H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm
Sumber: arsip dari www.imankatolik.or.id
MINGGU ADVEN III/A/2013
Yes 35:1-6a Yak 5:7-10 Mat 11:2-11
PENGANTAR
Antifon pembukaan Misa Minggu Adven III/A mulai dengan seruan “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan”. Yesaya dalam Bacaan I mengajak umat Israel bersukaria, dan Yakobus dalam Bacaan II berkata “Teguhkanlah hatimu karena kedatangan Tuhan sudah dekat.” Tetapi dalam Injil Matius pada hari ini diceriterakan tentang ketidakpastian Yohanes Pemandi tentang kesungguhan Yesus sebagai Almasih yang sudah datang. Marilah kita mendengarkan beberapa sabda Allah itu untuk mencoba memahami dan menyadari sendiri, bahwa keragu-raguan yang dihadapi Yohanes sekarang pun merupakan masalah bagi kita sendiri juga.
HOMILI
Matius menulis Injilnya dalam sepuluh Bab 1-10 berturut-turut tentang apa yang telah diajarkan dan dilakukan oleh Yesus. Dan baru dalam Bab 11 ia berceritera tentang keragu-raguan Yohanes Pemandi tentang Yesus yang sudah berbuat baik begitu banyak. Padahal Johannes sendiri adalah orang yang diutus mendahului dan menyiapkan kedatangan Yesus sebagai Almasih. Johannes itu juga berbuat baik dan berani mengatakan apa yang benar, tetapi dimasukkan ke dalam penjara. Mengalami nasibnya itu ia menyuruh murid-muridnya kepada Yesus untuk bertanya: Apakah Engkau yang memang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan yang lain?”
Kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri: dalam Injil itu siapakah sebenarnya yang masih ragu-ragu dan tidak pasti tentang Yesus sebagai Almasih yang dinanti-nantikan itu? Murid-murid Yohanes ataukah justru Yohanes sendiri? Apakah Johanes sendiri yang ragu-ragu, karena ia mungkin berpikir demikian: “Aku harus sudah menyiapkan kedatangan Yesus sebagai Almasih, dan itu telah kulaksanakan. Yesus itu telah menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan, dan banyak hal lain. Mengapa aku sendiri yang telah menyiapkan kedatangan-Nya tidak ditolong-Nya juga untuk dikeluarkan dari penjara? Padahal aku telah mengatakan apa yang benar dan menolak apa yang hajat.” Ataukah Yohanes mau meyakinkan murid-muridnya, supaya mereka lebih percaya dan makin mantap keyakinannya, bahwa Yesus adalah Almasih yang dinanti-nantikan. Maka Yohanes menyuruh mereka bertanya kepada Yesus sendiri, supaya mereka sungguh yakin bahwa Ia adalah Almasih.
Sebenarnya tidak penting bagi kita mengetahui apakah Yohanes Pemandi sendiri atau murid-muridnya yang ragu-ragu tentang Yesus sebagai Penyelamat. Yang harus lebih kita ketahui ialah tetap adanya keraguan-raguan juga atau ketidakpastian yang kita miliki sebagai manusia, yang seringkali ragu-ragu. Mengapa? Karena hal nyata yang kita ketahui atau kita lihat tidak sama dengan apa yang kita harapkan atau inginkan! Mengapa Yesus dahulu sebagai Penyelamat tidak atau belum menolong atau menyelamatkan semua orang dari kesukaran dan penderitaan mereka. Mengapa Johannes tidak segera ditolong dan diselamatkan? Itulah yang menyebabkan keragu-raguan Johannes dan/atau murid-muridnya. Itulah juga masalah yang seringkali kita alami. Mengapa apa yang kita inginkan, padahal menurut pandangan kita sendiri adalah baik, tidak dikabulkan oleh Tuhan, mengapa Tuhan tidak langsung menolong atau menyelamatkan kita. Sepintas lalu masalah kita itu bisa dipahami. Mengapa?
Sekarang ini, duapuluh abad sesudah Yesus dan Yohanes Pemandi, kita hidup di dalam masyarakat yang sungguh berbeda. Dunia kita makin terus maju, makin tampak daya kemampuannya sendiri, dan banyak adanya penemuan baru yang memang patut dikagumi. Akibatnya rasa dan sikap ketergantungan manusia pada Allah makin berkurang. Iman bukan berupa sebagai sikap dasar hati manusia, yang penuh keyakinan kepada Tuhan, melainkan memang bercorak resmi tetapi hanya sebagai pengetahuan. Karena kemajuan teknologi dan penggunaan sistem kerja secara digital, yang serba cepat dan efektif/efisien sekarang ini, keragu-raguan dan ketidakpastian iman/kepercayaan akan kehadiran Allah dalam diri kita lebih besar dari pada bagi orang-orang Yahudi di zaman Yesus dan Yohanes Pemandi! Sebab waktu itu mereka melihat sendiri apa yang bisa dilakukan Yesus. Meskipun demikian mereka masih ragu-ragu. Mengapa? Karena orang-orang Yahudi mempunyai gambaran tentang Almasih yang lain dan berbeda dengan apa yang diajarkan dan dilakukan Yesus. Hal-hal yang dilakukan Yesus, meskipun tetapi dapat dilihat, tetapi tidak dirasakannya sendiri, diragukannya.
Nah, bagi kita sekarang ini lebih berat untuk mau sungguh percaya kepada Yesus Penyelamat kita dalam arti yang sebenarnya. Sebab kita tidak langsung mendengarkan dan melihat Yesus sendiri. Kita percaya kepada Yesus sebagai Penyelamat melalui kesaksaian murid-murid/rasul-rasul Yesus, yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja, yang terus dan tetap berjalan abad demi abad.
Meskipun cara perkenalan dan perjumpaan kita dengan Yesus berbeda dengan Johannes Pemandi dan murid-muridnya, namun Pribadi Yesus sendiri adalah satu dan sama.
Menghadapi keragu-raguan dalam iman atau kepercayaan itu apakah yang harus kita perhatikan dan lakukan? Dalam kesatuan Gereja kita semua harus sung-guh percaya kepada Yesus Kristus, seperti disampaikan oleh para Rasul di dalam Gereja abad demi abad sampai sekarang. Percaya berati sungguh mau bersatu dengan Kristus. Bukan kehendak kita sendiri, tetapi kehendak Kristuslah yang harus kita ikuti. Kristus akan memberikan yang terbaik bagi kita, bukan yang terbaik menurut kemauan dan keinginan kita sendiri. Hanya dengan demikianlah Yesus adalah sungguh Penyelamat kita.”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan”!
Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm
kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm
Sumber: arsip dari www.imankatolik.or.id
No comments:
Post a Comment