Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala mereka menunggunya mengucapkan doa. Dia memulai doanya, berterima kasih kepada Tuhan untuk semua teman-temannya, menyebut mereka satu demi satu. Kemudian dia bersyukur kepada Tuhan untuk Ibu, Ayah, saudara laki-laki, perempuan, Nenek, Kakek, dan semua bibi dan pamannya. Kemudian dia mulai bersyukur kepada Tuhan atas makanannya. Dia bersyukur untuk ayam, saus, salad buah, saus cranberry, kue, ice cream, dan steak.

Jangan Mengeluh, Lihat Sudut Pandang Lain

Suatu hari seorang peternak babi di Thailand datang menemui Sang guru bijak di hutan. Ia mengeluh mengenai bisnisnya, "Ampun, tahun ini benar-benar keterlaluan! Harga pakan naik. Harga daging babi turun. Saya akan bangkrut!"

Sang guru mendengarkan ratapannya, kemudian saya berkata, "Jangan merasa terlalu sedih terhadap dirimu sendiri, Pak. Jika kamu itu babi, maka kamu punya alasan baik untuk merasa sedih. Ketika harga daging babi tinggi, babi-babi dijagal. Ketika harga daging babi rendah, babi masih di jagal juga. Para babi benar-benar punya alasan untuk mengeluh. Orang-orang seharusnya tidak mengeluh. Tolong pikirkan ini dengan serius!"

Bacaan Kitab Suci Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis 24 Juni 2018

Ulasan Eksegetis Bacaan Kitab Suci Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis
24 Juni 2018

Rekan-rekan yang baik!

Minggu tgl. 24 Juni 2018 ini dirayakan kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk 1:57-66.80). Pada awal petikan Injil ini dikisahkan bagaimana istri Zakharia, Elisabet, yang mengandung pada usia lanjut, kini melahirkan anak laki-laki. Para tetangga dan sanak saudara menyadari bahwa Tuhan telah merahmati pasangan ini. Mereka pun berdatangan memberi selamat. Mereka ingin agar anak ini dinamai Zakharia seperti bapaknya. Tetapi Elisabet mengatakan anaknya harus dinamai Yohanes. Para tamu pun heran karena nama itu tidak dikenal dalam keluarga besar mereka. Tetapi Elisabet meminta mereka bertanya ke Zakharia sendiri. Waktu itu Zakharia masih belum bisa berkata-kata sejak bertemu malaikat di Bait. Ia pun menuliskan “Namanya adalah Yohanes.” (Lihat Luk 1:13, Malaikat Gabriel menyuruh Zakharia menamai anak yang dijanjikan itu Yohanes.) Dan seketika itu juga ia dapat berbicara kembali. Ia pun memuji kebesaran ilahi (Kidung Zakharia, Luk 1:67-79). Orang-orang dikatakan dalam bahasa Alkitab “ketakutan”, maksudnya menyadari kebesaran Tuhan. Peristiwa ini tersiar dan menjadi buah bibir orang.
Bagaimana bacaan ini dapat dicermati lebih jauh?

Nama Yohanes

Injil Minggu XI/B 17 Juni 2018

Injil Minggu XI/B 17 Juni 2018 
(Mrk 4:26-34)

Rekan-rekan yang budiman,


Dalam Mrk 4:26-34 (Injil Minggu Biasa XI/B) didapati dua buah perumpamaan mengenai Kerajaan Allah (ayat 26-29 dan 30-32) diikuti sebuah catatan bahwa Yesus memakai perumpamaan bagi orang banyak tapi bagi para murid diberikannya penjelasan tersendiri (ayat 33-34). Perumpamaan yang pertama hanya didapati dalam Injil Markus, sedangkan yang kedua diceritakan juga dalam Mat 13:31-32 dan Luk 13:18-19. Guna memahami warta petikan ini baiklah ditengok sejenah gagasan apa itu Kerajaan Allah.

Kerajaan Allah

Ungkapan “Kerajaan Allah” kerap dijumpai dalam Injil Markus dan Lukas. Injil Matius mengungkapkannya dengan “Kerajaan Surga”. Makna ungkapan ini bukanlah wilayah atau pemerintahan seperti dalam “kerajaan Majapahit” melainkan kebesaran, kemuliaan, kekuasaan Tuhan yang diberitakan kedatangannya kepada umat manusia. Maklum pada zaman itu orang Yahudi mengalami pelbagai kekuasaan yang amat berbeda dengan masa lampau mereka sendiri sebagai umat-Nya Tuhan. Pada zaman Yesus mereka tidak lagi bisa menganggap diri umat merdeka seperti leluhur mereka karena mereka ada di bawah kuasa Romawi. Di kalangan umat ada harapan satu ketika nanti mereka akan kembali menjadi umat Tuhan seperti dahulu. Tak jarang harapan ini berujung pada keinginan untuk merdeka dari kekuasaan Romawi dan menjadi negeri dengan pemerintahan dan kekuasaan sendiri. Namun cukup jelas harapan seperti ini tidak bakal terwujud. Ada bentuk rohani dari harapan akan kembali menjadi umat-Nya Tuhan. Yesus termasuk kalangan yang mengajarkan bentuk rohani harapan ini. Begitu pula para rahib yang juga dikenal pada zaman itu. Namun kebanyakan dari mereka menghayati harapan itu dengan menjauh dari kehidupan ramai dan pergi bertapa di padang gurun dan sekitar Laut Mati. Kelompok Yesus berbeda. Mereka tetap berada dalam masyarakat namun berusaha menumbuhkan iman akan kebesaran Tuhan dalam kehidupan mereka. Mereka yakin bahwa kebesaran-Nya tetap ada, juga di dunia ini, namun sering sukar dialami. Bagaimanapun juga bagi kelompok ini berusaha menemukan apa itu kehadiran-Nya yang mulia di dalam kehidupan mereka. Kehadiran-Nya diimani oleh kelompok ini sebagai yang dekat, yang melindungi dan memberi kekuatan dari hari ke hari, yang tidak menghitung-hitung kedosaan melainkan bersikap pengampun. Semua ini juga didapati dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus.

Dua Serigala

Suatu malam, seorang pemimpin Indian yang sangat bijaksana berbicara dengan cucunya tentang kehidupan, memberitahunya tentang pertempuran internal yang terjadi di dalam diri semua orang.

Dia berkata, “Cucuku, di dalam diri kita semua ada pertempuran terus-menerus antara dua serigala. Serigala yang satu sangat jahat. Dia memaksa kita untuk bergumul dengan rasa tamak, rakus, marah, iri hati, cemburu, kesedihan, penyesalan, keserakahan, arogansi, mengasihani diri sendiri, rasa bersalah, dendam, rendah diri, kebohongan, kesombongan palsu, superioritas, dan diri yang egois dan destruktif.

Tiga Sekawan Naik-naik ke Puncak Gunung

Suatu hari, Andre, Gandung, dan Yan sedang menikmati naik-naik ke puncak gunung dan berada di area hutan belantara ketika mereka mendapati sungai besar yang arusnya kuat. Mereka harus menyeberangi sungai tersebut supaya sampai di sisi seberang, tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukannya.

Andre berdoa kepada Tuhan, berkata, "Ya Tuhan, beri aku kekuatan untuk menyeberangi sungai ini."

Abrakadabra....Poof...! Tuhan memberinya lengan besar dan kaki yang kuat, sehingga dia bisa berenang menyeberangi sungai dalam waktu sekitar dua jam, meskipun dia hampir tenggelam beberapa kali.