Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Insinyur Yang Keliru Masuk Neraka

Seorang insinyur baru saja meninggal dan melaporkan diri ke pintu gerbang surga. Santo Petrus memeriksa berkas dan tidak melihat namanya ada disitu, secara tak sengaja karena mengira dia seorang pengacara, Santo Petrus mengirimkan dia ke neraka. 

Tidak butuh waktu lama setelah si insinyur terlihat tidak puas dengan situasi kenyamanan di neraka, kemudian dia segera mulai merancang dan membangun perbaikan di neraka.

Tak lama kemudian, neraka memiliki AC, toilet flush dan eskalator. 

Tak perlu diragukan, dengan sangat cepat si insinyur menjadi orang yang sangat populer.

Suatu hari, Tuhan memanggil setan dan mengatakan: "Bagaimana situasi neraka saat ini?"

Injil Minggu Biasa XXIII - C 4 September 2016

Ulasan Eksegetis Injil Minggu Biasa XXIII/C, 4 September 2016 (Luk 14:25-33)

By A. Gianto on August, 2016 Jendela Alkitab, Mingguan


TIKET MASUK SURGA?

Rekan-rekan!

PADA awal Luk 14:25-33 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XXIII tahun C disebutkan bahwa “ada banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanannya” (ayat 25). Tentunya yang dimaksud ialah perjalanan Yesus ke Yerusalem, tempat nanti ia ditolak dan disalibkan, tapi juga tempat ia dibangkitkan setelah wafat. Dengan berita yang sederhana bunyinya itu Lukas hendak membuat pembaca bertanya-tanya apakah orang juga masih berani mengikutinya terus sampai ke akhir perjalanannya. Pertanyaan itu juga diharapkan timbul dalam diri kita yang berusaha menyertai perjalanan Yesus.

Jangan Ubah Dunia! Ubahlah Dirimu Sendiri!

Anak muda: 
Dunia ini penuh dengan manusia yang berhati batu, manusia yang tak acuh, manusia yang kejam; dan bagaimanakah anda bisa merubah orang-orang seperti itu?

Manusia yang enggan disebut guru atau mesias: 
Dunia ini penuh dengan manusia berhati batu, manusia yang tak acuh, manusia yang kejam, dan bagaimanakah anda bisa merubah orang-orang seperti itu? Itukah? Mengapa anda pusing tentang merubah orang lain? Rubahlah dirimu sendiri. Kalau tidak, jika anda menjadi dewasa nanti, anda juga akan berhati batu. Anda juga akan menjadi tak acuh. Anda juga akan menjadi kejam. Generasi yang lampau akan lenyap, mereka pergi, dan anda datang, dan jika ternyata anda juga berhati batu, tak acuh, kejam, anda juga akan membangun masyarakat yang sama. Yang penting ialah anda yang berubah, anda tidak berhati batu, anda bukan tak acuh. Jika anda berkata semua ini adalah masalah generasi tua, pernahkah anda melihat mereka, pernahkah anda memperhatikan mereka, pernahkah anda bersimpati dengan mereka? Jika demikian, anda akan berbuat sesuatu. 

Ubahlah dirimu dan ujilah dengan tindakan. Tindakan yang demikian adalah sesuatu yang paling luar biasa. Tetapi kita ingin merubah semua orang dan bukan diri kita sendiri, yang sesungguhnya berarti, kita tidak ingin berubah, kita ingin orang lain berubah, sehingga dengan begitu kita tetap berhati batu, tak acuh, kejam, mengharap lingkungan akan berubah sehingga kita bisa terus dengan cara kita sendiri. Mengertikah anda apa yang saya bicarakan?

Anak muda:
Anda minta kita berubah, kita berubah menjadi apa?

