Menjelang Natal 24 Des 2011 (Mat 1:1-25 )
Rekan-rekan yang baik!
Berikut ini sebuah ulasan ringkas mengenai Mat 1:1-25 yang dibacakan dalam
Misa sore menjelang Misa Malam Natal tanggal 24 Desember. Petikan ini
terdiri dari dua bagian. Yang pertama memuat silsilah Yesus (ay. 1-17) dan
yang kedua mengisahkan peristiwa kelahirannya (ay. 18-25). Di beberapa
tempat boleh jadi hanya bagian kedua saja yang dibacakan. Tapi baiklah
ditengok beberapa gagasan mengenai silsilah yang termaktub pada bagian
pertama karena dapat memberi pengantar memasuki bagian yang kedua.
SILSILAH
Pertama-tama, dengan silsilah itu hendak ditunjukkan bahwa Yesus adalah
tokoh yang sejak awal mula dijanjikan Tuhan kepada Abraham, bapak segala
orang beriman dan yang selanjutnya diteguhkan dengan kebesaran Raja Daud.
Kemudian keturunan Daud berlangsung hingga pembuangan yang betul-betul
mengubah jati diri orang Israel, dari yang membanggakan diri sebagai bangsa
pilihan menjadi bangsa tawanan yang perlu menyadari dan menyesali
kedosaannya. Akan tetapi justru dalam keadaan itu tumbuhlah harapan akan
kedatangan seorang Mesias yang akan memulihkan kebesaran mereka. Mesias,
harfiahnya Yang Terurapi, ialah orang mendapat tugas resmi dari Tuhan untuk
memimpin umat-Nya. Memang lazimnya orang Yahudi pada zaman Yesus memahami
masa lampau mereka dalam ukuran-ukuran ketiga masa tadi: dari Abraham hingga
Daud, dari Daud hingga Pembuangan, dan dari Pembuangan hingga kedatangan
Mesias yang dinubuatkan Nabi Yesaya 7:14 yang nanti akan dikutip dalam Mat
1:23 dan diterapkan kepada kelahiran Yesus oleh Maria. Tiap masa memiliki
makna yang khas. Secara tak langsung, Matius mengikutsertakan Yesus dalam
kedua masa yang pertama (keturunan Daud, yang juga keturunan Abraham) dan
menerapkan masa ketiga pada Yesus dengan jelas (masa penantian datangnya
Mesias, yaitu Yesus).
Orang yang mengenal riwayat tokoh-tokoh yang disebutkan dalam silsilah itu
tentu akan menikmati bacaan ini. Namun demikian, tak banyak yang dapat
mengenali satu persatu para leluhur Yesus itu. Orang Yahudi yang biasa pada
zaman dulu pun tidak tahu riwayat masing-masing tokoh itu. Dan Matius pun
sadar akan hal ini. Oleh karena itu, pada akhir silsilah ini, yakni pada ay.
17, diberikannya sebuah rangkuman. Ada 14 keturunan dalam masing-masing dari
ketiga masa dalam kehidupan bangsa Israel tadi. Apa makna angka 14 ini?
Angka 14 ialah hasil dari 2 kali 7, yakni angka yang melambangkan keutuhan
yang keramat sifatnya. Dua kali angka 7 berarti sungguh keramat. Yang amat
keramat ini terulang tiga kali. Pengulangan tiga kali ini juga khas. Bila
dua kali berarti menggarisbawahi pentingnya, tiga kali menunjukkan suasana
khidmat (Ingat seruan para serafim dalam Yes 6:3 "Kudus, kudus, kuduslah
Tuhan ...!" yang juga dipakai dalam liturgi ekaristi). Oleh karena itu,
jelas bahwa tiga kali penyebutan 2 kali 7 keturunan dalam silsilah Yesus itu
dimaksud untuk mengajak orang agar bersikap khidmat menghadapi kenyataan
yang teramat keramat, yakni peristiwa kelahiran Yesus yang diceritakan dalam
ay. 18-25.
YUSUF
Mendekati kisah kelahiran Yesus dengan suasana khidmat serta menyadari
sakralnya kisah itu akan memberi banyak kekuatan kepada orang sekarang.
Banyak yang akan bertanya-tanya mengapa saya katakan "mendekati kisah" dan
bukan "mendekati kelahiran sang Penyelamat"? Kita sebetulnya hanya bisa
mendekat kepada-Nya lewat kisah tentang-Nya. Seperti halnya Yusuf yang
berhasil datang dekat dengan mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat,
begitulah jalan kita. Yusuf sadar akan apa yang sedang terjadi. Dan dengan
segala ketulusannya ia menerima kehadiran yang keramat dalam kehidupannya.
