenai akan orang-orang yang sudah mendahului tetapi tetap menjadi bagian
hidup kita. Tetapi besar pula bedanya. Bagi para murid, menimang-nimang
ingatan akan dia yang pernah berada bersama mereka di dunia bukan lagi hal
yang penting. Dia bukan lagi sekadar kenangan. Para murid kini malah merasa
lebih menjadi bagian Yesus yang bangkit itu. Itulah persepsi mereka akan
kebangkitan Yesus. Dan pengalaman ini mengubah kehidupan mereka dari yang
dirundung ketakutan menjadi penuh kedamaian. Ini disampaikan dalam Yoh
20:19-31 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah II tahun ini.
SALAM DAMAI
Diceritakan bagaimana Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya ketika
mereka mengunci diri ketakutan akan para penguasa Yahudi. Yesus mengucapkan
salam damai sejahtera dan kemudian menghembusi mereka dengan Roh (Yoh
20:21-22; lihat juga ay. 26). Saat itu juga ketakutan mereka lenyap dan
mereka mulai merasakan kedamaian. Memang pengalaman ini belum terjadi pada
banyak orang lain. Barulah kelompok kecil ini yang melihat Yesus yang telah
bangkit. Juga bekas luka paku dan tusukan tombak mereka saksikan.
Pembicaraan mengenai bekas luka di situ dimaksud untuk menegaskan bahwa yang
kini menampakkan diri itu sama dengan dia yang tadi meninggal di salib. Yang
kini datang di tengah-tengah mereka itu bukan sekedar ingatan belaka.
Orang-orang lain yang tidak hadir dalam peristiwa itu hanya dapat mendengar
kesaksian mereka. Dan ini memang bukan perkara yang mudah.
Cerita penampakan Yesus kepada Tomas dalam Yoh 20:24-29 mengolah kesulitan
ini. Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan memintanya meraba bekas luka
itu sendiri bila tindakan ini bakal membuatnya percaya. Tomas diminta
memutuskan sendiri apa dia yang kini datang itu sama dengan yang dulu
diikutinya. Kepercayaan yang sedemikian besar dari pihak yang bangkit itu
membuat Tomas mengenalinya. Ia berseru, "Tuhanku dan Allahku!" Saat itulah
mata batin Tomas terbuka. Melihat Yesus berarti melihat Allah Yang Maha
Tinggi yang mengutus Yesus ke dunia ini. Itulah sebabnya Tomas menyerukan
dua sebutan itu. Yesus sendiri dulu mengatakan, siapa mengenalnya akan
mengenali Bapanya pula (Yoh 8:19; 14:7.9-11). Dan Bapanya itu Allah. Bagi
murid-murid dari zaman kemudian, amat besarlah daya kata-kata Yesus kepada
Tomas pada akhir peristiwa itu (Yoh 20:29), "Karena engkau melihat aku maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya."
Walaupun kata-kata itu ditujukan kepada Tomas, isinya diperdengarkan kepada
siapa saja, baik yang ada di situ waktu itu maupun kepada pembaca kisah tadi
sepanjang masa. Dia yang bangkit itu mempercayakan diri kepada manusia agar
dikenali dalam hidup mereka, seperti yang terjadi pada Tomas.
"MELIHAT" MENURUT INJIL YOHANES
Dalam kisah kebangkitan ini penulis Injil memerankan diri sebagai "murid
yang dikasihi" yang ikut mendengar dari Maria Magdalena bahwa Yesus tak
ditemukan di makam. Bersama Petrus ia lari ke makam dan mendahuluinya. Ia
menjenguk ke dalam dan tampaklah kain kafan di tanah. Petrus masuk dan
mendapati kafan terletak di tanah, kain peluh yang tadinya di kepala Yesus
didapatinya terlipat tidak di tanah, tapi di tempat lain. Murid yang tadi
ikut masuk dan melihat yang dilihat Petrus. Saat itulah "ia percaya" (Yoh
20:8), maksudnya percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Dapat dibayangkan betapa
murid yang tak disebut namanya ini kemudian merasa dikuatkan ketika
mendengar kata-kata Yesus kepada Tomas tadi.