Santo Tarsisius - Diperingati Setiap 15 Agustus

Santo Tarsisius
Diperingati 15 Agustus
Keberadaan martir muda Romawi ini ditemukan dalam sebuah puisi yang ditulis oleh Paus Damasus untuk menghormatinya. Dalam puisi itu Paus Damasus membandingkan kemartiran Santo Tarsisius dengan kemartiran Santo Stefanus di abad pertama. Mereka sama-sama mati dirajam demi iman mereka akan Yesus Kristus. Stefanus mati dirajam orang-orang Yahudi di Yerusalem dan Tarsisius yang sedang membawa Sakramen Mahakudus, mati diserang oleh gerombolan orang kafir Romawi. Paus Damasus menulis :

“...Ketika sebuah kelompok jahat fanatik melempari diri Tarsisius yang membawa Ekaristi, ingin Sakramen itu tak dicemarkan, anak laki-laki itu lebih suka memberikan nyawanya daripada memberikan Tubuh Kristus kepada para anjing liar ......." .

Selain tulisan dari Paus Damasus ini; tidak ada catatan tentang kehidupan pahlawan Kristiani yang masih sangat belia ini. Dia mungkin adalah seorang diakon; karena Paus Damasus membandingkan dia dengan Stefanus. Tradisi yang berkembang beberapa abad setelah kemartirannya kemudian menyebutkan bahwa Santo Tarsicius adalah seorang putera altar, yang menerima mahkota kemartirannya saat sedang menghantarkan Sakramen Ekaristi bagi para tahanan kristiani yang akan dihukum mati. Namun suatu hal yang pasti adalah bahwa kemartirannya terjadi pada masa penganiayaan di pertengahan abad ketiga, dalam masa pemerintahan kaisar Valerianus. Santo Tarsisius dimakamkan di Katakombe Santo Kalisitus di Roma. Sebuah Prasasti yang indah dikemudian hari dibangun oleh Paus Damasus dan ditempatkan dimakamnya. 

Bruder Frans Nonton Bioskop

Jam 8 pagi di kantor bioskop.

Kriiiiing....! Telpon di meja kantor bioskop XXl berbunyi.

Bruder Frans: "Halloo pak.... saya mau nanya, bioskop buka jam berapa.... ?"

Penjaga: "Jam satu pak.

Bruder Frans: "Bisa buka jam sembilan tidak pak?"

Penjaga: "Gak bisa. Biasa jam satu bukanya."

Jam 11, telepon bunyi lagi.

Injil Minggu Biasa XXII - C 28 Agustus 2016

Ulasan Eksegetis Injil Minggu Biasa XXII/C 28 Agustus 2016

By A. Gianto on August, 2016 Jendela Alkitab, Mingguan

Tempat Terhormat…Bagi Siapa Saja!

Rekan-rekan yang baik!

PARA pengikut Yesus dalam Gereja Perdana makin sadar bahwa mereka diutus bepergian ke pelbagai penjuru dunia menyampaikan Kabar Gembira dengan menyembuhkan orang sakit, mengajar dan meneguhkan iman. Orang cacat, orang buta, janda miskin mereka usahakan agar tidak melulu menjadi penerima sedekah atau orang-orang yang ditolerir keberadaannya, melainkan menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Itulah kerasulan murid-murid generasi awal. Sebelumnya tak banyak didengar bahwa iman dapat diwartakan dalam ujud pelayanan bagi kemanusiaan. Para pemimpin mereka memang mendapatkan ilham dari kehidupan dan karya Yesus Sang Mesias sendiri. Dalam mewartakan kedatangan Kerajaan Allah ia menyembuhkan orang, mengusir setan, memperkenalkan kerahiman Tuhan, meninggikan nilai kemanusiaan. Ia juga mengikutsertakan murid-muridnya dalam kegiatannya sehingga mereka menjadi rekan sekerjanya. Bagaimana Injil Minggu Biasa XXII C (Luk 14:1.7-14) dapat membantu kita mendalami hal tadi?

Kenapa Orang Jujur Bisa Berbohong?

Suatu hari, ketika seorang kakek penebang kayu, kehilangan satu-satunya kapak yang ia punya karena terjatuh ke sungai.

Dia menangis dan berdoa, hingga muncul malaikat dan bertanya kepadanya: 

“Mengapa engkau menangis?”

Sambil terisak, si kakek bercerita tentang satu-satunya kapak alat pencari nafkahnya telah terjatuh ke dalam sungai.

