Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Tentang Pembentukan Citra/Image

Ketika kita masih sangat muda hidup adalah suatu kegembiraan, kita gembira mendengar burung-burung pagi, melihat bukit-bukit yang baru saja dibasahi hujan, melihat tebing-tebing berbatu itu bersinar ditimpa matahari, daun-daun berkilauan, melihat awan berarak, dan bergembira pada pagi yang cerah, dengan sepenuh hati serta batin yang jernih.

Kita kehilangan perasaan ini kalau kita tumbuh menjadi dewasa, karena kekuatiran, kecemasan, pertengkaran, kebencian, ketakutan, dan perjuangan tanpa akhir untuk mencari nafkah. Kita lewatkan hari-hari kita dengan saling bertempur, tidak menyukai, dan menyukai, dengan sekelumit kesenangan sekali-sekali. Kita tak pernah mendengarkan burung-burung, melihat pohon-pohon, seperti kita dahulu pernah melihatnya, melihat embun di rumput dan burung mengembangkan sayapnya dan mengkilatnya batu di lereng gunung yang berkilauan ditimpa sinar mata hari pagi. Kita tak pernah melihat semua itu apabila kita tumbuh menjadi dewasa. Mengapa? Saya tidak tahu apakah anda pernah mengajukan pertanyaan itu. Saya rasa kita perlu mempertanyakannya. Jika anda tidak bertanya sekarang, sebentar lagi anda akan terperangkap. Anda akan masuk perguruan tinggi, menikah, punya anak, suami, istri, tanggung jawab, mencari nafkah, lalu anda akan menjadi tua dan mati. Itulah yang terjadi dengan orang-orang. Kita harus bertanya sekarang, mengapa kita kehilangan rasa keindahan yang luar biasa ini jika kita melihat bunga-bunga, jika kita mendengar burung-burung? Mengapa kita kehilangan perasaan tentang apa yang indah? Saya rasa kita kehilangan hal itu terutama karena kita selalu memikirkan diri sendiri. Kita mempunyai citra tentang diri sendiri.

Tahukah anda apa citra (image) itu? Itu adalah sesuatu yang dibentuk dengan tangan, dibuat dari batu, dari pualam dan batu yang dipahat ini diletakkan disebuah kuil dan dipuja. Tetapi itu tetap buatan tangan, citra yang dibuat oleh manusia. Anda juga mempunyai citra tentang diri anda sendiri, tidak dibuat oleh tangan melainkan dibuat oleh batin, olen pikiran, oleh pengalaman, oleh pengetahuan, oleh perjuangan anda, oleh semua konflik dan kesengsaraan dalam hidup anda. Makin anda bertambah tua, citra itu menjadi makin kuat, makin besar, banyak menuntut dan mendesak. Makin banyak anda mendengarkan, bertindak, hidup di dalam citra itu, makin kurang anda melihat keindahan, makin kurang pula anda merasa gembira akan sesuatu yang bebas melampaui desakan-desakan remeh dari citra itu.

Sebabnya mengapa anda kehilangan sifat penuh ialah karena anda begitu memikirkan diri sendiri. Tahu kah anda apa artinya kata-kata "memikirkan diri sendiri?" Yaitu asyik dengan diri sendiri, sibuk dengan kemampuan-kemampuan kita yang baik maupun yang buruk, dengan apa pendapat tetangga tentang diri anda, apakah anda mempunyai pekerjaan yang baik, apakah anda akan menjadi orang penting, atau akan disisihkan oleh masyarakat. Anda selalu berjuang dikantor, dirumah, di lapangan; di manapun anda berada, apapun yang anda kerjakan, anda selalu berada dalam konflik dan anda nampaknya tak mampu keluar dari konflik; karena tak mampu keluar dari konflik, lalu anda menciptakan citra tentang negara yang sempurna, tentang surga, tentang Tuhan — lagi-lagi sebuah citra yang dibuat oleh batin manusia. Anda mempunyai citra bukan hanya dalam batin tetapi juga jauh didalam dan citra-citra itu selalu bertentangan satu sama lain. Maka makin banyak anda berada dalam konflik — dan konflik akan selalu ada selama anda mempunyai citra, pendapat, konsep, ide tentang diri anda — makin besar pergulatannya.