Tetapi memang "melihat" itu memiliki makna khusus. Yohanes menggarap
hubungan antara melihat dan percaya dalam kisah pengalaman orang buta sejak
lahir yang disembuhkan Yesus (Yoh 9) dengan cara yang khas. Ketika
orang-orang sibuk menanyai siapa yang membuatnya melek, jawabnya (ay. 11),
"Orang yang bernama Yesus itu" mengutuhkan penglihatannya dengan lumpur dan
menyuruhnya mandi di kolam Siloam. Beberapa waktu kemudian ketika beberapa
orang Farisi menanyainya, jawabnya makin tegas (ay. 18), "Ia itu nabi!"
Tetapi orang-orang Farisi itu malah berusaha mengintimidasi orang tadi.
Ketika bertemu Yesus lagi dan Yesus bertanya apa ia percaya kepadanya -
Yesus menyebut diri "Anak Manusia" - orang itu balik bertanya, mana orangnya
supaya ia bisa menyatakan diri percaya. Yesus mengatakan bukan saja ia
melihat tapi sedang berbicara dengannya. Dan saat itu orang yang tadinya
buta itu berseru (ay. 38), "Aku percaya, Tuhan!"
Pada awalnya orang itu hanya mengenal Yesus sebagai orang yang
menyembuhkannya, kemudian menegaskannya sebagai nabi, tapi akhirnya bersujud
dan percaya kepadanya, maksudnya mengakui keilahian yang ada pada dirinya.
Kisah penampakan Yesus kepada para murid dan kepada Tomas menunjukkan proses
yang amat mirip. Melihat membuat orang berkembang dan mengenali kebenaran.
Tapi bila melihat tidak berkembang, bisa jadi orang malah tidak dapat
mempercayai apapun. Orang Farisi dalam kisah penyembuhan orang buta itu
melihat tapi tak percaya. Mengapa? Karena mereka tidak terbuka untuk
mengakuinya, apalagi mempercayainya. Mereka sebenarnya bukan menolak untuk
percaya, bukan itu yang diminta. Mereka tidak bisa menerima diri dipercaya
agar dapat mengenali apa yang sedang terjadi. Tragis.
Bagaimanapun juga, dalam pertumbuhan iman masih perlu bantuan dari yang
dipercaya atau dari orang yang bisa membantu mempersaksikan kebenaran iman.
Hal ini dapat disimak lewat kisah penampakan Yesus kepada Maria Magdalena
(Yoh 20:11-18). Dikatakan dalam ay. 16 bahwa perempuan itu melihat Yesus
tapi tidak segera mengenalinya. Baru setelah mendengar sapaan "Maria!", ia
bisa mengenali Yesus. Maria Magdalena seperti domba yang mengenal suara
gembalanya (Yoh 10:4). Tapi seandainya Maria Magdalena tidak melihat orang
yang disangkanya sebagai tukang kebun tadi, boleh jadi panggilan "Maria!"
tadi tak segera berarti. Kita ingat dahulu kala Samuel muda berulang kali
mendengar dirinya disapa oleh Tuhan, tapi hanya mengira sedang dibangunkan
oleh Eli. Baru setelah Eli menjelaskan apa yang terjadi, maka Samuel pun
mulai mengerti dan mendengar betul.
NAFAS KEHIDUPAN
Seperti dalam penciptaan manusia dulu (Kej 2:7), kini para murid menerima
nafas kehidupan dari Yesus yang telah bangkit (Yoh 20:22). Yesus kini
berbagi kehidupan dengan para murid. Dalam perjamuan terakhir disebutkan
bahwa ia sadar betul bahwa dirinya berasal dari Bapa dan akan kembali
kepada-Nya. Semuanya sudah terjadi. Dan kini, dia yang telah kembali bersatu
dengan Bapa itu berbagi nafas dengan para murid. Artinya, kini mereka
sungguh dapat menjadi anak-anak Bapa.