Malaikat menghilang seketika dan muncul kembali dengan membawa Kapak Emas sambil bertanya:

“Apakah ini kapakmu?”

Santo Laurensius dari Roma - Diperingati Setiap 10 Agustus

Santo Laurentius
Diperingati 10 Agustus
Santo Laurensius adalah salah satu dari tujuh diakon yang menjadi martir bersama Paus Santo Sixtus II pada masa penganiayaan kaisar Valerianus. Ia diperkirakan lahir di kota Huesca Spanyol, sebuah kota di wilayah Aragon dekat kaki Pegunungan Pyrenees. Sebagai seorang pemuda ia dikirim ke kota Zaragoza untuk menyelesaikan studi humanistik dan teologinya. Di sini ia bertemu dengan gurunya, yang dikemudian hari diangkat menjadi Paus Sixtus II. Saat itu gurunya adalah seorang guru besar yang sangat dihormati di kota Zaragoza. Bersama gurunya itu Laurensius lalu pindah ke Kota Roma.

Ketika gurunya diangkat menjadi Paus pada tahun 257, Laurensius lalu diangkat menjadi seorang diakon. Dan meskipun masih muda, namun Laurensius ditunjuk sebagai yang utama di antara tujuh diakon yang bertugas di kota Roma. Karena itu ia disebut "Diakon agung dari Roma", yang bertugas mengelola kas gereja dan membagi-bagikan derma bagi para fakir miskin dan para janda diseluruh kota Roma. Ia juga adalah pelayan utama paus dalam setiap upacara liturgi.

Injil Minggu Biasa XXI - C 21 Agustus 2016

Ulasan Eksegetis Injil Minggu Biasa XXI/C, 21 Agustus 2016 (Luk 13:22-30)

By A. Gianto on August, 2016 Jendela Alkitab, Mingguan

PINTU YANG SEMPIT? MANA YANG LEBAR?

PADA awal Injil Minggu Biasa XXI tahun C (Luk 13:22-30) dikisahkan Yesus mengajar dari kota ke kota dan wilayah di sekitarnya dalam perjalanannya menuju ke Yerusalem. Di sini nama kota ini dieja sebagai “Hierosolyma” – seperti dalam Luk 19:28 ketika arah perjalanan ini disebut untuk terakhir kalinya – dan dengan demikian digarisbawahi sisi kota yang menerima kedatangannya. (Bandingkan dengan ejaan “Ierousaleem” dalam Luk 9:51, kali pertama kota itu disebut sebagai arah perjalanan Yesus. Ejaan ini dipakai mengisyaratkan kota yang tidak bersedia menerima kehadirannya.)

Menjual Sisir

Seorang guru membuat tes terhadap tiga muridnya. Tesnya unik, yaitu: menjual sisir di komplek Biara Shaolin! Tentu saja, ini cukup unik karena para biksu di sana semuanya gundul dan tak butuh sisir. 

Kesulitan ini juga yang membuat murid pertama hanya mampu menjual satu sisir. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.

Tapi, tidak dengan murid kedua. Ia berhasil menjual 10 sisir, ia tidak menawarkan kepada para biksu, tetapi kepada para turis yang ada di komplek itu, mengingat angin di sana memang besar sehingga sering membuat rambut jadi awut-awutan. 

3 Sahabat: Pastor, Pendeta dan Kyai

Tiga sahabat antara pastor, pendeta dan kyai sedang belajar ambil S2 di Amerika. 

Suatu hari mereka sedang duduk-duduk ngobrol di coffee shop, ada yang komentar bahwa berkotbah untuk orang sih gampang. Coba kalo bisa berkotbah untuk beruang.

Ketiganya merasa tertantang dan memutuskan untuk pergi ke hutan selama tiga hari untuk mencoba.

Setelah tiga hari berlalu, ketiganya bertemu di rumah sakit.