Ia menerima apa yang terjadi pada Maria. Boleh jadi ia tidak seluruhnya
mengerti. Bahkan bisa dikatakan bahwa ia baru betul-betul mengerti dan dapat
benar-benar menerima setelah ia mendengarkan kisah yang dibawakan malaikat
kepadanya. Sikap hormat seperti ini membuatnya ikut serta dalam karya
penyelamatan.
Malaikat bersabda kepada Yusuf dan menjelaskan bahwa yang terjadi pada Maria
itu menurut apa yang telah dinubuatkan Nabi Yesaya (Yes 7:14), yakni anak
dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka
akan menamakan dia Imanuel, yang artinya Allah menyertai kita. Yusuf yang
telah mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat tadi akan menerapkannya
kepada anak yang nanti dilahirkan Maria. Ia dinamainya Yesus, yang artinya
Tuhan itu pemberi keselamatan, dalam arti ia menyertai kita - Imanuel. Tuhan
tidak meninggalkan kita. Nama itu sendiri ialah ungkapan iman bahwa Yang
Maha Besar tetap menyertai kita.
"Tuhan beserta kita" inilah yang bakal lahir di tengah-tengah kumpulan orang
di mana saja dan kapan saja yang bersedia mendengarkan kisah kehadiran yang
keramat di dunia ini. Warta Natal yang dibawakan petikan Injil Matius pada
kesempatan ini besar kandungan rohaninya. Orang diajak mendengarkan kisah
kehadiran Tuhan di dalam kehidupan ini. Menurut Matius, tidak sukar memenuhi
ajakan itu. Yang dibutuhkan ialah sikap khidmat di hadapan Yang Ilahi yang
tampil dalam kehidupan ini dalam macam-macam wujud. Kita ingat pada akhir
Injil Matius, pembicaraan mengenai penghakiman terakhir dipusatkan pada apa
orang berhasil atau tidak melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesama.
Begitulah, sejak awal Matius mengajak kita belajar makin peka akan
isyarat-isyarat dari Tuhan sendiri. Dan Yusuf menjadi gambar orang yang
sampai ke sana, dengan segala ketulusan yang membuatnya mampu mendengarkan
khidmat kisah kehadiran Tuhan di dekatnya. Pada kesempatan ini juga kita
mendapat ajakan seperti itu.
Salam hangat,
A. Gianto
Rekan-rekan yang baik!
Berikut ini sebuah ulasan ringkas mengenai Mat 1:1-25 yang dibacakan dalam
Misa sore menjelang Misa Malam Natal tanggal 24 Desember. Petikan ini
terdiri dari dua bagian. Yang pertama memuat silsilah Yesus (ay. 1-17) dan
yang kedua mengisahkan peristiwa kelahirannya (ay. 18-25). Di beberapa
tempat boleh jadi hanya bagian kedua saja yang dibacakan. Tapi baiklah
ditengok beberapa gagasan mengenai silsilah yang termaktub pada bagian
pertama karena dapat memberi pengantar memasuki bagian yang kedua.
SILSILAH
Pertama-tama, dengan silsilah itu hendak ditunjukkan bahwa Yesus adalah
tokoh yang sejak awal mula dijanjikan Tuhan kepada Abraham, bapak segala
orang beriman dan yang selanjutnya diteguhkan dengan kebesaran Raja Daud.
Kemudian keturunan Daud berlangsung hingga pembuangan yang betul-betul
mengubah jati diri orang Israel, dari yang membanggakan diri sebagai bangsa
pilihan menjadi bangsa tawanan yang perlu menyadari dan menyesali
kedosaannya. Akan tetapi justru dalam keadaan itu tumbuhlah harapan akan
kedatangan seorang Mesias yang akan memulihkan kebesaran mereka. Mesias,
harfiahnya Yang Terurapi, ialah orang mendapat tugas resmi dari Tuhan untuk
memimpin umat-Nya. Memang lazimnya orang Yahudi pada zaman Yesus memahami
masa lampau mereka dalam ukuran-ukuran ketiga masa tadi: dari Abraham hingga
Daud, dari Daud hingga Pembuangan, dan dari Pembuangan hingga kedatangan
Mesias yang dinubuatkan Nabi Yesaya 7:14 yang nanti akan dikutip dalam Mat
1:23 dan diterapkan kepada kelahiran Yesus oleh Maria. Tiap masa memiliki
makna yang khas. Secara tak langsung, Matius mengikutsertakan Yesus dalam
kedua masa yang pertama (keturunan Daud, yang juga keturunan Abraham) dan
menerapkan masa ketiga pada Yesus dengan jelas (masa penantian datangnya
Mesias, yaitu Yesus).