Maka masalahnya ialah: mungkinkah hidup di dunia tanpa sesuatu citra tentang diri sendiri? Anda bekerja sebagai dokter, sarjana, guru, ahli ilmu alam. Anda menggunakan jabatan itu untuk menciptakan citra tentang diri anda, sehingga dengan demikian, dengan menggunakan jabatan, anda menciptakan konflik dalam bekerja, dalam bertindak. Saya ingin tahu-apakah anda memahami ini? Anda tahu, jika anda menari dengan baik, jika anda memainkan sebuah alat musik, biola, veena, anda menggunakan alat musik itu atau tarian itu untuk menciptakan citra tentang diri anda, untuk merasakan betapa mengagumkan anda, betapa baik sekali anda bermain atau menari. Anda menggunakan tarian, permainan alat musik, untuk memperkaya citra tentang diri anda sendiri. Dan begitulah anda hidup, mencipta, memperkuat citra tentang diri anda. Maka terdapat makin banyak konflik; batin menjadi tumpul dan sibuk dengan dirinya sendiri; dan ia kehilangan rasa keindahan, kegembiraan dan pikiran yang jernih.

Saya rasa adalah bagian dari pendidikan untuk bekerja tanpa menciptakan citra. Maka anda akan bekerja tanpa pertempuran, pergulatan batiniah yang terus berlangsung dalam diri anda. 

Pendidikan tidak ada akhirnya. Bukan berarti bila anda membaca sebuah buku, lulus ujian dan berakhirlah pendidikan. Seluruh kehidupan, dari saat anda lahir hingga saat anda meninggal adalah suatu proses belajar. Belajar tidak ada akhirnya dan itulah sifat belajar yang tak mengenal unsur waktu. Dan anda tidak bisa belajar jika anda bertempur, jika anda bertentangan dengan diri sendiri, dengan tetangga anda, dengan masyarakat. Anda selalu dalam konflik dengan masyarakat dengan tetangga anda selama terdapat suatu citra. Tetapi jika anda mempelajari seluk beluk pembuatan citra itu, lalu anda akan melihat bahwa anda bisa memandang langit, lalu anda bisa melihat sungai dan tetesan air hujan di atas daun-daun, merasakan udara sejuk di pagi hari dan angin segar di antara dedaunan. Maka hidup mempunyai arti yang luar biasa. Hidup itu sendiri — bukan makna yang diberikan oleh citra pada hidup — hidup itu sendiri mempunyai arti yang luar biasa.

Anak muda: 
Jika anda memandang sekuntum bunga, apakah hubungan anda dengan bunga itu?

Guru yang enggan disebut mesias: 
Anda memandang sekuntum bunga, dan apakah hubungan anda dengan bunga itu? Apakah anda melihat bunga itu, ataukah anda mengira melihat bunga itu? Anda melihat bedanya? Apakah anda sungguh sungguh melihat bunga itu ataukah anda berpikir anda harus melihat bunga itu, ataukah anda melihat bunga itu, dengan citra yang anda punyai tentang bunga itu — citra bahwa bunga itu adalah sekuntum bunga mawar? Kata adalah citra, kata adalah pengetahuan, dan oleh karena itu anda melihat bunga itu dengan kata, dengan lambang, dengan pengetahuan, dan oleh karena itu anda tidak melihat bunga itu. Atau, apakah anda melihatnya dengan batin yang memikirkan sesuatu yang lain?