Santa Klara dari Asisi - Diperingati Setiap 11 Agustus

Klara Sciffi, puteri bangsawan dari pasangan Faverone Offreduccio dan Cortolana ini, lahir di Asisi, Italia pada tanggal 16 Juli 1194. Dari orangtuanya, Klara memperoleh jaminan hidup material yang berkecukupan. Ibunya Cortolana, yang pernah berziarah ke Tanah Suci dan Roma, mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Klara berkembang dewasa menjadi seorang gadis yang berkepribadian teguh dan beriman, bahkan dinyatakan sebagai 'kudus' dikemudian hari. Pendidikan ini pula berhasil menanamkan dalam dirinya suatu sikap yang tepat terhadap nilai harta duniawi dalam hubungannya dengan cita-cita hidup manusia yang sebenarnya.

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, 14 Agustus 2016 (Luk 1: 39-56)

By A. Gianto on August, 2016 Jendela Alkitab, Mingguan

MARIA DIANGKAT KE SURGA

MESKIPUN sudah dirayakan sejak abad ke-4, pengangkatan Maria ke surga jiwa dan badan baru ditegaskan secara resmi sebagai bagian ajaran kepercayaan iman pada tahun 1950. Sekitar awal abad ke-20 di beberapa kalangan para teolog berkembang aliran berpikir yang pada dasarnya menolak hal-hal yang tak bisa diterangkan dengan akal budi dan pengetahuan pada waktu itu. Pendapat seperti ini meluas pengaruhnya dalam Gereja, juga di kalangan para rohaniwan. Salah satu akibat dari cara berpikir ini ialah penolakan adanya sisi-sisi keramat dalam kehidupan, termasuk perkara-perkara yang biasa disebut mukjizat, dan tentu saja tradisi mengenai Maria diangkat ke surga langsung sesudah wafatnya. Namun pengalaman pahit dalam dua perang dunia mengajarkan betapa manusia sesungguhnya tidak berdaya menghadapi sisi-sisi gelap kemanusiaan sendiri. Berangsur-angsur ketergantungan manusia pada kekuatan ilahi makin disadari kembali. Dalam hubungan ini penegasan kepercayaan Maria diangkat ke surga jiwa dan badan itu menjadi pernyataan sikap resmi Gereja untuk tidak mengikuti cara berpikir yang tidak memperhitungkan tindakan ilahi di dunia. Penegasan ini juga mengakhiri periode pertentangan teologis di kalangan Gereja sendiri.

Pengampunan Bisa Sungguh Memperbaharui Gereja Dan Dunia

WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM PERINGATAN 800 TAHUN PENGAMPUNAN ASISI DI BASILIKA SANTA MARIA DARI PARA MALAIKAT, ASISI (ITALIA) 4 Agustus 2016: 


PENGAMPUNAN BISA SUNGGUH MEMPERBAHARUI GEREJA DAN DUNIA

Saudara dan saudari terkasih,

Hari ini saya ingin, sebelum semua yang lain, mengingat kata-kata yang, menurut sebuah tradisi kuno, dikatakan Santo Fransiskus di tempat ini, di hadapan semua warga kota dan para uskup: "Saya ingin mengutus kalian semua ke surga!". 

Hal lebih bagus apakah yang bisa diminta oleh Orang Miskin Asisi tersebut, jika bukan karunia keselamatan, kehidupan kekal dan sukacita tanpa akhir, yang dimenangkan Yesus untuk kita oleh kematian dan kebangkitan-Nya?

Jangan Malas!

Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah (Pengkhotbah 10:18).

Kita pernah membaca artikel yang menjelaskan tentang akronim kata MALAS.

MENUNDA. 

Banyak orang yang tanpa sadar mengira bahwa mereka akan hidup dengan usia yang sangat panjang, bahkan selamanya. 

Padahal, terkait usia, tidak ada orang yang tahu batasnya. Karena itu, apapun yang ingin kita capai, mulailah melakukan sesuatu untuk meraihnya sekarang. 

Santo Yohanes Maria Vianney - Diperingati Setiap 4 Agustus

Mulanya ia dianggap remeh karena kelambanannya dan kebodohannya. Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia tidak diperkenankan uskup melayani sakramen pengakuan dosa karena dianggap tidak mampu memberi bimbingan rohani. Setelah beberapa, ia ditempatkan di paroki Ars, sebuah paroki yang terpencil, dan tak terurus. Di paroki ini Yohanes Maria Vianney mengabdikan dirinya dan menjadikan desa Ars sebuah tempat ziarah bagi umat di segala penjuru.