Dalam bagian pembukaan Injil Yohanes disebutkan bahwa sang Sabda datang
kepada miliknya tetapi orang-orang miliknya itu tidak menerimanya (Yoh 1:11)
Dalam ayat berikutnya dikatakan, semua orang yang menerimanya diberinya
kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu orang-orang yang percaya dalam
namanya (ay. 12). Mereka ini orang-orang yang menerima Yesus, menerima sang
Sabda dan mereka telah sering mendengar bahwa Yang Maha Kuasa itu boleh dan
ingin dipanggil Bapa. Mereka ini kumpulan kecil yang bisa menerima kekuatan
menjadi anak-anak Allah. Dan apa kekuatan yang sesungguhnya itu? Kekuatan
itu ialah nafas yang dihembuskan Yesus ketika ia menampakkan diri kepada
mereka di situ. Apa itu anak-anak Allah? Yohanes sendiri memberi penjelasan
dalam Yoh 1:13, yaitu orang-orang yang dilahirkan bukan dari darah atau dari
keinginan jasmani...melainkan dari Allah. Inilah yang berpadanan dengan
hembusan nafas kehidupan dalam Kej 2:7. Dalam peristiwa penampakan kepada
para murid itulah lahirlah kemanusiaan baru.
MAKNA KEBANGKITAN
Apa makna kebangkitan bagi orang zaman sekarang? Pada dasarnya, percaya
bahwa Yesus telah bangkit itu sama bagi murid-murid yang pertama dan bagi
orang sekarang. Setelah mendapat kekuatan Rohnya, para murid diajaknya ikut
serta menjalankan perutusan dari Bapanya. Dalam bahasa yang mudah dipahami
orang waktu itu, mengampuni dosa atau menyatakan dosa tetap ada (Yoh 20:23).
Yang dimaksud dengan dosa ialah sikap menjauhi dan menolak dia yang
membawakan kehidupan dari sumber kehidupan itu sendiri. Murid-murid dulu
ditugasi untuk hidup sesuai dengan semangat kebangkitan, yakni hidup merdeka
sebagai anak-anak Allah sendiri. Iman akan kebangkitan membangun ruang
seluas-luasnya bagi manusia agar semakin menjadi makhluk yang mampu
mengalami Yang Maha Kuasa sebagai yang penuh kerahiman dan berbagi
pengalaman ini dengan sesama.
Salam hangat,
A. Gianto
Rekan-rekan yang baik!
Peristiwa kebangkitan diwartakan dalam Injil Yohanes sebagai penjelasan
mengapa Yesus yang baru saja dimakamkan itu tidak lagi diketemukan lagi di
situ, dan mengapa para murid tidak lagi merasa kehilangan dia. Bahkan kini
mereka semakin merasakan kehadirannya. Agak ada miripnya dengan ingatan
mengenai akan orang-orang yang sudah mendahului tetapi tetap menjadi bagian
hidup kita. Tetapi besar pula bedanya. Bagi para murid, menimang-nimang
ingatan akan dia yang pernah berada bersama mereka di dunia bukan lagi hal
yang penting. Dia bukan lagi sekadar kenangan. Para murid kini malah merasa
lebih menjadi bagian Yesus yang bangkit itu. Itulah persepsi mereka akan
kebangkitan Yesus. Dan pengalaman ini mengubah kehidupan mereka dari yang
dirundung ketakutan menjadi penuh kedamaian. Ini disampaikan dalam Yoh
20:19-31 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah II tahun ini.
SALAM DAMAI
Diceritakan bagaimana Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya ketika
mereka mengunci diri ketakutan akan para penguasa Yahudi. Yesus mengucapkan
salam damai sejahtera dan kemudian menghembusi mereka dengan Roh (Yoh
20:21-22; lihat juga ay. 26). Saat itu juga ketakutan mereka lenyap dan
mereka mulai merasakan kedamaian. Memang pengalaman ini belum terjadi pada
banyak orang lain. Barulah kelompok kecil ini yang melihat Yesus yang telah
bangkit. Juga bekas luka paku dan tusukan tombak mereka saksikan.
Pembicaraan mengenai bekas luka di situ dimaksud untuk menegaskan bahwa yang
kini menampakkan diri itu sama dengan dia yang tadi meninggal di salib. Yang
kini datang di tengah-tengah mereka itu bukan sekedar ingatan belaka.
Orang-orang lain yang tidak hadir dalam peristiwa itu hanya dapat mendengar
kesaksian mereka. Dan ini memang bukan perkara yang mudah.
