H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Sumber: arsip dari www.imankatolik.or.id
HARI RAYA NATAL
MALAM NATAL A/2013
Yes 9:1-6 Tit 2:11-14 Luk 2:1-14
PENGANTAR
Peristiwa kelahiran Yesus sebagai Penyelamat di Betlehem dua puluh abad yang lalu sangat menyentuh hati kita, sebab ibaratnya bahwa Allah menjadi manusia secara begitu sederhana tidak mungkin merupakan suatu kenyataan. Tetapi ternyata peristiwa yang begitu sederhana itu menunjukkan kepada kita, bahwa hidup kita sekarang ini sungguh ada maknanya! Makna hidup kita itu ialah adanya keterlibatan Allah dalam hidup kita. Di dalam kegelapan Betlehem bersinarlah cahaya terang: Allah yang menciptakan kita mau secara pribadi menjadi manusia seperti kita! Marilah kita merayakan dengan sepenuh hati misteri Allah yang menjadi manusia seperti kita ini dengan berpegang pada makna rohani Pesta Natal yang sejati.
HOMILI
Dalam batin marilah kita berlutut di hadapan palungan, di mana Tuhan Yesus berbaring. Hati kita akan tergugah menyadari, bahwa dalam diri Yesus Allah mau menjadi manusia. Kita tidak mampu memahami cinta kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Allah melaksanakan tindakan itu bukan karena kita memang layak, melainkan hanya kasih-Nya tak terbatas kepada kita mendorong Dirinya menjadi manusia. Allah menghendaki agar kita yang telah diciptakan-Nya juga mengambil bagian dalam kebahagiaan-Nya yang abadi.
Menghadapi kelahiran Yesus di Betlehem ini marilah kita bersyukur kepada Yesus yang kita rayakan kelahiran-Nya. Kelahiran-Nya itu bagi Yesus adalah awal pelaksanaan kesediaan-Nya untuk mengasihi semua orang, dan itu akan terus dilakukanNya sepanjang hidup-Nya. Semua orang, termasuk kita semua, adalah sahabat-sahabatNya. Marilah kita berusaha memelihara, memperkuat dan melak-sanakan persahabatan-Nya dengan kita itu juga dengan semua sesama kita. Bila kita memenuhi apa yang dikehendaki Allah Bapa kita di surga, seperti dibuktikan oleh Yesus Putera-Nya, maka kita pun mengambil bagian dan ikut merasakan kebahagiaan Allah sendiri. Secara singat dan dengan bahasa sosial, makna kelahiran Yesus di Betlehem merupakan solidaritas persaudaraan sejati di antara kita dan Allah sekaligus di antara kita dan sesama.
Agar supaya perayaan Natal malam ini sungguh bermanfaat bagi kita, marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing sendiri:
- Yesus terpaksa lahir di Betlehem bukan di Yerusalem. Apakah aku sungguh menyediakan tempat dalam hatiku untuk kelahiran Yesus dalam diriku?
- Apakah hatiku penuh sesak dengan begitu banyak urusan lain, yang kupandang lebih penting?
- Apakah aku sungguh bahagia dan bersatu dengan Yesus, bersatu dalam kehendak-Nya, dalam hidup dan karya-Nya, yaitu memikirkan kebahagiaan sesamaku? Ataukah hatiku lebih penuh sibuk dengan kecemasan dan urusanku sendiri, dan hanya dengan kegembiraanku pribadi sendiri?
- Pendek kata, apakah hatiku terlalu penuh dengan kepentinganku sendiri, sehingga tiada tempat lagi untuk Yesus, sehingga Ia sepert dahulu harus mencai tempat lain dan lahir di Betlehem.?
Sejak Allah menciptakan umat manusia, Ia selalu memperhatikan kita cipta-an-Nya., terutama sejak Putera-Nya lahir di Betlehem. Dalam diri Yesus, Tuhan selalu lahir kembali. Ia selalu datang dan berdiri di muka pintu hati kita. Semoga kita sungguh bersedia dan siap membuka pintu hati kita, untuk menerima Dia dalam keadaan apapun juga dengan gembira dan penuh harapan! Bukan hanya mau dan bersedia menyambut kedatangan Yesus, apabila Ia datang sebagai Penyelamat yang mampu menyembuhkan penyakit, menolong orang dalam kesukaran dan penderitaan hidup apapun bentuknya, tetapi juga menerima Dia dalam segala pengalaman hidupnya: lahir begitu sederhana di Betlehem, ditolak banyak orang meskipun Ia berbuat baik, bahkan menderita dan mati hina di salib. Tetapi apabila kita mau menerima kedatangan Yesus dalam segala kondisi-Nya, seperti yang kita alami sendiri, maka Natal sebagai Pesta Kelahiran Yesus akan memberikan kebahagiaan kepada kita, yang jauh lebih bermakna daripada barang-barang indah dan hadiah-hadiah mahal harganya. Kegembiraan Natal kristiani sejati hanya kita rasakan, apabila semua sesam dapat ikut merasa bahagia. Yesus hanya sungguh bahagia, apabila kita semua sebagai saudara-Nya juga dapat ikut merasa bahagia.
Paus Emeritus Benediktus XVI meninggalkan pesan ini kepada kita, sambil menunjuk kehadiran Maria dan Yusuf menghadapi Yesus di palungan:
“Marilah kita mohon Santa Perawan Maria, sebagai tabernakel Sabda yang menjadi daging, dan Santo Yusuf, saksi peristiwa keselamatan tanpa berbi-cara, agar meneruskan kepada kita rasa batin mereka, ketika mereka me nantikan kelahiran Yesus. Agar dengan demikian kita dapat mempersiapkan diri dan merayakan dengan suci kedatangan Krisus dalam Natal,yang penuh kegembiraan dalam iman dan berpuncak pada pertobatan diri yang tulus setuhnya”.
kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm
Sumber: arsip dari www.imankatolik.or.id
No comments:
Post a Comment