Jika anda melihat sekumtum bunga tanpa kata, tanpa citra, dan dengan batin yang menaruh perhatian sepenuhnya, lalu apakah hubungan anda dengan bunga itu? Pernahkah anda melakukannya? Pernahkan anda melihat sekuntum bunga tanpa mengatakan bahwa itu sekuntum mawar? Pernahkah anda melihat sekuntum bunga dengan sepenuhnya, dengan perhatian total di mana tidak terdapat kata, tidak terdapat lambang, tiada penamaan terhadap bunga itu, dan oleh karena itu terdapat perhatian yang sepenuhnya? Sampai anda melakukan hal itu, anda tak punya hubungan apa-apa dengan bunga itu. Untuk mempunyai hubungan dengan seorang lain atau dengan batu itu atau dengan daun itu, orang harus memperhatikan dan mengamati dengan perhatian penuh. Maka hubungan anda dengan apa yang anda lihat adalah sama sekali berlainan. Maka tidak ada si pengamat sama sekali. Yang ada hanya itu. Jika anda mengamati secara demikian, maka tidak ada pendapat, tidak ada penilaian. Yang ada adalah apa yang ada. Mengertikah anda? Maukah anda melakukannya? Lihatlah sekuntum bunga secara itu. Lakukanlah, tuan, jangan bicara saja tentang itu, tapi lakukanlah.

Anak muda: 
Jika anda mempunyai banyak waktu, bagaimana anda akan melewatkannya, tuan?

Guru yang enggan disebut mesias: 
Saya akan melakukan apa yang sedang saya lakukan. Anda lihat, jika anda menyenangi apa yang anda lakukan, maka anda memiliki seluruh waktu luang yang anda perlukan dalam hidup anda. Mengertikah anda apa yang saya katakan? Anda bertanya apa yang akan saya lakukan kalau saya punya waktu luang. Saya berkata, saya akan melakukan apa yang sedang saya lakukan; yaitu pergi ke berbagai tempat di dunia, bicara, menemui orang dan sebagainya. Saya lakukan itu karena saya senang melakukannya; bukan karena saya bicara dengan banyak orang dan merasa bahwa saya orang yang sangat penting. Jika anda merasa menjadi orang sangat penting, anda tidak mencintai apa yang anda lakukan; anda mencintai diri sendiri dan bukan apa yang sedang anda lakukan. Maka, urusan anda bukanlah apa yang sedang saya lakukan, melainkan apa yang akan anda lakukan. Benar? Nah, sekarang ceritakan apa yang akan anda lakukan jika anda punya banyak waktu luang.

Anak muda: 
Saya akan bosan tuan.

Guru yang enggan disebut mesias: 
Anda akan bosan. Tepat sekali. Begitulah kebanyakan orang.

Anak muda: 
Bagaimana saya menghilangkan kebosanan ini tuan?

Guru yang enggan disebut mesias: 
Tunggu dulu dengarkan. Kebanyakan orang merasa bosan. Mengapa? Anda bertanya bagaimana menghilangkan kebosanan. Nah, temukanlah. Jika anda berada seorang diri selama setengah jam, anda merasa bosan. Maka anda mengambil sebuah buku, ngobrol, melihat-lihat majalah, nonton film, bicara, mengerjakan sesuatu. Anda menyibukkan batin anda dengan sesuatu. Ini adalah suatu pelarian dari diri sendiri. 

