Salah satu dari hal-hal yang paling sukar dalam hidup ialah menemukan suatu cara tingkah laku yang tidak didikte oleh keadaan. Keadaan dan orang-orang mendikte atau memaksa anda untuk bertingkah laku menurut suatu cara tertentu. Cara anda membawa diri, cara anda makan, cara anda bicara, moral anda, tindak tanduk ethis anda tergantung kepada keadaan tempat anda berada dan dengan demikian tingkah laku anda selalu silih berganti, selalu berubah. Demikianlah halnya apabila anda bicara kepada ayah anda, ibu anda atau kepada pelayan anda — nada suara anda, kata-kata anda, sungguh berlainan. Cara-cara bertingkah laku dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan dan dengan menganalisa tingkah laku, anda hampir bisa meramalkan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh orang.
Sekarang, dapatkah orang menanya kepada diri sendiri, apakah orang bisa bertingkah laku secara sama di dalam batin, apapun juga lingkungannya? Dapatkah tingkah laku kita muncul dari dalam dan tidak tergantung pada apa pikiran orang tentang anda atau bagaimana mereka memandang anda? Tetapi hal itu sukar, karena kita tidak tahu bagaimana batin kita. Didalam batin terjadi juga perubahan terus-menerus. Anda sekarang bukanlah anda kemarin. Nah, dapatkah kita menemukan sendiri suatu cara bertingkah laku yang tidak didikte oleh orang lain atau oleh masyarakat atau oleh keadaan atau oleh sanksi-sanksi agama, suatu cara bertingkah laku yang tidak tergantung pada lingkungan? Saya rasa kita bisa menemukannya apabila kita tahu apa cinta itu.
Tahukah anda apa cinta itu? Tahukah anda apa artinya mencintai orang? Memelihara sebatang pohon, menyikat seekor anjing, menyisirnya, memberinya makan, berarti anda menaruh perhatian pada pohon itu, anda merasa kasih sayang yang besar terhadap anjing itu. Saya tidak tahu apakah anda pernah memperhatikan sebatang pohon di jalan yang tidak pernah dihiraukan oleh seorangpun juga; sekali-sekali orang memandangnya, lain pergi. Pohon itu sama sekali berlainan dengan pohon yang dirawat dalam sebuah taman, sebatang pohon yang memberi keteduhan buat anda duduk, yang anda pandangi, yang anda lihat daun-daunnya dan anda panjati cabang-cabangnya. Pohon seperti itu tumbuh dengan kuatnya. Jika anda memelihara sebatang pohon, jika anda memberinya air, pupuk; jika anda memotong pucuk pucuknya, memotong ranting-rantingnya, merawatnya, ia memberi perasaan yang sama sekali berlainan dari pada pohon yang tumbuh di tepi jalan.
Rasa penuh perhatian adalah permulaan dari kasih sayang. Anda tahu, makin banyak anda merawat, makin anda menjadi peka. Maka haruslah terdapat kasih sayang, sifat kelembutan, keramahan, kemurahan hati. Jika terdapat kasih sayang seperti itu, maka tingkah laku didikte oleh kasih sayang itu dan tidak tergantung pada lingkungan, keadaan atau orang. Dan menemukan kasih sayang itu adalah salah satu hal yang paling sukar — untuk sungguh-sungguh menaruh kasih sayang, apakah orang ramah kepada anda atau tidak, apakah mereka bicara secara kasar kepada anda, ataukah mereka merasa kesal kepada anda. Saya rasa anak kecil memilikinya. Anda semua memilikinya ketika anda masih muda. Anda merasa sangat bersahabat satu sama lain, dengan orang lain. Anda suka membelai seekor anjing. Sekali-sekali anda memandang benda-benda dan anda juga mudah tersenyum. Tetapi makin anda bertambah tua, semua ini lenyap. Oleh karena itu memiliki kasih sayang sepanjang hidup anda adalah salah satu hal yang paling sukar dan tanpa itu hidup menjadi amat kosong. Anda boleh mempunyai anak, anda boleh mempunyai rumah bagus, mobil dan lain-lainnya, tetapi tanpa kasih sayang hidup adalah bagaikan bunga tanpa keharuman. Bukankah merupakan bagian dari pendidikan, untuk sampai kepada kasih sayang ini, dari mana terdapat kegembiraan yang besar dan hanya dari situ bisa timbul cinta?