Yohanes Maria Vianney lahir pada tanggal 8 Mei 1786 di desa Dardilly, Lyon-Prancis. Ayahnya, Mateus Vianney, seorang petani miskin. Ibunya serorang yang taat beragama. Masyarakat setempat kagum dan suka pada mereka karena cara hidup mereka yang benar-benar mencerminkan kebiasaan hidup Kristiani. Semenjak kecil, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras dan doa yang tekun berkat telandan orangtuanya. Dibandingkan dengan kelima orang saudaranya, ia memang trampil dan rajin bekerja namun lamban dan bodoh. Ia baru bisa membaca pada usia 18 tahun. Meskipun begitu, ia bercita-cita menjadi imam.

Para Biarawan dan Wanita

Suatu ketika, jaman dulu lama, ada dua biarawan di Jepang yang melakukan perjalanan dari Kyoto ke Edo. Saat mereka berjalan, mereka berbicara tentang meditasi dan doa dan pencarian mereka tentang makna hidup. Cuaca yang hujan berubah menjadi cerah sehingga percakapan mereka menjadi lebih intensif.

Ketika mereka berbelok di tikungan jalan, mereka melihat seorang geisha berdiri di sana di sisi jalan. Dia sangat cantik, berpakaian kimono sutra dan membawa payung untuk melindungi diri dari matahari siang.

Saat mereka mendekat, ia berpaling kepada mereka dan bertanya apakah salah satu dari mereka bisa membantunya dengan menggendongnya untuk melewati jalan yang berlumpur dan menyeberangkan ke sisi jalan yang lain. Dia takut pakaiannya yang indah bisa rusak. 

Tukang Cukur dan Para Imam

Seorang imam fransiskan pergi memotong rambut, dan kemudian bertanya berapa banyak yang harus dia bayar.
Si tukang cukur mengatakan dia tidak pernah memungut biaya untuk para imam.
Si imam fransiskan berterimakasih ke tukang cukur dan pulang.
Keesokan paginya si tukang cukur mendapatkan satu keranjang besar berisi roti segar dari biara fransiskan.

Injil Minggu Biasa XIX-C - 7 Agustus 2016

Ulasan Eksegetis Injil Minggu Biasa XIX/C, 7 Agustus 2016 (Luk12,32-48)

By A. Gianto on August, 2016 Jendela Alkitab, Mingguan

JANGAN TAKUT, HAI KAMU KAWANAN KECIL!

Internoswan dan peminat ruang Alkitab!

Tentu kalian agak heran menerima berita ini. Gus – Romo Gianto kalian – meminta saya menulis tentang Injil yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XIX tahun C, yakni Luk 12:32-48. Katanya, “Luc, tolongin deh!” Ia sendiri katanya sedang bepergian ke sana ke mari. Yang bisa saya buat di sini ialah sekadar bercerita mengenai pengalaman saya ketika menyusun bagian yang kalian dengar hari Minggu ini.

Injil Minggu Biasa XVIII - C - 31 Juli 2016

Ulasan Eksegetis Injil Minggu Biasa XVIII/C, 31 Juli 2016 (Luk 12:13-21)

By A. Gianto on July, 2016 Jendela Alkitab, Mingguan

KEKAYAAN DAN KEHIDUPAN

Injil yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVIII tahun C ini (Luk 12:13-21) beranjak dari pembicaraan antara Yesus dan orang yang datang meminta pertolongannya untuk menyelesaikan perkara warisan (ayat 13-15). Orang itu merasa bahwa haknya dalam pembagian warisan tidak dihormati oleh saudaranya dan meminta Yesus berbicara kepada saudaranya. Memang ada kebiasaan orang pergi menghadap seorang yang dituakan, guru, penghulu adat, atau tokoh yang wibawanya diterima umum. Tetapi Yesus tidak bersedia menjadi hakim bagi perkara itu. Alih-alih, ia mengajak orang berpikir mengenai sikap terhadap harta kekayaan dengan sebuah perumpamaan mengenai orang kaya yang bodoh (ayat 16-21).