Cerita penampakan Yesus kepada Tomas dalam Yoh 20:24-29 mengolah kesulitan
ini. Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan memintanya meraba bekas luka
itu sendiri bila tindakan ini bakal membuatnya percaya. Tomas diminta
memutuskan sendiri apa dia yang kini datang itu sama dengan yang dulu
diikutinya. Kepercayaan yang sedemikian besar dari pihak yang bangkit itu
membuat Tomas mengenalinya. Ia berseru, "Tuhanku dan Allahku!" Saat itulah
mata batin Tomas terbuka. Melihat Yesus berarti melihat Allah Yang Maha
Tinggi yang mengutus Yesus ke dunia ini. Itulah sebabnya Tomas menyerukan
dua sebutan itu. Yesus sendiri dulu mengatakan, siapa mengenalnya akan
mengenali Bapanya pula (Yoh 8:19; 14:7.9-11). Dan Bapanya itu Allah. Bagi
murid-murid dari zaman kemudian, amat besarlah daya kata-kata Yesus kepada
Tomas pada akhir peristiwa itu (Yoh 20:29), "Karena engkau melihat aku maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya."
Walaupun kata-kata itu ditujukan kepada Tomas, isinya diperdengarkan kepada
siapa saja, baik yang ada di situ waktu itu maupun kepada pembaca kisah tadi
sepanjang masa. Dia yang bangkit itu mempercayakan diri kepada manusia agar
dikenali dalam hidup mereka, seperti yang terjadi pada Tomas.
"MELIHAT" MENURUT INJIL YOHANES
Dalam kisah kebangkitan ini penulis Injil memerankan diri sebagai "murid
yang dikasihi" yang ikut mendengar dari Maria Magdalena bahwa Yesus tak
ditemukan di makam. Bersama Petrus ia lari ke makam dan mendahuluinya. Ia
menjenguk ke dalam dan tampaklah kain kafan di tanah. Petrus masuk dan
mendapati kafan terletak di tanah, kain peluh yang tadinya di kepala Yesus
didapatinya terlipat tidak di tanah, tapi di tempat lain. Murid yang tadi
ikut masuk dan melihat yang dilihat Petrus. Saat itulah "ia percaya" (Yoh
20:8), maksudnya percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Dapat dibayangkan betapa
murid yang tak disebut namanya ini kemudian merasa dikuatkan ketika
mendengar kata-kata Yesus kepada Tomas tadi.
Tetapi memang "melihat" itu memiliki makna khusus. Yohanes menggarap
hubungan antara melihat dan percaya dalam kisah pengalaman orang buta sejak
lahir yang disembuhkan Yesus (Yoh 9) dengan cara yang khas. Ketika
orang-orang sibuk menanyai siapa yang membuatnya melek, jawabnya (ay. 11),
"Orang yang bernama Yesus itu" mengutuhkan penglihatannya dengan lumpur dan
menyuruhnya mandi di kolam Siloam. Beberapa waktu kemudian ketika beberapa
orang Farisi menanyainya, jawabnya makin tegas (ay. 18), "Ia itu nabi!"
Tetapi orang-orang Farisi itu malah berusaha mengintimidasi orang tadi.
Ketika bertemu Yesus lagi dan Yesus bertanya apa ia percaya kepadanya -
Yesus menyebut diri "Anak Manusia" - orang itu balik bertanya, mana orangnya
supaya ia bisa menyatakan diri percaya. Yesus mengatakan bukan saja ia
melihat tapi sedang berbicara dengannya. Dan saat itu orang yang tadinya
buta itu berseru (ay. 38), "Aku percaya, Tuhan!"
Pada awalnya orang itu hanya mengenal Yesus sebagai orang yang
menyembuhkannya, kemudian menegaskannya sebagai nabi, tapi akhirnya bersujud
dan percaya kepadanya, maksudnya mengakui keilahian yang ada pada dirinya.
Kisah penampakan Yesus kepada para murid dan kepada Tomas menunjukkan proses
yang amat mirip. Melihat membuat orang berkembang dan mengenali kebenaran.
Tapi bila melihat tidak berkembang, bisa jadi orang malah tidak dapat
mempercayai apapun. Orang Farisi dalam kisah penyembuhan orang buta itu
melihat tapi tak percaya. Mengapa? Karena mereka tidak terbuka untuk
mengakuinya, apalagi mempercayainya. Mereka sebenarnya bukan menolak untuk
percaya, bukan itu yang diminta. Mereka tidak bisa menerima diri dipercaya
agar dapat mengenali apa yang sedang terjadi. Tragis.