Bagi kebanyakan dari kita cinta adalah rasa memiliki. Di mana terdapat cemburu, iri hati, hal itu menumbuhkan kekejaman, menumbuhkan kebencian. Cinta hanya bisa terdapat dan berkembang apabila tidak terdapat kebencian, iri hati, ambisi. Tanpa cinta, hidup menjadi seperti tanah yang mandul, gersang, keras, kejam. Tetapi pada saat terdapat kasih sayang, hidup menjadi seperti tanah yang subur berair dengan hujan, dengan keindahan. Kita harus mempelajari semua ini selagi kita masih sangat muda, bukan kalau kita sudah tua, karena kalau begitu sudah terlambat. Maka anda menjadi tawanan dari masyarakat, dari lingkungan, dari suami, isteri, kantor. Temukanlah sendiri apakah anda bisa bertingkah laku dengan kasih sayang. Dapatkah anda pergi ke kelas tepat pada waktunya karena anda merasa tidak mau membiarkan orang lain menunggu? Dapatkah anda datang ke meja makan tepat pada waktunya, oleh karena, sekali lagi anda tidak mau membiarkan orang menunggu? Dapatkah anda berhenti berteriak-teriak kalau anda sedang berkumpul, karena ada orang yang memperhatikan anda, yang bersama-sama dengan anda?
Apabila tingkah-laku, kesopanan, tenggang-rasa, bersifat dangkal dan tanpa kasih sayang, hal-hal itu tidak punya arti. Tetapi jika terdapat kasih sayang, keramahan, tenggang-rasa, maka dari situ, timbullah kesopanan, tata cara yang baik, tenggang-rasa terhadap orang lain, yang sesungguhnya berarti bahwa kita makin sedikit memikirkan diri sendiri, dan itu adalah salah satu hal paling sukar dalam hidup. Jika kita tidak memikirkan diri sendiri, maka kita sungguh-sungguh menjadi manusia yang bebas. Maka kita bisa memandang langit, gunung - gunung, bukit - bukit, air, burung - burung, bunga-bunga, dengan batin yang segar, dengan rasa kasih sayang besar. Begitu bukan? Nah sekarang bertanyalah.
Anak muda:
Jika terdapat cemburu dalam cinta, tidakkah juga terdapat pengorbanan dalam cinta?
Guru yang enggan disebut mesias:
Tidakkah juga terdapat pengorbanan dalam cinta? Cinta tak pernah dapat berkorban. Apakah maksud anda dengan menggunakan kata "pengorbanan itu? Menyerahkah? Melakukan hal-hal yang tak mau anda lakukan? ltukah yang anda maksud ? Aku mengorbankan diri untuk negaraku, karena aku cinta akan negaraku. Aku mengorbankan diri karena aku mencintai orang tuaku. Itukah yang anda maksud? Nah, apakah itu cinta? Bisakah cinta itu ada apabila anda harus memaksa diri untuk melakukan sesuatu untuk orang lain? Saya tidak tahu apakah anda memahami kata "pengorbanan". Mengapa anda menggunakan kata itu? Anda tahu, kata-kata "tanggung jawab", "kewajiban" "pengorbanan", adalah kata-kata yang menakutkan. Jika anda mencintai seseorang, tidak terdapat tanggung jawab, tidak terdapat kewajiban, tidak terdapat pengorbanan. Anda berbuat karena anda cinta. Dan anda tidak bisa mencinta kalau anda memikirkan diri sendiri. Jika anda memikirkan diri sendiri, maka anda menjadi yang pertama dan orang lain nomor dua; lalu untuk mencintainya, anda mengorbankan diri anda. Maka itu bukanlah cinta. Itulah jual-beli. Mengertikah anda?
Anak muda:
Belajar dan mencinta; apakah keduanya terpisah atau berhubungan, pak?
Guru yang enggan disebut mesias:
Tahukah anda apa artinya mencinta dan tahukah anda apa artinya belajar?
Anak muda:
Saya tahu apa artinya belajar.