Anda telah mengajukan sebuah pertanyaan. Sekarang, perhatikanlah apa yang dikatakan. Anda merasa bosan karena anda mendapati diri anda bersama diri sendiri; dan anda tak pernah mendapati diri anda bersama diri sendiri. Oleh karena itu anda merasa bosan. Anda berkata : Hanya itukah diriku? Aku begitu kecil, aku begitu cemas; aku ingin lari dari semua itu. Apa adanya diri anda adalah sangat membosankan, jadi anda lari. Tetapi jika anda berkata, aku tak akan menjadi bosan; aku akan memeriksa mengapa aku seperti ini; aku ingin melihat bagaimana aku sesungguhnya, maka hal itu seperti melihat diri anda dalam sebuah cermin. Di situ anda melihat dengan jelas bagaimana anda, bagaimana nampaknya wajah anda. Lalu anda berkata bahwa anda tidak menyukai wajah anda; bahwa anda harus cantik, anda harus mirip seperti bintang film. Tetapi jika anda memandang diri anda dan berkata, "Ya, itulah adanya diriku; hidungku tidak begitu lurus, mataku agak kecil, rambutku lurus." Anda menerimanya. Jika anda melihat apa adanya diri anda, tidak ada kebosanan. Kebosanan hanya datang apabila anda menolak apa yang anda lihat dan ingin menjadi sesuatu yang lain. Begitu pula, apabila anda bisa memandang ke dalam diri anda dan melihat secara tepat apa adanya diri anda, melihat hal itu tidak membosankan. Hal itu luar biasa menariknya, karena makin banyak anda melihatnya, makin banyak yang bisa dilihat. Anda bisa berjalan makin dalam, makin dalam, makin luas, tidak ada akhirnya. Di situ tidak ada kebosanan.

Jika anda dapat melakukan hal itu, maka apa yang anda lakukan ialah apa yang anda lakukan dengan rasa cinta dan jika anda melakukan sesuatu demikian, maka tidak terdapat unsur waktu. Jika anda suka menanam pohon, anda menyiramnya, memeliharanya, melindunginya; jika anda mengetahui apa yang sungguh-sungguh senang anda lakukan, anda akan merasakan hari-hari terlalu pendek. Jadi anda harus menemukan sendiri mulai sekarang apa yang senang anda lakukan; apa yang sungguh-sungguh ingin anda lakukan, bukan hanya memikirkan soal karir. 

Anak muda: 
Bagaimana anda menemukan apa yang anda lakukan dengan rasa cinta/dedikasi, tuan?

Guru yang enggan disebut mesias: 
Bagaimana anda menemukan apa yang anda lakukan dengan rasa cinta? Anda harus memahami bahwa itu mungkin berlainan dari apa yang ingin anda lakukan. Anda mungkin ingin menjadi seorang pengacara oleh karena ayah anda seorang pengacara, atau karena anda melihat bahwa dengan menjadi seorang pengacara anda bisa mendapat banyak uang. Maka anda bukan menyenangi apa yang anda lakukan, oleh karena anda memiliki motif untuk melakukan sesuatu yang akan memberi anda keuntungan, yang akan membuat anda ternama. Tetapi jika anda mencintai sesuatu, di situ tidak ada motif. Anda tidak menggunakan apa yang anda lakukan untuk rasa penting diri anda sendiri. 

Untuk menemukan apa yang anda lakukan dengan rasa cinta adalah salah satu hal yang paling sukar. Itu adalah bagian dari pendidikan. Untuk menemukannya anda harus menyelami diri anda sangat dalam sekali. Itu tidak begitu mudah. Anda mungkin berkata: "Aku ingin menjadi pengacara", dan anda berjuang untuk menjadi pengacara, lalu tiba-tiba anda menemukan bahwa anda tidak ingin menjadi pengacara. Anda ingin melukis. Tetapi sudah terlambat. Anda telah menikah. Anda telah mempunyai isteri dan anak. Anda tidak bisa melepaskan karir anda, tanggung jawab anda. Maka anda mengalami frustrasi, tidak bahagia. Atau mungkin anda berkata, "Aku sungguh-sangguh ingin melukis, dan anda mengabdikan seluruh hidup anda kepada hal itu, lalu anda tiba-tiba menemukan bahwa anda bukan seorang pelukis yang baik dan bahwa yang sungguh-sungguh ingin anda lakukan ialah menjadi pilot.