Orang yang mengenal riwayat tokoh-tokoh yang disebutkan dalam silsilah itu
tentu akan menikmati bacaan ini. Namun demikian, tak banyak yang dapat
mengenali satu persatu para leluhur Yesus itu. Orang Yahudi yang biasa pada
zaman dulu pun tidak tahu riwayat masing-masing tokoh itu. Dan Matius pun
sadar akan hal ini. Oleh karena itu, pada akhir silsilah ini, yakni pada ay.
17, diberikannya sebuah rangkuman. Ada 14 keturunan dalam masing-masing dari
ketiga masa dalam kehidupan bangsa Israel tadi. Apa makna angka 14 ini?
Angka 14 ialah hasil dari 2 kali 7, yakni angka yang melambangkan keutuhan
yang keramat sifatnya. Dua kali angka 7 berarti sungguh keramat. Yang amat
keramat ini terulang tiga kali. Pengulangan tiga kali ini juga khas. Bila
dua kali berarti menggarisbawahi pentingnya, tiga kali menunjukkan suasana
khidmat (Ingat seruan para serafim dalam Yes 6:3 "Kudus, kudus, kuduslah
Tuhan ...!" yang juga dipakai dalam liturgi ekaristi). Oleh karena itu,
jelas bahwa tiga kali penyebutan 2 kali 7 keturunan dalam silsilah Yesus itu
dimaksud untuk mengajak orang agar bersikap khidmat menghadapi kenyataan
yang teramat keramat, yakni peristiwa kelahiran Yesus yang diceritakan dalam
ay. 18-25.
YUSUF
Mendekati kisah kelahiran Yesus dengan suasana khidmat serta menyadari
sakralnya kisah itu akan memberi banyak kekuatan kepada orang sekarang.
Banyak yang akan bertanya-tanya mengapa saya katakan "mendekati kisah" dan
bukan "mendekati kelahiran sang Penyelamat"? Kita sebetulnya hanya bisa
mendekat kepada-Nya lewat kisah tentang-Nya. Seperti halnya Yusuf yang
berhasil datang dekat dengan mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat,
begitulah jalan kita. Yusuf sadar akan apa yang sedang terjadi. Dan dengan
segala ketulusannya ia menerima kehadiran yang keramat dalam kehidupannya.
Ia menerima apa yang terjadi pada Maria. Boleh jadi ia tidak seluruhnya
mengerti. Bahkan bisa dikatakan bahwa ia baru betul-betul mengerti dan dapat
benar-benar menerima setelah ia mendengarkan kisah yang dibawakan malaikat
kepadanya. Sikap hormat seperti ini membuatnya ikut serta dalam karya
penyelamatan.
Malaikat bersabda kepada Yusuf dan menjelaskan bahwa yang terjadi pada Maria
itu menurut apa yang telah dinubuatkan Nabi Yesaya (Yes 7:14), yakni anak
dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka
akan menamakan dia Imanuel, yang artinya Allah menyertai kita. Yusuf yang
telah mendengarkan kisah malaikat dengan khidmat tadi akan menerapkannya
kepada anak yang nanti dilahirkan Maria. Ia dinamainya Yesus, yang artinya
Tuhan itu pemberi keselamatan, dalam arti ia menyertai kita - Imanuel. Tuhan
tidak meninggalkan kita. Nama itu sendiri ialah ungkapan iman bahwa Yang
Maha Besar tetap menyertai kita.
"Tuhan beserta kita" inilah yang bakal lahir di tengah-tengah kumpulan orang
di mana saja dan kapan saja yang bersedia mendengarkan kisah kehadiran yang
keramat di dunia ini. Warta Natal yang dibawakan petikan Injil Matius pada
kesempatan ini besar kandungan rohaninya. Orang diajak mendengarkan kisah
kehadiran Tuhan di dalam kehidupan ini. Menurut Matius, tidak sukar memenuhi
ajakan itu. Yang dibutuhkan ialah sikap khidmat di hadapan Yang Ilahi yang
tampil dalam kehidupan ini dalam macam-macam wujud. Kita ingat pada akhir
Injil Matius, pembicaraan mengenai penghakiman terakhir dipusatkan pada apa
orang berhasil atau tidak melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesama.
Begitulah, sejak awal Matius mengajak kita belajar makin peka akan
isyarat-isyarat dari Tuhan sendiri. Dan Yusuf menjadi gambar orang yang
sampai ke sana, dengan segala ketulusan yang membuatnya mampu mendengarkan
khidmat kisah kehadiran Tuhan di dekatnya. Pada kesempatan ini juga kita
mendapat ajakan seperti itu.
Salam hangat,
A. Gianto
No comments:
Post a Comment