Bagaimanapun juga, dalam pertumbuhan iman masih perlu bantuan dari yang
dipercaya atau dari orang yang bisa membantu mempersaksikan kebenaran iman.
Hal ini dapat disimak lewat kisah penampakan Yesus kepada Maria Magdalena
(Yoh 20:11-18). Dikatakan dalam ay. 16 bahwa perempuan itu melihat Yesus
tapi tidak segera mengenalinya. Baru setelah mendengar sapaan "Maria!", ia
bisa mengenali Yesus. Maria Magdalena seperti domba yang mengenal suara
gembalanya (Yoh 10:4). Tapi seandainya Maria Magdalena tidak melihat orang
yang disangkanya sebagai tukang kebun tadi, boleh jadi panggilan "Maria!"
tadi tak segera berarti. Kita ingat dahulu kala Samuel muda berulang kali
mendengar dirinya disapa oleh Tuhan, tapi hanya mengira sedang dibangunkan
oleh Eli. Baru setelah Eli menjelaskan apa yang terjadi, maka Samuel pun
mulai mengerti dan mendengar betul.
NAFAS KEHIDUPAN
Seperti dalam penciptaan manusia dulu (Kej 2:7), kini para murid menerima
nafas kehidupan dari Yesus yang telah bangkit (Yoh 20:22). Yesus kini
berbagi kehidupan dengan para murid. Dalam perjamuan terakhir disebutkan
bahwa ia sadar betul bahwa dirinya berasal dari Bapa dan akan kembali
kepada-Nya. Semuanya sudah terjadi. Dan kini, dia yang telah kembali bersatu
dengan Bapa itu berbagi nafas dengan para murid. Artinya, kini mereka
sungguh dapat menjadi anak-anak Bapa.
Dalam bagian pembukaan Injil Yohanes disebutkan bahwa sang Sabda datang
kepada miliknya tetapi orang-orang miliknya itu tidak menerimanya (Yoh 1:11)
Dalam ayat berikutnya dikatakan, semua orang yang menerimanya diberinya
kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu orang-orang yang percaya dalam
namanya (ay. 12). Mereka ini orang-orang yang menerima Yesus, menerima sang
Sabda dan mereka telah sering mendengar bahwa Yang Maha Kuasa itu boleh dan
ingin dipanggil Bapa. Mereka ini kumpulan kecil yang bisa menerima kekuatan
menjadi anak-anak Allah. Dan apa kekuatan yang sesungguhnya itu? Kekuatan
itu ialah nafas yang dihembuskan Yesus ketika ia menampakkan diri kepada
mereka di situ. Apa itu anak-anak Allah? Yohanes sendiri memberi penjelasan
dalam Yoh 1:13, yaitu orang-orang yang dilahirkan bukan dari darah atau dari
keinginan jasmani...melainkan dari Allah. Inilah yang berpadanan dengan
hembusan nafas kehidupan dalam Kej 2:7. Dalam peristiwa penampakan kepada
para murid itulah lahirlah kemanusiaan baru.
MAKNA KEBANGKITAN
Apa makna kebangkitan bagi orang zaman sekarang? Pada dasarnya, percaya
bahwa Yesus telah bangkit itu sama bagi murid-murid yang pertama dan bagi
orang sekarang. Setelah mendapat kekuatan Rohnya, para murid diajaknya ikut
serta menjalankan perutusan dari Bapanya. Dalam bahasa yang mudah dipahami
orang waktu itu, mengampuni dosa atau menyatakan dosa tetap ada (Yoh 20:23).
Yang dimaksud dengan dosa ialah sikap menjauhi dan menolak dia yang
membawakan kehidupan dari sumber kehidupan itu sendiri. Murid-murid dulu
ditugasi untuk hidup sesuai dengan semangat kebangkitan, yakni hidup merdeka
sebagai anak-anak Allah sendiri. Iman akan kebangkitan membangun ruang
seluas-luasnya bagi manusia agar semakin menjadi makhluk yang mampu
mengalami Yang Maha Kuasa sebagai yang penuh kerahiman dan berbagi
pengalaman ini dengan sesama.
Salam hangat,
A. Gianto
No comments:
Post a Comment