Guru yang enggan disebut mesias:
Entahlah. Saya tidak mengatakan anda tidak tahu. Saya cuma bertanya kepada anda. Tahukah anda apa artinya belajar? Anda tahu apa artinya memperoleh pengetahuan. Anda mendengar guru menceritakan beberapa fakta tertentu, dan anda menyimpan apa yang anda dengar dalam batin anda, dalam otak anda. Proses menyimpan inilah yang kita namakan belajar. Bukankah begitu?
Anak muda:
Dalam satu segi.
Guru yang enggan disebut mesias:
Dalam satu segi. Tetapi apakah segi yang lain? Anda memiliki pengalaman, anda mendaki bukit lalu tergelincir dan terluka, dan anda belajar sesuatu daripadanya. Anda bertemu seorang teman dan ia menyakiti hati anda, dan anda belajar dari situ. Anda membaca surat kabar dan anda belajar dari situ. Jadi, belajar itu umumnya bersifat menambah informasi makin lama makin banyak. Nah, apakah itu belajar? Ada suatu bentuk belajar yang lain — yaitu, belajar sambil anda berjalan, tanpa mengumpulkan. Dan kemudian dari situ bertindak, memikir. Apakah anda memahami apa artinya belajar dalam berbuat? Ini bukan berarti sesudah belajar baru berbuat. Itu adalah dua keadaan yang berbeda, bukan? Ada suatu keadaan di mana saya belajar dan dari pengetahuan itu saya bertindak, dan ada belajar sambil berbuat. Keduanya berlainan sama sekali. Jika sesudah saya belajar lalu berbuat, itu adalah seperti mesin, sedangkan belajar dari berbuat adalah non-mekanis. Ia selalu segar. Oleh karena itu belajar sambil berbuat tidak pernah membosankan; tidak pernah melelahkan; sedangkan berbuat sesudah belajar adalah seperti mesin. Itulah sebabnya anda semua menjadi bosan dalam belajar demikian. Mengertikah anda? Jadi sekarang anda tahu apa artinya belajar. Belajar adalah berbuat, sehingga dalam tindakan berbuat itu sendiri anda belajar. Sekarang, apakah cinta?
Cinta adalah perasaan di mana terdapat kelembutan, ketenangan, kehalusan, tenggang-rasa, di mana terdapat keindahan. Di dalam cinta tidak terdapat ambisi, tidak terdapat cemburu. Sekarang anda bertanya apakah belajar dan cinta tidak mirip. Anda bertanya begitu, bukan?
Anak muda:
Apakah keduanya berhubungan?
Guru yang enggan disebut mesias:
Apa pendapat anda? Anda telah memahami apa yang kita maksudkan dengan cinta, apa yang kita maksudkan dengan belajar. Apakah keduanya berhubungan?
Anak muda:
Dalam satu segi.
Guru yang enggan disebut mesias:
Katakan dalam segi apa. Bolehkah saya tolong anda? Keduanya berhubungan oleh karena keduanya membutuhkan kegiatan yang non-mekanis. Mengertikah anda? Belajar seraya saya berbuat adalah non-mekanis. Tetapi didalam cinta yang menjadi mekanis, tidak terdapat belajar. Cinta dimana terdapat ambisi, konflik, keserakahan, iri hati, cemburu, amarah, ambisi, bukanlah cinta. Apabila tidak terdapat ambisi, tidak terdapat cemburu, maka terdapat prinsip yang sangat aktif. la memperbaharui dirinya sepanjang waktu, ia segar. Baik dalam cinta maupun dalam belajar terdapatlah gerak dari kesegaran, gerak yang spontan, yang tidak dikuasai oleh keadaan. Ia adalah gerak yang bebas. Maka terdapatlah hubungan yang halus dan mesra antara keduanya. Tetapi untuk belajar dan untuk mencinta haruslah terdapat kasih sayang yang besar. Terdapat pula kemiripan yang besar di antara keduanya apabila terdapat perhatian, yang bukan hanya sekedar kesimpulan. Maka jika anda sedang memperhatikan, memperhatikan apa yang anda pikirkan, dari situ terdapatlah kasih sayang, dari situ terdapatlah belajar.
