H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
MINGGU BIASA XVIII/A/2014
Yes 55:1-3 Rm 8:35.37-39 Mat 14:13-21
PENGANTAR
Injil Matius hari ini berceritera tentang Yesus, yang memberi makan lima ribu orang. Baik Markus, Lukas dan Johannes pun juga menceriterakan peristiwa itu. Matius, Markus dan Lukas, kecuali Yohanes, member ceritera tentang pemberian makan oleh Yesus kepada ribuan orang itu sesudah ceritera tentang pembunuhan Johannes Pemandi oleh Herodes. Dikemukakan bahwa rakyat atau umat memang membutuhkan seorang pemimpin atau seorang gembala yang harus menyertai mereka. Marilah kita dalam perayaan Ekaristi ini mendengarkan dan memahami pesan yang disampaikan Yesus kepada kita dalam Injil hari ini.
HOMILI
Setelah mendengar, bahwa Johannes Pemandi dibunuh oleh Herodes, Yesus pergi mengasingkan diri naik perahu, untuk mencari tempat yang sunyi. Ternyata umat mengikuti Dia meskipun lewat daratan. Ketika mendarat, Yesus melihat orang banyak yang sangat besar jumlahnya. Melihat itu Yesus tergerahlah hati-Nya terhadap mereka sebagai manusia seutuhnya, baik kebutuhan badan maupun jiwa mereka! Yesus memberikan sabda untuk jiwa mereka, dan kepada badan mereka Ia memberikan penyembuhan penyakit dan makanan.
Mendengar berita Injil yang disampaikan kepada kita tentang Yesus yang menolong kebutuhan orang-orang sezaman-Nya, kita bertanya mengapa sekarang ini Ia tidak melakukannya ? Bukankah sekarang pun masih ada puluhan juta orang yang menderita kelaparan atau belum dapat hidup secukupnya secara wajar?
Ternyata ketika menghadapi keadaan orang-orang yang berkekurangan, Yesus tidak langsung memperlihatkan kemampuan-Nya mengadakan mukjizat, sehingga tiba-tiba tersedialah roti dan ikan untuk dimakan. Ia minta dahulu kepada murid-murid-Nya apa yang mereka miliki dan dapat mereka lakukan. Mereka diminta untuk berbagi apa yang mereka miliki. Ternyata mereka hanya menemukan lima roti dan dua ikan! Tetapi dengan bahan makanan yang begitu terbatas, mereka dapat memberikan makanan sampai kenyang, bahkan ada kelebihannya.
Nah, sekarang di zaman kita pun Yesus berbuat hal yang sama. Ia minta kita dahulu juga, untuk berbagi apa yang kita miliki dan kita peroleh dari bumi kita ini. Bumi kita ini mampu menyediakan bahan makanan, yang jauh lebih dari cukup untuk mencukupi kebutuhan ratusan juta jiwa manusia lebih banyak lagi dari pada yang sekarang hidup di dunia ini. – Maka pertanyaannya ialah: beranikah kita menyalahkan Allah, bahwa Ia tidak menyediakan makanan yang cukup bagi orang- orang yang berkekurangan, padahal kita ini sadar atau tidak sadar justru banyak menyia-nyiakan atau hanya menyimpan, ya bahkan membuang begitu banyak apa yang sisa atau kelebihan. Hal itu dilakukan, mungkin karena menurut perhitungan apa yang ada dianggap terlalu banyak dan tidak diperlukan, atau dengan perhitungan dagang yaitu, jangan sampai karena banyaknya barang yang tersedia akan menurunlah harganya? – Menghadapi keadaan serupa itu apakah sebenanya yang harus kita lakukan sebagai orang kristiani, sebagai murid-murid Kristus sejati, menurut ajaran dan teladan-Nya?
Secara singkat: kita harus menghayati solidaritas. Artinya, kita semua harus bersedia berbagi. Mengadakan pembagian secara lebih adil. Pelaksanaan pesan Yesus untuk berbagi dengan sesama memang tidak mudah. Ada negara-negara yang lebih mementingkan, membuat, membeli dan memiliki senjata untuk perang, sementara itu membiarkan rakyatnya lapar dan miskin. Ada ahli-ahli ekonomi yang lebih mementingkan ekonomi makro, seolah-olah tidak ada ekonomi mikro. Ada negara-negara yang kaya raya potensi alamnya, tetapi banyak rakyatnya hidup miskin. Tanggungjawab atas keadaan itu dipegang oleh suatu pemerintahan, di mana banyak pejabat dan penduduknya kaya, tetapi sangat miskin daya pikirnya dan keras serta kering hati nuraninya terhadap keperluan rakyat jelata, dan mereka itu lebih memikirkan kekayaan dan kepentingannya sendiri.
Dalam Injilnya tentang perbanyakan roti yang kita renungkan, Johannes menyebut seorang anak, yang hanya mempunyai lima roti dan dua ikan. Ibaratnya, kita ini adalah seperti si anak itu. Tetapi dengan bahan makanan yang begitu terbatas itu kita mau dan rela berbagi dengan begitu banyak orang yang membutuhkannya. Rasa solider terhadap sesama, - itulah pesan Yesus kepada kita dalam Injil hari ini, seperti ditunjukkan oleh Yesus sendiri, yang “tergerak hati-Nya oleh belaskasihan” (ay.14) dan yang secara spontan dialami oleh si anak, yang masih lurus dan tulus hatinya terhadap kebutuhan orang lain.
Injil hari ini juga menyampaikan suatu pesan lain yang tak kalah pentingnya, bahkan lebih penting lagi. Dalam Injil tertulis: “Setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya”. Perbanyakan roti dan ikan mengingatkan kita akan perbanyakan roti lain, yakni tubuh Kristus dalam Ekaristi. Karena itu dalam Gereja sering terdapat lukisan tentang Ekaristi berupa gambaran suatu keranjang berisi roti dan dua ikan di sebelahnya.
Akhirnya di samping itu para imam dan para pewarta sabda juga memperbanyak roti kepada umat atau para pendengar, yaitu roti sabda Allah. Mereka ini memecah-mecahkan roti sabda Allah untuk orang banyak. – Apakah tugas kita semua selanjutnya? “Mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa” dan meneruskannya kepada orang-orang, yang tak ikut hadir dalam perjamuan. Artinya, segalanya yang telah diberikan oleh Kristus, baik untuk kebutuhan jiwa maupun raga manusia, harus diteruskan kepada semua orang.
Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm
No comments:
Post a Comment