Pendidikan yang benar bukanlah membantu anda untuk menemukan karir; demi Tuhan, buanglah itu ke luar jendela. Pendidikan bukanlah sekedar mengumpulkan keterangan dari pak guru atau belajar matematika dari sebuah buku atau belajar tanggal-tanggalnya sejarah raja-raja dan adat-istiadat, melainkan pendidikan adalah untuk membantu anda memahami problem-problem pada saat timbulnya, dan hal itu membutuhkan suatu batin yang baik — batin yang berakal sehat, batin yang tajam, batin yang tidak mempunyai kepercayaan. Oleh karena kepercayaan bukanlah fakta. Seorang yang percaya Tuhan adalah sama tidak tahunya seperti orang yang tidak percaya Tuhan. Untuk menemukan anda harus memikir dan anda tidak bisa memikir jika anda telah mempunyai suatu pendapat, jika anda memiliki prasangka jika batin anda telah sampai pada suatu kesimpulan. Maka anda membutuhkan batin yang baik, batin yang tajam, pasti, teliti dan sehat — bukan batin yang percaya, bukan batin yang mengikuti otoritas. Pendidikan yang benar ialah untuk membantu anda menemukan sendiri apa yang sungguh-sungguh dengan sepenuh hati dengan rasa cinta anda lakukan. Tidak peduli apa itu, apakah memasak atau menjadi tukang kebun, tetapi anda mencurahkan batin dan hati anda kepadanya. Maka anda sungguh-sungguh efisien, tanpa menjadi kejam. Dan sekolah ini haruslah menjadi suatu tempat di mana anda dibantu untuk menemukan sendiri, melalui diskusi, dengan mendengarkan, dengan keheningan, untuk menemukan, sepanjang hidup anda apa yang sungguh-sungguh anda lakukan dengan rasa cinta. 

Anak muda:
Tuan, bagaimana kita mengenal diri sendiri?

Guru yang enggan disebut mesias: 
Itu adalah pertanyaan yang bagus. Dengarkan saya baik-baik Bagaimana anda mengetahui apa adanya diri anda? Mengertikah anda pertanyaan saya? Anda melihat ke dalam cermin untuk pertama kali, dan sesudah beberapa hari atau beberapa minggu, anda melihat lagi dan berkata, "Itu saya lagi". Benar? Maka, dengan melihat di dalam cermin setiap hari, anda mulai mengenal wajah sendiri, dan anda berkata? "Itu saya". Nah, dapatkah anda secara itu pula mengenal apa adanya diri anda dengan mengamati diri anda? Dapatkah anda mengamati gerak-gerik anda, cara anda berjalan, cara anda bicara, cara anda bertingkah laku, apakah anda keras, kejam, kasar ataupun sabar?

Maka anda mulai mengenal diri sendiri. Anda mengenal diri sendiri dengan mengamati diri sendiri di dalam cermin dari apa yang anda kerjakan, apa yang anda pikirkan, apa yang anda rasakan. Itulah cerminnya — perasaan, perbuatan, pikiran. Dan di dalam cermin itu, anda mulai mengamati diri sendiri. Cermin itu berkata, inilah fakta; tetapi anda tidak suka fakta itu. Maka anda ingin menggantinya. Anda mulai memiuhkannya. Anda tidak melihatnya seperti apa adanya.

Nah, seperti saya katakan baru-baru ini, anda belajar apabila terdapat perhatian dan keheningan. Belajar bisa ada apabila anda memiliki keheningan dan mencurahkan perhatian penuh. Dalam keadaan itu anda mulai belajar. Sekarang duduklah diam sekali; bukan karena saya minta anda duduk diam, tetapi karena itulah caranya untuk belajar. Duduklah diam sekali dan jadilah hening, bukan saja secara jasmaniah, bukan saja badan anda, melainkan juga batin anda. Jadilah hening sekali, lalu di dalam keheningan itu, perhatikanlah. Perhatikan suara-suara di luar gedung ini, ayam yang berkokok, burung-burung, ada orang batuk, ada orang pergi; pertama-tama dengarkan hal-hal diluar dirimu, lalu dengarkan apa yang berlangsung di dalam batinmu. Maka anda akan melihat, jika anda mendengarkan dengan perhatian yang mendalam sekali, di dalam keheningan itu, bahwa suara di luar dan suara di dalam adalah sama.

~diadopsi dari Krishnamurti on education~

No comments:

Post a Comment