Anak muda:
Bagaimana kita bisa menghayati hidup kita, pak?
Guru yang enggan disebut mesias:
Pertama-tama, tahukah anda apa hidup anda, dan bagaimana menghayatinya? Saya bukan melucu. Saya cuma bertanya. Untuk menghayati hidup anda, anda harus tahu apa hidup anda, dan untuk menemukan hidup anda, lagi-lagi anda harus menyelidikinya. Hidup anda bukanlah apa yang dikatakan oleh ayah atau ibu anda, oleh masyarakat anda, guru anda, tetangga anda, agama anda, politisi anda. Jangan berkata; "Tidak". Begitulah keadaannya. Hidup anda terbentuk oleh pengaruh-pengaruh — politis, religius, sosial ekonomis, iklim — semua pengaruh-pengaruh ini menyatu dalam diri anda dan anda berkata: "Itulah hidup. Aku harus menghayatinya". Anda hanya bisa menghayati hidup anda jika anda memahami semua pengaruh-pengaruh ini, dan dengan memahami mulai menemukan cara berpikir dan cara hidup anda sendiri. Maka anda tidak perlu bertanya: "Bagaimana saya bisa menghayati hidupku?" Maka anda telah menghayatinya. Tetapi, pertama-tama anda harus memahami semua pengaruh-pengaruh itu. Pengaruh masyarakat, pidato-pidato politik, para politisi, iklim, makanan, buku-buku yang anda baca, mempengaruhi anda sepanjang waktu. Anda harus bertanya, apakah memang mungkin untuk bebas dari pengaruh-pengaruh ini. Dan itu adalah salah satu penyelidikan yang paling mendesak. Dan sesudah menyelidikinya, memeriksanya, anda harus memahami, menemukan, suatu cara hidup yang bukan milik anda maupun milik orang lain. Dan itulah hidup. Maka barulah anda hidup.
Sekarang, dalam semua ini, apakah yang penting? Pertama-tama ialah jangan hidup seperti mesin. Anda memahami apa yang saya maksud dengan hidup seperti mesin? Yaitu mengerjakan sesuatu karena diperintahkan oleh orang lain, atau oleh karena anda merasa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, lalu anda mengulang, dan mengulangnya, dan berangsur-angsur otak anda, batin anda, tubuh anda, menjadi tumpul, berat, bodoh. Jadi, janganlah hidup secara rutin. Anda mungkin harus pergi ke Kantor. Anda mungkin harus menempuh ujian, belajar. Tetapi kerjakanlah itu semua dengan kesegaran, dengan gairah; dan anda hanya bisa melakukannya dengan kesegaran dan dengan semangat, jika anda belajar. Dan anda tidak bisa belajar jika anda tidak menaruh perhatian.
Yang kedua ialah, menjadi lemah lembut, menjadi ramah tamah, tidak menyakiti orang. Anda harus memandang orang, menolong orang, bermurah hati, tenggang rasa. Haruslah terdapat cinta, kalau tidak, hidup anda kosong. Mengertikah anda? Anda boleh memiliki apa saja yang anda inginkan: suami, mobil, anak, isteri; tetapi hidup akan menjadi seperti padang pasir yang kosong. Anda mungkin sangat pintar, anda mungkin mempunyai kedudukan yang sangat baik, menjadi pengacara yang baik, insinyur yang baik, administrator yang mengagumkan, tetapi, tanpa cinta, anda adalah manusia mati. Jadi janganlah melakukan sesuatu secara mekanis. Temukanlah apa artinya mencintai orang, mencintai anjing, langit, bukit-bukit biru dan sungai. Cintalah dan rasakan.
Maka anda juga harus tahu apa meditasi itu, apa artinya memiliki batin yang sangat hening, yang sangat diam, bukan batin yang mengoceh. Dan hanya batin yang demikianlah yang bisa mengetahui batin yang sungguh-sungguh religius. Dan tanpa batin yang religius, tanpa perasaan itu, hidup adalah seperti bunga tanpa keharuman, seperti dasar sungai yang tak pernah mengenal riak air di atasnya, seperti tanah yang tak pernah menumbuhkan sebatang pohon, serumpun semak, sekuntum bunga.
No comments:
Post a Comment